Usaha Masker Rumahan Terkendala Permodalan, PKBM Attarbiyah Berharap Ada Kucuran Bantuan

Pegawai Konveksi PKBM Attarbiyah di Kampung Cintarasa RT 01 RW 17 Desa Pinggirsari Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung. sedang menata hasil produksi pesanan berupa Masker kain dan lainnya untuk didistribusikan.

WARTAPARAHYANGAN.COM

BANDUNG – Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Attarbiyah di Kampung Cintarasa RT 01 RW 17 Desa Pinggirsari Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung, saat ini berharap ada kucuran bantuan dana untuk mengembangkan usaha masker produksi rumahan (home industri) yang ditempuhnya.

“Usaha masker ini sudah kami jalani sekitar dua bulan dengan produksi 5 ribu lusin perminggunya,” kata Ketua PKBM Attarbiyah H. Furqon Nurhakim, Minggu (22/03/20).

H. Furkon Nurhakim

Melihat prospeknya, tutur Furkon, usaha masker rumahan yang dijalaninya sangat menjanjikan. Pasarnya juga bukan hanya di dalam negeri, tetapi sampai ke Malaysia dan Singapura. Pemesanan dari luar negeri, tambah Furkon, banyak diterimanya melalui sistem daring.

Semenjak merebak isu Covid-19, pihak yang order masker kain produksi rumahan PKBM Attarbiyah, kata Furkon terus naik signifikan, sehingga ia bersama 7 karyawannya bertekad meningkatkan jumlah produksi dari 5 ribu lusin perminggu ke 10 ribu lusin perminggu.

“Namun masalahnya itu tadi, permodalan kami kurang. Butuh suntikan dana dari luar untuk terpenuhinya target 10 ribu lusin seminggu itu,” tuturnya.

Baca juga: Ketika Masker Diburu, Pengusaha Justru Kekurangan Modal

Masker saat ini memang menjadi salah satu komoditas primadona. Paling tidak, barang itu banyak dicari warga masyarakat meski harganya melonjak drastis, yaitu dari semula hanya Rp1000/lembar kini menjadi Rp5000 perlembar.

Furkon menjelaskan,  konsumen bukan hanya memburu masker jenis sensi atau masker N95, tetapi masker kainpun ikut diburu. Harga per lusin masker produksi PKBM Attarbiyah, kata Furkon, Rp35.000 hingga Rp 40.000/lusin.

“Untuk masker kain ini, sebelumnya pemasarannya sampai Malaysia dan Singapore. Tapi sekarang di Indonesia juga sudah banyak yang pesan dan belum terpenuhi,” ungkap Furqon. Ia berharap bisa diikutsertakan dalam program CSR, sehingga usaha rumahan yang dijalaninya bisa stabil.

Furqon menuturkan, sebelum ada virus corona, usahanya hanya memproduksi Mangset, cadar dan sweater. Tetapi, karena belakangan ada permintaan masker kain yang melonjak, maka Furqon memutuskan untuk memproduksi masker kain, memanfaatkan tujuh mesin produksi. Ketika pesanan banyak, menurut Furkon, pihaknya terkadang suka meminta tetangga membantunya.

“Karena banyak orderan yang harus dipenuhi, pekerja  saya bisa kerja dari pukul 06.00 WIB hingga 22.00 WIB. Makanya saya berharap ada bantuan modal supaya bisa menambah jumlah mesin produksi,” pungkas Furqon.

Terkait usaha yang dilakoni Furkon, Bank BPR Kerta Raharja, sebagai bank BPR milik Pemkab Bandung, konon bisa saja memberikan bantuan modal usaha. Namun sejauh ini, BPR Kerta Raharja belum menerima permintaan bantuan permodalan dari pihak pengusaha masker termasuk H. Furkon.

DIBANTU 14 GURU TUTOR

Menjelaskan kiprah PKBM yang dipimpinnya, kata H. Furkon PKBM Attarbiyah sudah bergerak sejak 2006 mengusung Paket B dan Paket C dengan jumlah realisasi paket terdiri Paket B 60 dan Paket C 115. Lulusan (peserta) kedua paket, menurutnya di antaranya banyak melanjutkan ke Program Keluarga Harapan Perempuan (PKHP) dengan mengikuti kursus menjahit.

Selama kiprahnya itu, PKBM Attarbiyah dibantu oleh tenaga pengajar sebanyak 14 guru tutor.

Lily setiadarma