WARTAPARAHYANGAN.COM
BANDUNG — Bupati Bandung, H Dadang M Naser, mengapresiasi atas upaya pengendalian longsor melalui teknologi Polymer Envirotak dan penanaman tumbuhan vetiver yang diprakarsai oleh PT Prekarti Surya Bhumi dan pertama di Indonesia.
Lahan percontohan pengendalian erosi ini di tebing seluas 500 meter persegi, di Kampung Papakmanggu, Desa Cibodas, Kecamatan Pasirjambu, Jumat (25/9/2020). Launching ditandai penyemprotan cairan Polymer Envirotak II oleh Bupati Bandung H Dadang M Naser.
“Alhamudillah kita sedang melaksanakan penanganan terhadap daerah rawan longsor terutama pada tebing tertentu yang akan ditindaklanjuti dengan pendekatan polymerisasi, saat ini ada percontohan di Kabupaten Bandung melalui teknologi polymer dan tanaman vetiver,” kata Dadang Naser.
Hadir Kepala Dinas PUTR Kabupaten Bandung, H Agus Nuria, Kepala BPBD Kabupaten Bandung, H Ahnad Djohara, Camat Pasirjambu H. Rachmat, Kepala Desa Cibodas H. Willy dan Direktur PT Prekarti Surya Bhumi, Aditya Mulyada selaku pihak pelaksana dan Kolsuntan Teknis, Andre.
Dadang mengatakan, melalui metoda polymer ini mampu membuat tanah menjadi keras menjadi seperti cadas, sehinga bisa menahan tanah longsor.
“Jadi hebatnya pola pendekatan polymer ini tidak perlu harus pakai betonisasi, tidak perlu trap tanah sering atau bronjong, tapi dengan cairan polymer sejenis kimia namun ramah lingkungan,” ucap Dadang.
Buktinya, tutur Dadang, dengan diseprot cairan polymer, pohon tetap tumbuh. “Malah kita sengaja dengan penanaman vetiver supaya akarnya lebih kuat menahan tebing di bawahnya, di atas sudah kuat, di bawah akar vetiver saling mengait meski memerlukan waktu pertumbuhan,” papar Dadang.
Menurut Dadang, penanaman vetiver juga berdampak selain untuk keindahan dan penghijauan, juga sumber pakan bagi peternakan, baik sapi maupun domba. Sehingga bisa mendukung swasembada pakan. “Yang biasanya “jukut (rumput) odot” bisa diganti dengan vetiver yang baik untuk ternak sapi dan kambing,” ucap Dadang.
Bupati berharap, Pemkab Bandung akan terus melakukan pola pendekatan pembangunan di ketinggian di atas 30 derjat atau tebing yang rawan longsor saat hujan.
“Pendekatan tenologi ini, sebetulnya sudah diujicoba di Pangalengan dan saat ini di Cibodas, Pasirjambu,” katanya.
Kabupaten Bandung, tutur Dadang, sempat ditetapkan daerah bencana ke empat secara nasional. “Kita tidak punya ancaman tsunami tapi ancaman longsor yang bisa terjadi di tiap tempat, di utara dan selatan, karena secara geografis Kabupaten Bandung berada dirangakaian pegunungan yang terdapat ketinggian atau tebing. Melalui teknologi ini bukan hanya lebih murahnya, tapi ramah lingkungan, tanaman bisa tumbuh, tidak seprti beton yang tidak akan tumbuh. Melalui polymer juga larian air akan terkendali.
Teknologi polymer ini kata Dadang, kedepan akan diterapkan di daerah rawan longsor. Namun dilakukan swcara bertahap dan disesuaikan dengan anggaran, apalagi kondiai pandemi anggarnya harus digeser-geser.
“Ini baru belanja berpa miliar, kita akan belanja lagi ketika ada pembahasan anggaran dan perubahan kita geser, terutama rencananya di daerah Ibun dan Kamojang, itu bisa diperubahan karena upaya ini termasuk penanganan lingkungan terutama ancaman longsor. Kalau berdekatan dengan pandemi covid juga kita harus aman,” imbuh Dadang.
Penerpana teknogi ini, kata Dadang, leading sektornya yaitu di BPBD, PUPR. Bahkan bisa di Disperkimtan, yang bisa diterapkan untuk jalan lingkungan, sehingga tidak lagi menggunakan jalan beton, tapi pakai polymer.
Lily Setiadarma