Dede Yusuf Setuju Pembelajaran Tatap Muka Mulai Dilakukan, Asal…

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf Macan Efendi, foto bersama kepsek  SMK 1 Pasundan H. Ade Sudrajat beserta jajaran guru di halaman SMK 1 Pasundan,Banjaran, Bandung, Jumat (27/11/2020). 

WARTAPARAHYANGAN.COM

BANDUNG –  Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf Macan Efendi, mengatakan  setuju pembelajaran dilakukan tatap muka di sekolah tetap  terkontrol dan disiplin Prokes . Daripada sekolah tatap muka dilarang-larang tapi tetap jebol,” kata dia saat berada di SMK 1 Pasundan, di Banjaran, Kabupaten Bandung, Jumat (27/11/2020).

Dede Yusuf Macan Effendi

Dede Yusuf mengungkapkan, pembelajaran tatap muka di sekolah sudah terjadi di mana-mana tapi ia mengaku tak tahu besaran persentasenya.

“Kemendikbud dan Kemendagri mengatakan di zona merah saja tatap muka mencapai 20 persen, di zona hijau tatap muka bisa mencapai 50-60 persen,” kata Dede Yusuf.

Menurut Dede Yusuf, lebih baik kegiatan belajar dan mengajat tatap muka diperbolehkan.

“Jadi kalau ini tetap dilarang-larang tetap jebol, mendingan terkontrol, karena ini terjadi,” ujar Dede Yusuf.

Dijelaskannya,  untuk persiapan kegiatan belajar tatap muka itu menjadi penting dibicarakan dan disampaikan.

“Jadi enggak ada zona merah, kuning, hijau, tapi persiapan daerah. Daerah kadang-kadang tidak mau diberikan tanggung jawab tambahan,” ujarnya.

Dede Yusuf sudah menangkap isu tersebut dari beberapa daerah, sehingga perlu ada peraturan menteri.

“Sehingga dari peraturan menteri ini bisa jadi peraturan gubernur, peraturan wali kota/bupatinya seperti apa, yakni juklak juknis,” ucap dia.

Dede mengatakan, perlu mengembalikan etos belajar-mengajar kembali karena etos itu sudah mulai meredup dan turun.

“Banyak anak-anak yang malah main keluar dan tidak belajar,” tuturnya.

Malah ada sebagian laporan yang didapat, anak-anak ini malah bekerja membantu orang tuanya.

“Kalau anak anak ini bekerja membantu orang tua, mereka enggak mau sekolah lagi karena sudah tahu mendapatkan uang, ini yang perlu kita jaga,” kata Dede Yusuf.

Mantan wakil gubernur Jawa Barat ini mengungkapkan, poin paling penting adalah pendidikan karakter yang ingin didorong.

“Kita kehilangan sentuhan pada anak didik ini, tidak ada pendidikan karakter. Zaman sekarang ini, anak-anak mudah mendapatkan informasi dari Google,” ujarnya.

Namun, kata Dede Yusuf, untuk mendapatkan sentuhan karakter, building soft skill itu tidak bisa dari Google, harus ada mentor atau pendidik. 

“Jadi ada 50 persen tatap muka, 50 persen virtual, ada sif-sif per harinya. Itu untuk mengembalikan kembali sentuhan antara belajar dan mengajar,”  pungkas Dede Yusup.

Lily Setiadarma