Makanan Tradisional Khas Lebaran Mulai Laris Manis

Proses produksi rengginang rumahan di Kampung Kiaraeunyeuh, Banyusari, Katapang Kabupaten Bandung, di antaranya harus melalui penjemuran hingga kering sebelum digoreng.

WARTAPARAHYANGAN.COM

BANDUNG – Berbagai olahan makanan tradisional khas lebaran, memasuki pekan kedua ramadhan ini mulai diburu masyarakat. Dari mulai jenis kue kering hingga penganan ringan seperti rengginang diklaim para pengrajin, laris manis penjualannya.

Pengrajin rengginang rumahan di Kampung Kiaraeunyeuh, Banyusari, Katapang bernama Euis Rostikawati (50) mengaku mulai kebanjiran orderan rengginang dari beberapa pasar tradisional yang ada di Kabupaten Bandung.

Bukan hanya rengginang, ibu tiga anak tersebut biasa memproduksi berbagai olahan makanan seperti kue-kue basah, aneka kue kering, keripik ketan, dan berbagai penganan lain, hanya saja pada bulan ramadhan kali ini permintaan rengginang lebih tinggi dari biasanya.

Penampakkan Rengginang siap santap.

“Ibu nggak fokus di rengginang aja, banyak juga olahan makanan lain, tahun-tahun lalu yang banyak peminat itu keripik ketan, tapi ibu stop dulu untuk tahun ini karena cukup kewalahan dengan pesanan rengginang,” jelasnya ketika ditemui di kediamannya,  beberapa wakru lalu.

Euis mengatakan sebelum ramadhan pesanan rengginang paling di kisaran 10 kg per hari, namun memasuki awal ramadhan pesananya bertambah menjadi 40-50 kg per hari. Kendati demikian, ia belum bisa memenuhi permintaan tersebut karena saat ini belum memiliki karyawan.

“Biasanya merekrut satu atau dua orang yang bantu-bantu, tapi sekarang belum, paling berdua aja sama anak saya, nanti kayaknya bakal minta bantuan kalau permintaan terus bertambah.” katanya.

Menurutnya, kendala dalam pembuatan rengginang itu adalah cuaca, sebab rengginang itu susah kering sehingga harus dijemur benar-benar dalam terik matahari.

Terkait harga, Euis menyebut ada perbedaan antara harga jual ke pasar dengan harga jual lamgsung ke konsumen. Untuk harga jual ke pasar, Euis mematok harga rengginang ketan hitam Rp.35 ribu/kg dan rengginang ketan putih/terasi Rp.30 ribu/kg. Sedangkan untuk harga langsung ke konsumen, rengginang ketan hitam Rp.40 ribu/kg dan rengginang ketan putih/terasi Rp.35 ribu/kg.

“Harga itu adalah harga sekarang kalau mau lebaran, harga di hari biasa mah nggak segitu, lebih murah. Jadi harga sekarang itu naik 5 ribu dari harga biasanya,” jelasnya.

Selain melayani pembeli yang datang ke rumah atau pesanan melalui whatsapp, Euis biasanya memasarkan rengginangnya ke pasar-pasar tradisional seperti Pasar Soreang, Pasar Banjaran, dan Pasar Sayati.

Di masa pandemi covid-19 ini, menurutnya memang sedikit berpengaruh terhadap daya beli masyarakat, seperti lebaran tahun sebelumnya, omset penjualannya cukup anjlok apalagi pada saat itu merupakan awal-awal pandemi. Namun untuk tahun sekarang, sudah mulai meningkat kembali, mungkin karena masyarakat sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.

“Mudah-mudahan mah stabil aja, apalagi kan ada larangan mudik jadi pasti keluarga pada kumpul di rumah, nah pastinya kalau udah kumpul keluarga kan biasanya butuh banyak makanan di rumah, mudah-mudahan aja banyak yang belanja rengginang saya,” pungkasnya.

Lily Setiadarma