
WARTAPARAHYANGAN.COM
Bandung – Bawang putih sebanyak 7 ton diserbu warga khususnya pedagang sayuran begitu tiba di Pasar Soreang Kabupaten Bandung, Rabu pagi (26/02). Bawang putih tersebut sengaja dikirim oleh Satgas Pangan Kabupaten Bandung dengan harga jual Rp28.000 perkilo.

Kepala Diskoperindag Kabupaten Bandung, Popi Hopipah menuturkan, penjualan 7 ton bawang putih tersebut dengan harga murah dilakukan, karena harga bawang putih di level pedagang sudah mencapai Rp52 per kilogramnya.
“Satgas Pangan Jabar dan Kabupaten Bandung menggelar operasi pasar murah (OPM) untuk komoditas bawang putih bertujuan meringankan beban masyarakat,” ujar Hj. Popi.
Kenapa OPM bawang putih di Pasar Soreang? Menurutnya, sebelumnya sudah bekoordinasi kepada seluruh UPT pasar di Kabupaten Bandung agar para pedagang datang ke Pasar Soreang yang membutuhkan bawang putih.
Hj. Popi menuturkan, 7 ton bawang putih tersebut diharapkan bisa dijadikan stok oleh para pedagang selama tiga hari ke depan. Meski membeli dengan harga murah, pedagang sayuran tidak diperbolehkan menjual bawang putih dengan harga yang mahal.
“Kalau ada yang jual mahal, nanti saya akan sidak. Kami adakan OPM ini untuk meringankan beban pedagang dan masyarakat. Kami juga akan tetap mengawasi harga bawang di seluruh pasar,” kata dia.
Menurutnya, warga dan pedagang yang membeli bawang putih jumlahnya cukup bervariatif. Mulai dari 0,5 kilogram hingga berkwintal-kwintal.
“Saya harap, sampai bulan depan mereka tidak beli lagi. Dan di pedagang mudah-mudahan sampai menjelang bulan puasa masih bisa dipenuhi,” kata dia.
Hj. Popi menjelaskan, kelangkaan bawang putih tersebut mulai terjadi sejak sekitar bulan lalu. Dimana, kata dia, kelangkaan disebabkan akibat pemerintah menutup kran impor dari China sejak mewabahnya virus corona.
Akibatnya, kata dia, stok bawang putih menjadi langka di seluruh pelosok Indonesia. Terlebih, beberapa waktu lalu di Karawang, juga ada penimbunan bawanh putih yang kini sudah ditangani Polda Jabar.
“Nah, untuk Bandung sendiri sebetulnya ada bawang putih lokal. Tapi itu hanya bisa mencovet 40 persen kebutuhan saja. Jadi kelangkaan masih terjadi. Kami berharap pemerintah segera mencari peluang lain untuk kran impornya,” kata Hj. Popi
(Lily Setiadarma)