
WartaParahyangan.com
CIANJUR – Setelah dua tahun menghilang akibat pandemi Covid-19, kini Helaran Budaya Cianjur yang biasanya diselenggarakan untuk memeriahkan Hari Jadi Cianjur dan Peringatan Hari Kemerdekaan RI itu akan kembali digelar di kota Cianjur, Sabtu (20/8/2022) besok.
Bahkan kali ini helaran budaya tersebut selain akan menampilkan ikon tradisi Cianjur berupa Kuda Kosong, juga akan dimeriahkan dengan atraksi ‘Jatayu Menyapa Hadirin’, sebuah konsep tari jalanan dengan menggunakan egrang yang akan ditampilkan oleh koreografer sekaligus penari Wina Rezky Agustina.
Menurut Direktur Program Yayasan Kebudayaan Lokatmala Indonesia, Dika Dzikriawan, sejatinya helaran merupakan acara budaya yang berasal dari rahim warga Cianjur sendiri yang selalu dirayakan warga saat memperingati Hari Jadi Cianjur dan Hari Proklamasi dengan penuh suka cita dan kegembiraan.
“Helaran ini milik warga Cianjur yang memang seharusnya pemerintah hadir di dalamnya. Kita tentu berterima kasih kepada Pemkab Cianjur yang kembali mendukung pesta rakyat ini setelah pandemi Covid-19 mereda,” kata Dika yang juga Tenaga Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Cianjur, Kamis (18/8/2022).
Selain Kuda Kosong, kata Dika, dalam helaran tersebut akan tampil ‘Jatayu Menyapa Hadirin’, sebuah tarian jalanan yang ditampilkan oleh koreografer sekaligus penari Wina Rezky Agustina. Dalam tarian itu Wina akan menggunakan egrang.
Tari tersebut merupakan bentuk keprihatinan Wina terhadap mulai langkanya burung Jatayu atau Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi), salah satu satwa endemik penghuni hutan-hutan Cianjur, saat ini.
Elang Jawa yang sering juga disebut Burung Garuda merupakan salah satu burung pemangsa (raptor) penting di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Populasi burung tersebut, berdasarkan hasil monitoring pada 2018 di empat lokasi, yakni Blok Geger Bentang, Blok Danau Mandalawangi, Blok Ciheulang, dan Blok Citatah, diketahui bahwa jumlah perjumpaan Elang Jawa selama pengamatan sebanyak 17 kali dengan total perkiraan individu yang teramati sebanyak 6 ekor.
“Mudah-mudahan kini di 2022 bertepatan dengan Hari Proklamasi ke-77 dan Hari Jadi Cianjur ke-345, Elang Jawa dari Cianjur itu masih ada dan masih menghuni hutan-hutan Cianjur,” kata Dika.
Sementara itu, Wina Rezky Agustina mengatakan Jatayu dalam Helaran Budaya Cianjur kali ini bukanlah sekedar burung perkasa penjaga belantara. Ia adalah kawan terbang sang pemilik kebijaksanaan (Wisnu) untuk memanusiakan manusia, pemilik cahaya terang bagi kehidupan yang penuh warna.
Dalam dunia pewayangan, kata Wina, Jatayu dikenal sebagai putra ketiga Rsi Brisawa yang berarti masih keturunan langsung Dewi Brahmaistri, putri Batara Brahma. Ia mempunyai tiga saudara kandung yang bernama Garuda Harna, Garuda Brahman, dan Sempati.
Jatayu dikisahkan berkawan dekat dengan Prabu Dasarata, Raja Ayodya. Mereka bersahabat sejak kecil karena kakek Prabu Dasarata yaitu Batara Kandikota juga merupakan karib seperjuangan dengan Rsi Briwawa.
Ketika Sita atau Sinta menjerit-jerit karena dibawa kabur oleh Rahwana, Jatayu yang sedang berada di dahan sebuah pohon mendengarnya. Ia melihat ke atas, dan tampak Rahwana terbang membawa Sita, puteri Prabu Janaka.
“Jatayu merasa bertanggung jawab terhadap keselamatan Sita. Jiwa ksatrianya meluap-luap, Jatayu yang renta tidak gentar untuk melawan Rahwana. Ia menyerang dengan segenap tenaganya hingga sayapnya ditebas dengan pedang. Tubuhnya terjatuh ke tanah dan darahnya bercucuran,” papar Wina saat ditanya mengapa membawa Jatayu dalam helaran tersebut.
Jatayu tidak mati. Dari darah dan tubuhnya yang lunglai muncul bunga-bunga harum mengangkasa. Arwahnya dijemput ratusan dewa-dewi dengan nyanyian merdu serta iringan gamelan surgawi.
“Dialah Garuda Nusantara yang kini menjadi lambang sebuah bangsa bernama Indonesia. Sebab itu mari nantikan Jatayu tampil menyapa hadirin di Helaran Budaya Cianjur,” jelas Wina yang juga salah seorang Tim Penyusun Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) Kabupaten Cianjur.
Pagelaran tari Jatayu dalam gelaran budaya tersebut akan berkolaborasi dengan Sanggar Medalsari Karangtengah, Kecamatan Karangtengah dan Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, dengan mempersembahkan atraksi “Kurung nu Nguntuy”, yang dipastikan akan menarik perhatian pengunjung karnaval atau helaran budaya tersebut.
“Kurung nu Nguntuy” adalah sebuah modifikasi dari kecakapan masyarakat Kampung Kabandungan, Desa Sindangasih, Kecamatan Karangtengah, yang dikenal sebagai pengrajin sangkar burung, yang telah menyebar ke berbagai kota besar di Indonesia.
Asep R. Rasyid