WartaParahyangan.com
TASIKMALAYA – Pasundan Istri (Pasi) Kabupaten Bandung melanjutkan rangkaian kunjungan kerja dan studi tiru pada hari kedua dengan mendatangi UMKM Pasundan Istri Kota Tasikmalaya.
Kegiatan berlangsung di Bale Binangkit, Jalan R.E. Martadinata No. 177, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Minggu, 16 November 2025. Sejak pagi, rombongan langsung mengamati proses produksi berbagai olahan pangan lokal. Agenda tersebut sekaligus membuka ruang dialog agar kedua organisasi dapat saling bertukar gagasan tentang pengembangan ekonomi keluarga.
Ketua Pasi Kota Tasikmalaya yang juga Dewan Pengawas Pasi Pusat, Dra. Hj. Elin Herlina, M.Pd., menyambut rombongan bersama jajaran pengurus. Ia membawa tamu berkeliling ruang produksi UMKM dan memaparkan hasil inovasi makanan berbahan dasar lingkungan sekitar.
Suasana penerimaan berlangsung hangat karena kedua daerah sama-sama fokus pada kreativitas perempuan dalam mengolah potensi lokal. Dengan pendekatan itu, kunjungan pun mengalir lebih dinamis dan menciptakan diskusi panjang antara pengurus dua wilayah.
Ketua Pasi Kabupaten Bandung, Hj. Rida Restuti Suryana, S.Pd., M.M.Pd., langsung merespons paparan tuan rumah dengan antusias. Ia mengamati satu per satu produk seperti brownies daun kelor, minuman daun pisang, kukis daun awi, hingga berbagai kudapan berbahan kulit salak.

Setelah itu, ia menyampaikan kesan mendalam terhadap kreativitas UMKM Kota Tasikmalaya. “Alhamdulillah kami melihat inovasi yang sangat kaya. Para pelaku UMKM berhasil mengubah bahan sederhana di sekitar rumah menjadi makanan yang bernilai. Kami merasa mendapatkan ilmu penting dan contoh nyata yang bisa kami terapkan kembali,” ujar Rida.
Ia menambahkan bahwa kunjungan ini memperluas wawasan kader serta membuka peluang kerja sama. Menurutnya, Kabupaten Bandung memiliki banyak bahan lokal yang dapat mereka olah seperti contoh yang ditampilkan.
“Kami tidak datang dengan sia-sia. Semua produk yang kami lihat memiliki nilai jual tinggi dan layak kami tiru. Kami berharap kader dapat mempraktikkannya mulai dari lingkungan keluarga hingga kegiatan pemberdayaan ekonomi tingkat kecamatan,” katanya.
Ia juga menyampaikan terima kasih atas penyambutan dan pembinaan yang diberikan tuan rumah kepada seluruh rombongan.
Ketua Pasi Kota Tasikmalaya, Dra. Hj. Elin Herlina, M.Pd., menjelaskan perjalanan panjang UMKM di daerahnya. Ia menceritakan bagaimana kader Pasi mulai menggali potensi dari bahan yang biasanya terbuang.

Ia mengangkat contoh daun pisang yang sehari-hari hanya berfungsi sebagai pembungkus. Melalui eksperimen yang konsisten, para kader berhasil mengolahnya menjadi minuman, puding, dan beberapa varian makanan etnik.
“Kami memanfaatkan bahan sekitar agar memiliki nilai lebih. Kami ingin masyarakat melihat bahwa kreativitas bisa muncul dari hal-hal kecil yang sering mereka abaikan,” jelas Elin.
Ia kemudian mencontohkan bagaimana daun awi atau daun bambu berhasil mereka proses menjadi kukis. Selain itu, beberapa UMKM juga mengembangkan kukis tempe dan makanan berbahan daun kelor.
Menurut Elin, seluruh proses tersebut hadir dari keinginan kader untuk menaikkan kelas produk pangan daerah.
“Kami mengunggah semangat inovasi melalui lomba makanan etnik khas Sunda. Kami mengundang juri dari hotel berbintang agar UMKM bisa mendapatkan penilaian profesional. Setelah itu, para pelaku UMKM berlomba mempercantik kemasan, menambah label halal, dan mempersiapkan syarat BPOM,” kata Elin.

Ia menekankan bahwa seluruh pengembangan bertujuan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Kota Tasikmalaya terus mencari identitas produk unggulan yang dapat mewakili daerah.
“Kami ingin Tasikmalaya memiliki ikon yang mudah diingat. Beberapa waktu lalu muncul basito atau baso singkong. Sekarang kami mengembangkan minuman daun pisang sebagai kandidat produk unggulan baru,” tambahnya.
Pada sesi berikutnya, anggota Pasi Kota Tasikmalaya, Elis Faridah, menunjukkan cara pembuatan brownies daun kelor. Ia menjelaskan prosesnya secara rinci agar rombongan bisa memahami teknis pengolahannya. Ia memulai dengan mencuci daun kelor hingga bersih lalu memblendernya sampai halus. Setelah itu, ia mencampurkan hasil blender ke adonan terigu, telur, dan coklat putih.
“Adonan harus kita buat tipis agar menghasilkan tekstur crispy. Daun kelor 100 gram cukup untuk satu adonan brownies,” ujar Elis. Penjelasan itu membuat banyak tamu mencatat detail prosesnya karena resep tersebut mudah diadaptasi di rumah.
Selanjutnya, Neneng Euis Nuraeni menjelaskan proses pembuatan minuman berbahan daun awi, daun bambu, dan daun kelor. Ia menegaskan bahwa inovasi itu muncul dari prinsip PKK mengenai pengurangan pemborosan pangan. Sebagai pemanis, ia memanfaatkan daun stevia agar minuman tetap sehat.

“Semua bahan ini tersedia di lingkungan sekitar. Kami hanya perlu mengolahnya dengan benar agar menjadi minuman bernilai,” jelas Neneng. Ia juga memaparkan bahwa warga mulai menyukai minuman tersebut karena rasanya lembut dan aromanya unik.
Rombongan Pasi Kabupaten Bandung terus berdialog sepanjang kunjungan. Mereka menanyakan teknik pengeringan daun, cara menjaga warna adonan, hingga strategi pemasaran yang UMKM setempat lakukan.
Melalui komunikasi dua arah itu, kedua organisasi menyadari bahwa kebutuhan inovasi pangan semakin meningkat dan menuntut kerja kolaboratif. Dengan demikian, kader Pasi di dua daerah dapat saling melengkapi keahlian dan menumbuhkan produk unggulan baru.
Kunjungan ini akhirnya menegaskan kembali komitmen organisasi perempuan dalam membangun kemandirian ekonomi melalui pemanfaatan potensi lokal. Para kader tidak hanya belajar cara membuat produk, tetapi juga mempelajari pola berpikir kreatif yang melandasi seluruh inovasi tersebut.
Semangat itu kemudian membuka peluang besar untuk menciptakan produk yang kompetitif sekaligus ramah lingkungan. Melalui kerja bersama seperti ini, masyarakat dapat merasakan manfaat nyata dari kegiatan pemberdayaan UMKM berbasis keluarga.
Lily Setiadarma











