Potong Mata Rantai Pemasaran Produk Pertanian, Pemkab Bandung Luncurkan Program PUAS

Bupati Bandung Dadang Supriatna, didampingi Kepala Dinas Pertanian setempat, Tisna Umaran, saat menghadiri launching PUAS di Hotel Grand Sunshine Soreang, Selasa (11/10/2022). Foto – Lee

WartaParahyangan.com

BANDUNG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung melalui Dinas Pertanian melaksanakan rapat koordinasi dalam rangka pengendalian inflasi daerah sektor pertanian di Hotel Grand Sunshine Soreang, Selasa (11/10/2022).

Dalam rakor tersebut Pemkab Bandung juga meluncurkan program PUAS (Petani Menjual Langsung ke Konsumen) dengan melibatkan Pasar Tani. Melalui PUAS ini proses pemasaran hasil pertanian dapat memutus mata rantai pemasaran, dan tidak lagi melewati pengepul atau bandar.

Peluncuran program PUAS dihadiri Bupati Bandung HM. Dadang Supriatna, didampingi Ketua TP PKK Kabupaten Bandung Hj. Emma Dety Dadang Supriatna, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Bandung H. Marlan, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung H. A. Tisna Umaran dan sejumlah pihak terkait lainnya.

“Program PUAS ini merupakan sebuah terobosan dalam penanganan inflasi di Kabupaten Bandung. Dalam pelaksanaanya, pengurus Pasar Tani berkolaborasi dengan para petani, sehingga Pasar Tani ini dapat menampung hasil produksi pertanian yang berasal dari para petani,” ujar Dadang kepada awak media di Hotel Grand Sunshine Soreang, Selasa (11/10/2022).

Langkah yang dilakukan Dinas Pertanian, kata Dadang, merupakan terobosan yang sangat luar biasa, karena para petani langsung menjual hasil pertaniannya ke konsumen.

Karena itu, pihaknya mengintruksikan kepada semua ASN, termasuk para kepala desa, agar di kantornya masing-masing atau di depan kantornya masing-masing, seperti di depan kantor camat, kantor puskesmas, termasuk di depan rumah sakit dan di kantor para kepala dinas, diwajibkan menjual hasil produk para petani Kabupaten Bandung melalui program Pasti (Pasar Tani).

Bupati Bandung Dadang Supriatna sedang mengukuhkan pengurus Pasar Tani.

“Program Pasti ini juga merupakan terobosan yang sangat luar biasa. Saya berharap Bank BJB dan BPR Kertaraharja bisa memfasilitasi para pengusaha lokal yang ada di Kabupaten Bandung melalui program PUAS ini,” katanya.

Bupati juga menyebutkan, kenaikan BBM secara umum berdampak pula pada sektor pertanian. Ini karena luasnya lahan pertanian di Kabupaten Bandung. “Tahun depan kita akan memberikan hibah Rp 25 miliar untuk mendorong para petani menggarap lahannya agar lebih produktif,” ujar Bupati.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung H. A. Tisna Umaran mengatakan, Pasar Tani ini terbukti efektif ketika dilaksanakan pada masa pandemi Covid-19 atau disaat masa isolasi.

“Nah di masa isolasi itu, konsumen perlu dilayani. Kita membuat paket-paket produk pertanian untuk dibeli, dan itu bagus penjualannya. Sekarang dengan adanya ancaman krisis, kemudian inflasi, kita gelar lagi Pasar Tani tersebut dengan lebih serius,” tuturnya.

Tisna juga menjelaskan, melalui launching program PUAS, yang dibarengi dengan pengukuhan pengurus Pasar Tani, pihaknya mencari para petani muda yang produktif dan mitra strategis.

“Untuk tahap awal, kita jadikan Ormas Islam sebagai mitra. Sebab, Ormas Islam punya kegiatan pengajian dengan jumlah jamaah bisa mencapai 700 sampai 1.000 orang, bahkan lebih. Jemaah pengajian ini kebanyakan ibu-ibu yang berkaitan dengan kebutuhan produk pertanian seperti sayuran,” papar Tisna.

Konsumen sedang belanja di Pasar Tani.

Sebelumnya Dinas Pertanian setempat sudah melakukan penjajakan atau kerjasama dengan sejumlah Ormas Islam, di antaranya Muslimat NU (Nahdlatul Ulama), Persis, dan LDII. Responnya diakui Tisna sangat luar biasa.

“Kami mengambil inovasi bagaimana petani bisa langsung menjual hasil pertaniannya ke konsumen dengan operator Pasar Tani. Karena kalau petani yang langsung melakukannya, susah, jadi harus ada yang memanage-nya,” katanya.

Tisna berharap, Pasar Tani dengan kewajiban membeli sayuran dari para petani itu, harga belinya harus lebih tinggi dari harga beli bandar, sedangkan menjualnya harus lebih rendah daripada harga di supermarket atau pasar.

Untuk penawaranya kepada konsumen, kata Tisna, bisa dalam bentuk kemasan, bisa juga curah. “Para ibu-ibu di pengajian misalnya, sepanjang saya tahu, kebanyakan menginginkan sayuran atau produk pertanian itu yang sudah dikemas, sudah bersih dan sudah dipilih,” ujar Tisna.

Ke depan, lanjut Tisna, Pasar Tani tidak hanya bermitra dengan Ormas Islam, tapi juga bekerjasama dengan hotel, rumah sakit dan para OPD yang ada di Kabupaten Bandung, termasuk dengan pengelola masjid, khususnya pada saat pelaksanaan Jumat berkah atau Jum’at berbagi.

“Melihat respon masyarakat terhadap program tersebut diharapkan hal itu menjadi model pasar baru di Kabupaten Bandung. Jadi para petani tidak memasarkan ke bandar saja, tetapi ada alternatif yaitu Pasar Tani,” pungkasnya.

Lily Setiadarma