WartaParahyangan.com
CIANJUR – Masyarakat Kabupaten Cianjur kehilangan ulama besar kharismatik, KHR. Abdul Halim, yang wafat di kediamannya di komplek Pondok Pesantren Al-Muthmainnah, Kelurahan Bojongherang, Kecamatan/Kabupaten Cianjur, Minggu (9/2/2025) sekitar pukul 22.45 WIB.
Tampak bertakziah di rumah duka antara lain Bupati Cianjur H. Herman Suherman, Wakil Bupati Cianjur H. Tb. Mulyana Syahrudin, pejabat Forkopimda Cianjur, Bupati Cianjur terpilih Muhammad Wahyu Ferdian, mantan Bupati Cianjur H. Tjetjep Muchtar Soleh, serta ratusan ulama dan warga Cianjur.
Melalui Ig pribadinya @hermansuherman, Bupati Cianjur menyampaikan duka mendalam atas meninggalnya ulama kharismatik tersebut, seraya mengutip HR. Al-Thabrani dan Al-Baihaqi, yang mengatakan bahwa meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan dan sebuah kebocoran yang tidak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagiku daripada meninggalnya satu ulama.
“Almarhum adalah penggagas diadakannya pengajian Ihya Ulumuddin di Pendopo Pemkab Cianjur setiap Sabtu dua pelan sekali, yang diikuti oleh para alim-ulama, kepala OPD, Direktur Rumah Sakit, para Camat dan Kades/Lurah se Kabupaten Cianjur,” ujar Herman.
“Almarhum selalu memberikan nasihat dan petuah kepada saya selama menjadi Plt. Bupati Cianjur 2018-2020 dan selama menjadi Bupati Cianjur dari tahun 2020 sampai hari ini,” katanya lagi.
Ada yang unik sehari sebelumnya, tepatnya Sabtu (8/2/2025) pagi dalam pengajian rutin Ihya Ulumudin di Pendopo Cianjur. Saat itu KHR. Abdul Halim masih sempat hadir memberikan wejangan.
![](https://wartaparahyangan.com/wp-content/uploads/2025/02/IMG_20250210_124542.jpg)
Dalam sambutannya saat itu Bupati Cianjur Herman Suherman menyampaikan bahwa kegiatan pengajian Ihya Ulumudin itu baginya sebagai Bupati Cianjur merupakan yang terakhir, seiring berakhirnya masa jabatan Bupati Cianjur, yang akan segera digantikan oleh Bupati/Wakil Bupati Cianjur hasil Pilkada 2024.
“Saya berpamitan kepada seluruh jamaah pengajian Ihya Ulumudin yang sudah dilaksanakan semenjak saya menjabat sebagai Plt. Bupati Cianjur 2018, pernah berhenti karena bencana Covid 2019-2020 dan pada saat bencana gempa bumi Cianjur 2022.
“Setelah itu saya lanjutkan kembali di awal tahun 2023 sampai dengan hari ini Sabtu 8 Februari 2025, sekaligus saya memohon maaf dan ridhonya dari seluruh jamaah Ihya Ulumuddin apabila dalam masa kepemimpinan saya setiap pekerjaan yang saya dan team dari pemerintah daerah Cianjur belum lah sempurna,” tutur Herman.
Rupanya, bukan Herman Suherman (sebagai Bupati) saja yang menganggap pengajian Ihya Ulumudin itu merupakan yang terakhir diikutinya, tapi bagi penggagasnya yakni KHR. Abdul Halim, juga yang terakhir diikutinya.
Sementara itu, Bupati Cianjur terpilih dr. Mohammad Wahyu Ferdian, melalui akun Ig pribadinya @drmohammadwahyu, menyatakan bahwa dengan hati yang penuh duka, pihaknya turut berbelasungkawa atas wafatnya KHR. Abdul Halim, sosok ulama yang penuh kebijaksanaan, yang telah mendedikasikan hidupnya untuk dakwah dan membimbing umat dengan ilmu serta akhlaknya yang mulia.
“Beliau bukan hanya seorang alim, tetapi juga seorang ayah, guru, dan panutan yang setiap tutur katanya mengandung hikmah, setiap langkahnya penuh keteladanan, dan setiap do’anya mengangkat derajat orang-orang di sekelilingnya. Betapa banyak hati yang telah beliau sentuh, betapa banyak jiwa yang beliau bimbing menuju jalan kebaikan. Kini, cahaya itu telah kembali kepada Sang Pemilik Cahaya,” ujar Wahyu.
![](https://wartaparahyangan.com/wp-content/uploads/2025/02/IMG_20250210_124603.jpg)
KHR. Abdul Halim, yang akrab disapa Ajengan Elim, lahir di Cianjur pada 7 Agustus 1933, dari keluarga Abdul Mufahid dan Siti Rahmah. Ayahnya itu merupakan pendiri Pondok Pesantren Al-Muthmainnah Bojongherang Cianjur. Pada usia 30 tahun, Abdul Halim memimpin pondok pesantren ini, menggantikan ayahnya yang wafat.
Pada 1959, Abdul Halim diangkat menjadi Hakim Agung Luar Biasa oleh pemerintah di Pengadilan Agama Kabupaten Cianjur, hingga akhirnya pada1979 diangkat menjadi Ketua MUI Kabupaten Cianjur.
Sosok dan keilmuannya yang luar biasa, membuat Abdul Halim tidak tergantikan sebagai ketua MUI. Ia terus terpilih sebagai Ketua MUI Kabupaten Cianjur hingga akhirnya pada Muscab MUI Cianjur tahun 2019, Ajengan Elim menolak dicalonkan lagi, dan yang terpilih sebagai ketua MUI adalah putranya, yakni KH. Drs. Abdul Rauf, hingga saat ini.
Ada yang menarik saat Ajengan Elim memimpin Pondok Pesantren Al-Muthmainnah, yakni adanya pengajian rutin setiap Minggu untuk kaum pria, Kamis untuk wanita, dan Sabtu untuk para ajengan. Pengajian rutin ini diikuti ribuan jemaah dari berbagai pelosok Cianjur, khususnya pengajian hari Kamis.
Pada pengajian yang disebut Kemisan itu, di sekitaran Pondok Pesantren Al-Muthmainah hingga ruas Jalan Oto Iskandardinata sampai pertigaan Suge, berubah menjadi pasar. Ini karena banyaknya jemaah yang hadir dalam pengajian Kemisan itu, sehingga hal itu menjadi peluang potensial untuk para pedagang dan pelaku UMKM.
Jadi, semasa hidupnya, Ajengan Elim bukan saja menjadi tokoh panutan, yang menyebarkan keilmuannya secara luas, tapi juga melalui kegiatan rutin pengajiannya berdampak secara ekonomi bagi masyarakat.
Asep R. Rasyid