Napak Tilas Hajat Huluwotan, Camat Pasirjambu: Syukuri Sumber Air yang Melimpah

Camat Pasirjambu H. Dudung, SE, M.M., didampingi Kepala Desa Mekarsari Ferry Januar Pribadi dalam kegiatan Hajat Huluwotan Tahun 2022 di sumber mata air kaki Gunung Geulis, Kampung Gambung, Desa Mekarsari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Sabtu (19/11/2022). Foto – Lily Setiadarma

WartaParahyangan.com

BANDUNG – Camat Pasirjambu, Kabupaten Bandung, H. Dudung, SE, M.M., turut hadir dalam kegiatan Napak Tilas Hajat Huluwotan Tahun 2022 di kaki Gunung Geulis, Kampung Gambung, Desa Mekarsari, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, Sabtu (19/11/2022).

Acara rutin tahunan tersebut merupakan tradisi syukuran akan berkah air dengan rangkaian acara berupa upacara ritual pembersihan mata air di kaki Gunung Geulis, yang dilanjutkan pentas seni masyarakat kampung yang digelar di Lapang Gambung.

Dudung menilai sumber air yang melimpah di Desa Mekarsari patut disyukuri. Karena air yang mengalir tanpa henti itu bisa menghidupi desa-desa lainnya.

“Cara bersyukur ada macam-macam, memberikan kebahagiaan kepada masyarakat juga menjadi bentuk syukur,” kata Camat Pasirjambu.

Sementara Kepala Desa Mekarsari Ferry Januar Pribadi mengatakan acara rutin tahunan ini merupakan tradisi syukuran akan berkah air.

Dalam kegiatan itu dilaksanakan pula ritual pembersihan mata air Ciawitali di kaki Gunung Geulis, Desa Mekarsari, serta pentas seni masyarakat Kampung Gambung dengan menampilkan berbagai kesenian.

Acara tersebut, kata Ferry, juga disambut dengan upacara adat. Sementara untuk hiburan malamnya digelar wayang golek.

“Upacara Huluwotan ini merupakan kegiatan ritual yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali, tepatnya setiap bulan Silih Mulud atau bulan Rabiul Akhir dalam kalender Islam. Dalam hal ini yang mengatur tanggal dan hari pelaksanaan upacara Huluwotan, telah ditentukan tanggalnya,” ujarnya.

Ferry juga menjelaskan, upacara tersebu merupakan satu bentuk nazar leluhur, yang pada saat itu masyarakat Kampung Gambung mengalami kesulitan air bersih.

“Kemudian, dengan dipimpin oleh sesepuh kampung, masyarakat bersepakat untuk membangun solokan atau saluran air yang panjangnya kurang lebih 2 kilometer mulai dari huluwotan atau mata air di kaki Gunung Geulis sampai ke permukiman warga,” tutur Ferry.

Di tempat terpisah, tokoh masyarakat Gambung, Engkos Kosasih (58) mengatakan tradisi hajat huluwotan ini merupakan peninggalan leluhur jaman dulu (orang tua dulu). Di kaki Gunung Geulis ada mata air yang digunakan masyarakat dari beberapa RW di Desa Mekarsari, seperti untuk kebutuhan sehari-hari warga, serta pengairan pesawahan dan kebun.

“Jadi Hajat Huluwotan itu kegiatan ritual rutin tiap tahun, dan itu sebagai wujud syukur nikmat masyarakat kepada Allah SWT yang telah memberi air yang melimpah,” ujar Engkos seraya menambahkan, mudah-mudahan dengan diadakannya acara ritual ini masyarakat tidak kekurangan air.

Lily Setiadarma