Warga Sukaratu Pangalengan Sudah 3 Bulan Alami Darurat Listrik

WARTAPARAHYANGAN.COM
BANDUNG — Kepala Desa Banjarsari Kecamatan Pangalengan, Sunaryat Safaat mengaku telah berkoordinasi dengan pihak PLN terkait darurat listrik di RW 5 Kampung Sukaratu Desa Banjarsari Kecamatan Pangalengan. Pihak PLN, kata dia, sudah melakukan survey untuk pemasangan tiang listrik. Tapi kapan waktu selesainya, Sunaryat mengaku tidak tahu.
Pihak desa, lanjut Sunaryat mau secepatnya menyala. “Dulu disini itu pakai PLTA, sering rusak, itukan PLTA dari jaman belanda, sekarang belum beres kerusakan travonya. Nah yang belum dipasang PLN itu cuma daerah Sukaratu,” ungkap Sunaryat saat dihubungi via telepon, Senin (26/4).
Sunaryat mengungkapkan bahwa warga desa sempat ingin melakukan aksi demo kepada pihak perkebunan Malabar. Namun dicegah, karena pihak pemerintah desa akan berkoordinasi dengan pihak PLN.
“Pihak kebun mah ribet, lama. Jadi kita usahakan PLN dulu,” pungkas Sunaryat.
Darurat listrik di RW 05 Kampung Sukaratu Desa Banjarsari Kecamatan Pangalengan, dialami oleh 60 kepala keluarga (KK) . Menurut Ketua RW setempat, Suparman, katanya warga RW 05 awalnya bergantung pada listrik yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Perkebunan Malabar. Namun saat ini ada kerusakan pada alat tersebut, travonya pecah.
Selanjutnya warga RW 05 dibantu oleh pihak Star Energy dalam memenuhi kebutuhan listriknya. Kata Suparman, perusahaan geothermal tersebut menyediakan genset dan solarnya sebanyak 40 liter.
“Sekarang ini lagi dibantu dari pihak Star Energy menggunakan genset dan solar. Dikasih jatah 40 liter solar. Ternyata habisnya 50 liter. Kalau solarnya habis, ya padam saja. Jadi nyala jam 5 sore padamnya jam 5 subuh,” tutur Suparman.
Kata Suparman, pernah selama 20 hari tidak ada listrik sama sekali dan hanya menggunakan cempor atau lampu minyak. Kondisi sulit listrik hanya dialami oleh RW 05 saja, karena di RW lain yang ada di Desa Banjarsari semuanya sudah terpasang listrik PLN.
Darurat listrik ini, kata Suparman, berdampak pada terganggunya aktivitas belajar anak. Apalagi, saat ini proses belajar banyak dilakukan dengan menggunakan smartphone. Suparman mengungkapkan bahwa untuk mengisi daya smartphone itu dilakukan dirumah saudaranya.
Lily Setiadarma