Indeks Kerukunan Beragama di Jabar Masih di Bawah IKB Nasional

Kasubag Hukum dan Kerukunan Umat Beragama Kemenag Kanwil Jabar Haidar Yamin Mustafa secara simbolis memberikan buku kepada salah seorang perwakilan peserta dari PWI Kab. bandung  Verawati pada giat Bimtek Jurnalis Damai Redam Konflik Tawarkan Solusi yang digelar IJTI Korda Bandung Raya di Hotel Sutan Raja, Soreang, (29/3).

WARTAPARAHYANGAN.COM

BANDUNG – Indeks kerukunan beragama (IKB) di Provinsi Jawa Barat ternyata masih jauh dibawah IKB secara nasional yang mencapai 73,83 persen. Kementerian agama merilis di tahun 2019, IKB di Jawa Barat turun dianhka 68,5 persen.

Kasubag Hukum dan Kerukunan Umat Beragama Kemenag Kanwil Provinsi Jawa Barat Haidar Yamin Mustafa menuturkan, IKB di Jawa Barat bahkan urutan tiga terendah secara nasional.

“Jawa Barat tiga terendah indeks kerukunan beragama secara nasional. Tentu banyak faktornya untuk IKB ini, salah satu toleransi antar umat beragama,” ucap Haidar saat menjadi pembicara dalam Bimtek Jurnalis Damai Redam Konflik Tawarkan Solusi yang digelar IJTI Korda Bandung Raya di Hotel Sutan Raja, Soreang, (29/3)

Menurut Haidar, faktor lainnya yang berpengaruh terhadap menurunnya IKB Jawa Barat adalah pendidikan agama, kurangnya dialog keagamaan, hingga faktor intern masyarakat. Padahal yang seharusnya dibutuhkan, yaitu kesetaraan agama, toleransi agama, hingga kerjasama agama.

Ditambahkan dia, pada tahun 2013 hingga 2018 terpotret ada beberapa potensi disharmonisasi di Jawa Barat. Antara lain, pendirian rumah ibadah, aliran sempalan, perkawinan beda agama, ormas garis keras, organisasi berpotensi radikal, penistaan agam, lalu lintas pelaku terorisme, hingga disrupsi agama.

“Potensi-potensi yang ada ini justru di blowup atau dipublikasi. Padahal, kalau tidak diredam tentu akan semakin menyulut emosi antar umat beragama,” kata dia.

Oleh sebab itu, Haidar menuturkan jika jurnalis memiliki peran untuk meredam potensi konflik agama di Jawa Barat. Salah satunya, tidak membuat berita atau informasi yanh justru membuat semakin panas potensi yang ada.

Jurnalis, kata dia, harus mampu meredam isu-isu yang berpotensi menimbulkan konflik antar umat beragama. “Ini upaya yang harus dilakukan para jurnalis. Kenapa kami menggandeng jurnalis, ini karena potensial untuk ikut meredam konflik. Menjadi juru selamat dengan menggunakan jurnalisme damai,” kata dia.

Kasubag Hukum dan Kerukunan Umat Beragama Kemenag Kanwil Jabar Haidar Yamin Mustafa (tengah), didampingi Ketua IJTI Korda Bandung  Raya Reztya Prasaja (topi), dan Ketua Pelaksana Bimtek Jurnalis Damai, Ryan Agustian (kanan).di Hotel Sutan Raja, Soreang, (29/3)

Haidar menyebut, selain menggandeng jurnalis, ada beberpaa upaya untuk meredam disharmonisasi yang sudah terjadi di Jawa Barat. Salah satunya yaitu memberdayakan FKUB provinsi, kabupaten/kota, publikasi yang masif tentang moderasi umat beragama di tempat umum, tempat ibadah, sarana pendidikan, sarana pemerintah, dan sarana layanan umum.

“Yang terpenting melibatkan komunitas masyarakat dalam gerakanan kerukunan beragama,” kata dia.

Tahun ini, Kemenag Kanwil Provinsi Jawa Barat juga tengah melakukan gebrakan di luar kebiasaan (out of the box) untuk meningkatkan IKB di Jawa Barat. Salah satunya, meminta setiap pengusaha di Jawa Barat untuk menyisihkan satu dinding yang nantinya bisa digunakan untuk memberikan pesan-pesan perdamaian dalam beragama.

“Seperti, membuat lukisan, karikatur, kata-kata yang berbunyi kerukunan umat beragama,” katanya.

Misal, ujar dia, kutipan kata-kata dari Ali Bin Abi Thalib Ra, yang berbunyi ‘mereka yang bukan saudaramu satu iman, maka mereka adalah saudaramu dalam kemanusiaan.’

“Nah kutipan seperti ini bisa saja ditaruh di dalam dinding masjid, di dalam dinding hotel, atau pun kantor,” tutur Haidar.

Haidar berharap, dengan segala program dan upaya yang dilakukan, sekaligus menggandeng komunitas hingha jurnalis, maka IKB di Jawa Barat bisa menyamai atau bahkan melebihi IKB secara nasional.

“Turut srta jurnalis ini juga harapan dari Pak Gubernur, agar IKB Jawa Barat bisa meningkat dan melebihi IKB secara nasional,” katanya.

Lily Setiadarma