WARTAPARAHYANGAN.COM
CIANJUR. AWAN mendung menyelimuti langit Cianjur, ketika Subuh itu, Minggu, 28 Februari 2021 (16 Rojab 1442 H), kl pukul 04.00 WIB, ata u sekitar 40 menit lagi menjelang dikumandangkannya adzan Subuh, seorang ulama besar yang setiap ba’da salat Subuh menggelar kajian kitab “Al-Ihya Ulumuddin” secara bergiliran di sejumlah masjid dalam kota Cianjur dan sekitarnya, tiba-tib a dipanggil Yang Maha Kuasa, setelah selesai berwudhu dan melaksanakan salat-salat sunat, di rumahnya, Jln. K.H. Hasyim Asyarie, Gang Jaksa Cianjur Kota.
Ulama besar itu tiada lain bernama K.H. Koko Abdulkodir Rozy yang sangat akrab disapa Ustad Koko. Almarhum lahir tanggal 15 September 1935 Masehi bertepatan dengan 29 Jumadil Akhir 1345 Hijriyyah, di Kampung Cibadak Cipanas Cianjur. Almarhum wafat dalam usia 86 tahun.
Sudah tak terhitung lagi para pelayat yang berta’ziah dan ikut menyolati almarhum di masjid Al Barkah di samping rumahnya. Bukan hanya para jamaah Ihya, tetapi masyarakat dari berbagai tempat dan para pejabat, para santri dan kiyai, penuh sesak di masjid itu, bahkan usai jenazah almarhum disolati, Bupati Cianjur H. Herman Suherman pun turut mengusung keranda dari dalam masjid sampai ke dalam ambulans.
Selanjutnya, dihantar ratusan pelayat yang menggunakan puluhan kendaraan roda empat dan roda dua, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Barkah yang didirikannya sejak 1963 ini, dimakamkan di tempat kelahirannya, makam keluarga di Kampung Cibadak Cipanas Cianjur, sekitar pukul 11.00 WIB. Sementara itu, puluhan karangan bunga tanda ikut berduka cita dari berbagai kalangan, berjajar di sepanjang trotoar Jln. K.H. Hasyim Asyarie.
Ulama yang dikenal sebagai ahli ilmu Fiqih atau dikenal sebagai “ahli parabot” ini, sudah lama sakit. Kakinya lumpuh. Ke mana pun, ia selalu memakai kursi roda, baik ketika turun dari mobil pribadinya menuju masjid yang menyelenggarakan kajian “Al-Ihya” maupun saat ia berada di dalam masjid membahas kajian al-Ihya, beliau tetap duduk di kursi rodanya.
Keliling Masjid Setiap Pagi
Almarhum seakan tak p ernah lelah setiap pagi berkeliling ke masjid-masjid yang mendapat giliran menyelenggarakan pengajian Al-Ihya, meski masjid-masjid itu ada yang berada di luar kota seperti di Cilaku dan sekitarnya, atau masjid yang berada di dalam gang.
Meski demikian, suaranya masih tetap jelas dengan tutur katanya yang lembut, menggunakan bahasa Sunda yang halus. Sesekali terdengar humornya yang menggelitik, membuat ratusan jamaah yang setiap ba’da Subuh rutin mengikuti kajian kitab Al-Ihya Ulumuddin, karya terbesar Imam Al-Ghazali itu, tersenyum simpul atau mesem-mesem dan tetap semangat menyimak kajian itu sampai dengan selesai tepat waktu, pukul 07.00 WIB.
Satu hal yang takkan pernah penulis lupakan dari pribadi almarhum, baik saat almarhum masih menjadi Kepala Kelurahan Solokpandan selama 21 tahun maupun saat menjadi anggota DPRD Kabupaten Cianjur dari Fraksi PKB selama dua periode, almarhum sangat dekat dengan wartawan dan selalu menyediakan waktu seluas-luasnya untuk diwawancarai, bahkan dengan senang hati almarhum sering mempersilakan penulis untuk datang wawancara di rumahnya.
Kesan terakhir, ketika penulis mengikuti kajian kitab Ihya Ulumudiin di masjid Al-Barkah Jumat pagi beberapa bulan lalu, beliau masih ingat nama penulis dan nama media tempat penulis bekerja ketika penulis menyalaminya, meskipun lebih dari 20 tahun tidak sempat bertemu dan bersalaman sedekat itu.
Amarhum merupakan putra kelima dari sembilan bersaudara. Ibunya Hajjah Hindun binti Abdurrahman serta ayahnya H. Fakhrur Rozy bin K.H. Muhammad Yunus. Sejak kecil almarhum belajar di lingkungan pesantren di samping pendidikan formalnya di sekolah umum, yaitu SD di Rawabelut dan persamaan SLTP. Adapun pendidikan setelah itu banyak beliau peroleh pada lingkungan keluarga serta pendidikan di beberapa pondok pesantren besar yang populer, antara lain ponpes Gentur (Warungkondang) pada tahun 1951.
Dalam periode lebih kurang setahun di ponpes tersebut, almarhum sudah bisa menguasai sebagian kitab besar, di antaranya : Alfiyyah, Sulamul Munawwaroq, Waladiyah, Rosyidiyyah, dan fathul Wahhab.
Selanjutnya almarhum “ngastrol” di ponpes Al-Munawwariyyah pimpinan K.H. Ahmad Munawwar bin K.H. Muhammad Rois As Silagi dari tahun 1952 s.d. tahun 1957. Di ponpes ini, almarhum mempelajari dan menguasai sejumlah kitab, antara lain Alfiyyah ibnu Aqil, Yaqulu, Sudzuru dz dzahab, Tarshif, Tafsir Jalalain, Tafsir Munir, Jam’ul Jawami , Jauhar Maknun, Samarqondi, Al Iqna, Fathul wahab, Rohbiah, dan Minhajuttholibin. Selanjutnya almarhum menuntut ilmu berkeliling ke pesantren besar lainnya di Jawa Barat.
Dalam kegiatan berdakwah, selain di berbagai tempat di Indonesia, almarhum pun pernah berdakwah ke luar negeri, antara lain ke Belanda, Mesir, dan Arab Saudi.
Menurut data yang dihimpun wartaparahyangan.com, organisasi-organisasi Islam serta aktivitas yang pernah almarhum ikuti, di antaranya Ketua Komisi Fatwa serta Hukum MUI Kab. Cianjur, Rois Syuriah PCNU Kab. Cianjur, Ketua Dewan Ahli ICMI Kab. Cianjur, Pengasuh serta Mursyid pengajian Ihya ul Ihya, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid Al-Barkah, Guru Besar di Pondok Pesantren Al Ihya Bogor, Rektor STAINU Cianjur, Dosen STAIS Al-Ianah serta salah satu pendiri STAIS, Ketua BAZ Kab. Cianjur dananggota DPRD Kab. Cianjur dua periode
Almarhum pun pernah menulis buku serta kitab juga menerjemahkan sebagian kitab ke dalam bahasa Sunda dan Indonesia, di antaranya Terjemah Tanwirul Hija, Terjemah Aqidatul Awam, Terjemah Jauharuttauhid, Asmaul Husna, Fiqih Zakat, Fiqih Haji, Tuntunan Ziarah, Tuntunan Mengatur Mayit, Arrisalah fi adillatimasaili zakat, Khutbah Jumat setahun dua jilid, Fiqih Muamalah, dll.
Selamat jalan Pak Kiyai, semoga husnul khotimah. Amiin Ya Robbal ‘Aalamiin…!!***
H. Lily Azies Saleh