Wujud Pelestarian Seni Tradisional, Kuda Renggong Tampil di Acara Khitanan Warga Pasirjambu

Arak-arakan seni tradisional Kuda Renggong saat mengelilingi perkampungan di Kampung Papakmanggu, Desa Cibodas, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Rabu (3/7/2024). Foto Lily Setiadarma

WartaParahyangan.com

BANDUNG – Seni tradisional Reak Kuda Renggong kembali hadir di tengah masyarakat Kabupaten Bandung. Kali ini, ratusan warga Kampung Papakmanggu RT/RW 01/13, Desa Cibodas, Kecamatan Pasirjambu, antusias menyaksikan penampilan kesenian itu di acara khitanan salah seorang warga setempat, Rabu (3/7/2024).

Hal itu menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Kabupaten Bandung terus melestarikan seni tradisional Sunda tersebut.

Ketua Persatuan Kuda Renggong Kabupaten Bandung (Paskiban), Abah Entah, menggagas acara ini sebagai bentuk apresiasi terhadap warisan leluhur.

“Saat ini Kuda Renggong mengalami perubahan fungsi. Dulu, kuda digunakan sebagai alat transportasi seperti keretek (sado atau andong). Namun sekarang, karena perubahan zaman, fungsi tersebut beralih menjadi kesenian,” ujar Abah Entah kepada Wartaparahyangan.com saat ditemui di Papakmanggu, Rabu (3/7/2024).

Ia mengungkapkan bahwa kendaraan tradisional seperti keretek sudah tidak ada lagi di terminal-terminal, digantikan oleh ojek dan ojol. Oleh karena itu, kecintaan masyarakat terhadap kuda beralih ke kesenian Kuda Renggong, yang biasanya diiringi tari-tarian dan musik tradisional kendang penca.

Kuda Renggong tersebut biasanya diminta tampil oleh masyarakat yang menggelar acara syukuran khitanan atau pernikahan dengan upacara adat. “Pemerintah hanya sesekali mengundang, itu pun per tahun bila ada kebutuhan,” kata Abah Entah.

Ia berharap seni tradisional ini dapat terus lestari bahkan bisa berkembang. “Falsafah Sunda menyatakan, maju mundurnya sebuah bangsa tergantung bahasa dan budayanya, dan jika kita mengaku sebagai orang Sunda, kita harus mencintai bahasa dan budayanya,” ungkap Abah Entah.

Menurut Abah Entah, kerja sama dengan pihak pemerintah saat ini masih terbatas. “Harapan kami, pemerintah dapat lebih mendukung tradisi Sunda ini, khususnya di wilayah Kabupaten Bandung,” tambah Abah Entah.

Tokoh masyarakat Desa Cibodas, H. Enjang Rohimat, S.Ag., MM., menyatakan dukungannya atas pelestarian kesenian Kuda Renggong.

“Sebagai bagian dari masyarakat, kami berharap budaya seni Kuda Renggong ini tetap dipelihara dan dibudayakan. Ini merupakan salah satu tradisi yang ada di lingkungan kami, khususnya di Papakmanggu, Desa Cibodas,” ujar Enjang seraya berharap para pengelola wisata di Kabupaten dapat menggunakan jasa seni Kuda Renggong untuk menghibur para wisatawan.

Salah seorang warga Papakmanggu, Ridwan, menyatakan bahwa kesenian Kuda Renggong menjadi hiburan yang dinanti-nanti oleh warga. “Untuk warga di sini, adanya kesenian Kuda Renggong ini sebagai hiburan, sebab jarang-jarang ada. Biasanya hanya ada jika ada acara hajatan,” ujar Ridwan.

Penampilan Kuda Renggong dalam acara khitanan tersebut menjadi momen yang menggembirakan bagi warga setempat. Hal ini bisa menjadi upaya untuk melestarikan seni tradisional yang menjadi identitas budaya Sunda.

Tentu dengan dukungan dari masyarakat dan pemerintah daerah setempat, seni Kuda Renggong di Kabupaten Bandung diharapkan dapat terus lestari dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sunda.

Lily Setiadarma