Ihsan Nurjaman, Kades Cikoneng yang Juga Pengusaha Konveksi, Raup Rp800 Juta per Pekan dan Mampu Berdayakan Warga Sekitar

WartaParahyangan.com

BANDUNG – Ia bukan saja dikenal sebagai seorang kepala desa, tapi juga terkenal sebagai pengusaha konveksi sukses yang omzetnya mencapai Rp800 juta/pekan, serta mampu memberdayakan warga sekitarnya.

Itulah H. Ihsan Nurjaman Sulaeman, Kepala Desa Cikoneng, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung. Ia tinggal di Kampung Kebon Koneng RT 3 RW 06, Desa Cikoneng, yang mengelola bisnis konveksi dengan merek Gifin Fashion. Ia merintis usaha ini sejak 2010 dan terus menekuninya hingga berhasil seperti sekarang.

“Saya memulai dari skala kecil, sedikit demi sedikit. Tapi kami serius dan tekun, alhamdulillah sekarang bisa seperti ini,” ujar Ihsan kepada wartaparahyangan.com saat ditemui di kediamannya, Kamis (12/6/2025).

Usaha konveksi yang ia bangun memproduksi busana wanita. Produk utamanya berupa gamis, setelan celana, dan setelan rok. Dalam seminggu, ia mampu memproduksi sekitar 8.000 potong pakaian, yang dipasarkan ke berbagai daerah, termasuk ke luar Jawa, seperti Makassar, Maluku, hingga Selangor.

Untuk memperlancar distribusi, ia menyewa gudang transit di Tanah Abang, Jakarta. “Gudang itu bukan untuk produksi, tapi hanya tempat transit dan packing. Pengiriman ke daerah kami mulai dari situ,” jelasnya.

Meskipun memiliki jaringan pemasaran luar daerah, ia tetap menjalankan proses produksi di Desa Cikoneng. Di rumahnya sendiri, ia mempekerjakan tim potong kain, penjahit, hingga pengemas barang. Sebagian lainnya bekerja secara maklun, namun masih berasal dari desa yang sama.

Ihsan kini mempekerjakan 78 orang. Ia melibatkan warga lokal dalam semua lini produksi. Menurutnya, membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitar adalah bagian dari tanggung jawab sosial yang ia pegang teguh.

“Kami ingin usaha ini tumbuh bersama warga. Jadi saya tidak bawa keluar, cukup dikerjakan di desa saja,” katanya.

Dalam sepekan, ia mampu menggerakkan perputaran uang hingga Rp800 juta. Setiap potong pakaian dijual dengan harga rata-rata Rp100 ribu. Dari situ, angka penjualan mingguan bisa dihitung secara konsisten.

Namun di balik omzet besar tersebut, biaya operasional juga cukup besar. Setiap minggu, ia mengalokasikan sekitar Rp140 juta untuk menggaji karyawan, Rp600 ribu untuk listrik dan Rp1 juta untuk konsumsi karyawan.

“Semua kami atur agar tetap sehat secara keuangan. Karyawan juga harus kami jaga kenyamanannya,” ujar Ihsan.

Keberhasilan itu tidak hanya memberi manfaat untuk diri dan keluarganya, tapi juga merasa bangga bisa membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar melalui penciptaan lapangan kerja.

“Alhamdulillah, dari usaha ini saya bisa membangun rumah, vila, dan menambah aset lainnya. Tapi yang paling membahagiakan itu bisa bermanfaat untuk warga sekitar,” katanya.

Dalam kehidupan pribadinya, Ihsan hidup bersama sang istri, Ibu Risma, dan ketiga anaknya. Anak pertama mereka sedang bersiap masuk jenjang SMA, sementara anak bungsu baru berusia tiga tahun.

Memandang ke depan, ia berencana memperluas skala usahanya. Ia sudah merancang pembangunan gudang baru di Tanah Abang tahun depan. Langkah ini ia ambil untuk memperkuat distribusi produk sekaligus membuka peluang kerja yang lebih besar.

“Kalau gudang baru jadi, pengiriman bisa lebih cepat. Kami ingin terus berkembang dan menyerap lebih banyak tenaga kerja,” ujarnya penuh semangat.

Perjalanan karier Ihsan membuktikan bahwa seorang kepala desa bisa sukses sebagai pengusaha. Ia berhasil menyeimbangkan tugas pemerintahan dan aktivitas bisnis tanpa meninggalkan komitmen pada masyarakat. Keberhasilannya menjadi inspirasi, khususnya bagi para pemimpin desa yang ingin mendorong kemajuan wilayahnya melalui ekonomi kreatif.

Dengan menggabungkan jiwa kepemimpinan dan semangat wirausaha, Ihsan menunjukkan bahwa desa bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Peran aktifnya di dua ranah ini menunjukkan keberhasilan bisa diraih dengan kerja keras, kepedulian, dan strategi yang tepat.

Lily Setiadarma