Islam dan Profesionalisme
Opini oleh: Idat Mustari
BANGSA Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam maka seharusnya ajaran Islam menjadi rujukan dalam setiap bidang kehidupan. Termasuk pentingnya kerja dan membangun budaya kerja. Banyak tuntutan Al-Quran dan Sunnah yang berkaitan dengan itu.
Istilah bekerja sinonim dengan kata amal dalam al-Qur’an. Amal atau bekerja bukan saja dipakai dalam arti beramal atau bekerja untuk kehidupan akhirat, tapi digunakan juga untuk bekerja bagi kehidupan dunia.
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah : 105).
Namun Islam pun tidak sekedar menganjurkan seorang muslim untuk bekerja, tetapi juga mengajarkan bahwa seorang muslim harus bekerja secara professional. Rasulullah Saw bersabda, ”Sesungguhnya Allah senang apabila salah seorang diantara kamu mengerjakan pekerjaan, bila dikerjakannya dengan baik.”
Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih-nya, Rasulullah Saw, “Apabila sebuah urusan diberikan kepada bukan ahlinya maka tunggulah waktu kebinasaannya.” Dua sabda Nabi itu erat kaitannya dengan profesionalisme.
Profesionalisme bukan sekedar ahli di bidang sebuah pekerjaan atau tahu apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya, tetapi juga termasuk etika, disiplin dan integritas.
Dalam sejarah Islam, terdapat pelajaran berharga tentang pentingnya profesionalisme dalam bekerja. Salah satunya dalam peristiwa Perang Uhud, di mana Nabi Muhammad Saw dan para sahabat mengalami kekalahan akibat serangan balik musuh.
Kekalahan perang Uhud disebabkan oleh ketidakdisiplinan beberapa sahabat yang tergoda oleh harta ghanimah (rampasan perang), sehingga mengabaikan arahan Rasulullah Saw.
Namun, para sahabat dengan segera menyadari kesalahan tersebut dan menjadikannya pembelajaran penting. Mereka berkomitmen untuk tidak mengulanginya, sehingga pada peperangan-peperangan berikutnya, mereka berjuang dengan lebih disiplin, mengikuti arahan dan strategi yang telah disepakati bersama Nabi.
Oleh karena itu, profesionalisme menjadi hal terpenting bahkan menjadi prinsip utama dan komitmen dalam setiap pekerjaan terutama pekerjaan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak.
Sebuah keharusan bagi mereka yang bekerja untuk meningkatkan kompetensi dirinya yakni knowledge berarti pengetahuan, skill berarti keterampilan, dan attitude berarti sikap. Tanpa tiga komponen ini maka tak mungkin seseorang bisa bekerja secara profesionalisme. Dan ketika organisasi diurus oleh orang yang tidak profesionalisme maka organisasi akan berantakan. (*)
Idat Mustari,
penulis buku ‘Bekerja Karena Allah’ dan Komisaris Independen BPR Kerta Rahardja Kabupaten Bandung