Bunda PAUD Kabupaten Bandung Sebut Trauma Healing Pandemi Covid-19 Harus Diterapkan kepada Anak

Bunda PAUD Kabupaten Bandung, Emma Dety Dadang Supriatna saat mengunjungi Kober Rosella di Pasirjambu, Jumat (19/11). —– Foto – Lee

WARTAPARAHYANGAN.COM

BANDUNG – Bunda PAUD Kabupaten Bandung, Hj. Emma Dety Dadang Supriatna, mengatakan trauma healing dimasa pandemi Covid-19 harus diterapkan kepada anak-anak. Tujuannya adalah agar anak tidak merasa jenuh, apalagi sebelumnya sekolah harus diliburkan dalam jangka waktu yang lama.

“PAUD dan kober di Kabupaten Bandung dimasa pandemi ini tetap harus menjaga protokol kesehatan. Dan saya berharap lebih diajarkan tentang motorik dan trauma healing juga harus diberikan kepada anak-anak,” ujar Emma saat mengunjungi Kober Rosella di Kp. Pangajaran Desa Tenjolaya Kecamatan Pasirjambu, Jumat (19/11).

Dengan dibukanya kembali kegiatan belajar di PAUD dan Kober, Emma berharap hal itu menjadi sarana yang cukup bagus agar anak bisa kembali bersosialisasi dengan lingkungan dan masyarakat sekitar.

“Walaupun memang belum normal 100 persen yang hadir di sekolah, ini baru satu bulan mereka mengadakan kembali pembelajaran. Mudah-mudahan kedepannya pembelajaran itu kembali normal,” tutur Emma.

Dipihak lain Emma mengapresiasi Kober  Rosella yang sudah menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Dari mulai penyediaan cuci tangan lalu penggunaan handsanitizer hingga jaga jarak.

Pengelola Kober Rosella, Didoh Sadiah menyebut kober yang sudah berdiri sejak 2008 tersebut memang berbeda dengan kober-kober lain yang ada, dimana disana sistem belajarnya menggunakan sistem sentra yang belum digunakan di kober-kober lain. Ada beberapa sentra diantaranya sentra imajinasi, sentra akademi, sentra kreasi, sentra eksplorasi dan sentra rancang bangun.

“Di dalam sentra-sentra tersebut kita tidak menekan akademiknya, misal dalam sentra  rancang bangun salah satu yang intinya itu untuk mengembangkan pola pikir anak,” ujar Didoh.

Untuk bisa mengeksplor pola pikir anak, Didoh mengatakan pihaknya lebih mengembangkan pembelajaran secara outdoor, agar anak bisa berinteraksi dengan alam.

“Ketika kami akan memberikan pembelajaran terhadap anak, kami akan berjalan-jalan dulu ke belakang atau ke mana, ya misalnya ke hutan-hutan itu. Nah, habis itu kami membawa peralatan atau mencari sesuatu yang bisa dibuat kreasi di sekolah misalnya batu-batu kecil untuk dilukis  atau ranting-ranting atau daun-daun kering untuk membuat apa saja kreasi dari bahan-bahan alami, itulah yang sering dilakukan oleh kami,” jelas Didoh.

Terkait kekhawatiran penularan covid-19 di sekolah, ia lebih menekankan penerapan disiplin protokol kesehatan sebagai antisipasinya. Pihak sekolah sudah menyiapkan sarana dan prasarana penunjang protokol kesehatan agar ditaati oleh setiap anak dan guru yang berada di lingkungan sekolah.

Kober Rosella saat ini memiliki 70 peserta didik dengan 7 orang pengajar, ternyata memiliki kendala yaitu terkait kepemilikan bangunan sekolah.

Didoh menceritakan, sejak awal dibangun pada tahun 2008 lalu, Kober Rosella menggunakan bangunan seluas 300 meter yang dipinjamkan oleh temannya. Namun, tahun ini bangunan yang mereka pinjam tersebut akan dijual oleh pemiliknya, sehingga pengelola kober tersebut merasa kebingungan.

Lily Setiadarma