Bahas Ketahanan Pangan, Bupati Bandung Agendakan Rempug Utama di Setiap Desa

Bupati Bandung Dadang Supriatna saat menerima audensi pengurus KTNA Kabupaten Bandung di Rumah Dinas Bupati, Soreang, Rabu (26/10/22).

WartaParahyangan.com

BANDUNG – Bupati Bandung HM Dadang Supriatna merencanakan kegiatan rembug utama untuk membahas berbagai hal di bidang pertanian, peternakan dan perikanan, yang akan melibatkan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Bandung.

Rencana kegiatan rembug utama tersebut akan dilaksanakan di setiap desa, dengan sasaran 280 desa/kelurahan se Kabupaten Bandung.

“Pada rembug utama itu, para petani, peternak, tokoh masyarakat, guru ngaji, kepala desa dan semua pihak bisa hadir untuk membahas apa yang menjadi harapan dan aspirasi masyarakat,” kata Bupati dalam kegiatan audiensi dan silaturahmi dengan jajaran pengurus KTNA Kabupaten Bandung di Rumah Dinas Bupati, Soreang, Rabu (26/10/22).

Menurut Bupati, keinginannya mengadakan rembug utama itu agar para petani memahami program Pemkab Bandung sesuai bidangnya, sehingga para petani kompak, tegak lurus dan harus Bedas.

Pemkab Bandung, lanjut Dadang, terus mendorong para petani melalui berbagai program, di antaranya pemberian hibah sebesar Rp 25 miliar. “Hibah itu akan ditransfer ke rekening masing-masing para petani. Sedangkan penggunaanya antara lain bisa untuk membeli pupuk,” katanya.

Dadang menyebutkan di Kabupaten Bandung tercatat 142.000 petani, dan sekian puluh ribu petani yang sudah terverifikasi akan mendapatkan hibah tersebut.

“Kami berharap yang menerima hibah adalah para petani yang benar-benar membutuhkan modal untuk meningkatkan produksi pertaniannya. Juga untuk petani penggarap atau petani penggarap yang menyewa lahan. Petani yang sudah kaya, jangan menerima hibah,” tegas Bupati.

Dengan adanya pemberian hibah tersebut, kata Dadang, Pemkab Bandung fokus pada bidang pertanian. Sebab laju pertumbuhan ekonomi meningkat karena adanya peran dari sektor pertanian.

Bupati juga berharap dengan adanya pemberian bantuan hibah tersebut, para petani milenial tertarik pada sektor pertanian.

“Jangan sampai petani menjadi barang langka, karena banyak para pemuda yang tak tertarik dengan bertani. Peran petani milenial itu sangat penting untuk melanjutkan para petani mendatang, setelah para orang tua tidak ada,” ungkapnya.

Pada kesempatan itu Dadang juga mengungkapkan kebijakan pemerintah daerah terkait lahan sawah yang dilindungi, yang luasnya mencapai sekitar 24.000 ha, di antaranya berada di Desa Sumbersari, Kecamatan Ciparay.

“Sawah yang dilindungi itu tidak bisa digunakan untuk pembangunan perumahan. Kalau tak ada sawah, bagaimana kita makan,” katanya.

Dalam diskusinya dengan Bupati Bandung tersebut, Ketua KTNA Kabupaten Bandung H. Nono Sambas mengatakan bahwa ketahanan pangan harus dipertahankan untuk kelangsungan hidup manusia.

“Program KTNA harus sinkron dengan program pemerintah, sehingga KTNA harus dekat dengan pemerintah,” ujar Nono seraya menyebutkan rencana kegiatan Hari Krida Pertanian (HKP), yang antara lain diagendakeun kegiatan mimbar sarasehan.

“Dalam mimbar tersebut diharapkan ada penyampaian dari pemerintah ke petani dan sebaliknya aspirasi dari para petani disampaikan ke dinas-dinas di pemerintahan,” ujarnya.

Sementara itu, salah satu pengurus KTNA Kabupaten Bandung, Aswin Pulungan menyampaikan aspirasi tentang asupan protein yang cukup serta daya beli masyarakat untuk kebutuhan protein.

Menurut Aswin, asupan protein di antaranya dari unggas yang saat ini harganya antara Rp 28.000 sampai Rp 30.000/kg. Sedangkan di peternak Rp 14.000/kg, dan biaya produksi Rp 18.500/kg, sehingga ada kerugian bagi para peternak sebesar Rp 4.500/kg.

“Asupan protein itu dari unggas. Bagaimana kerugian peternak Rp 4.500 itu, ada solusi dari pemerintah,” katanya.

Aswin juga turut membahas alih fungsi lahan untuk menjadi perhatian pemerintah, supaya ketahanan pangan tetap terjaga.

Sedangkan dari perwakilan KTNA Baleendah, Endang, menyebutkan masih kurangnya pupuk bersubsidi. Ini menyebabkan petani membeli pupuk nonsubsidi yang harganya relatif lebih mahal.

“Kami mohon Pak Bupati bisa membantu memberikan pupuk nonsubsidi untuk para petani,” harapnya.

Lily Setiadarma