Mari Bicara Soal Facebook

fb1

APA yang dilihat, didengar, dirasakan, dan bahkan yang diminum dan dimakan, semuanya dilaporkan ke facebook.

Begitulah yang saya cermati semenjak 2008 lalu menjadi bagian dari pengguna facebook. Hampir semua pengguna facebook, memang, cenderung menggunakan topik keseharian ketika melakukan update statusnya. Mulai dari hal sepele, rada sakit kepala, misalnya, urusan yang diminum dan dimakan, urusan keluarga, bepergian, perubahan cuaca di kotanya, dan bahkan sampai urusan cinta – juga ketika patah hati — dimasukkan  ke facebook. Lebih luar biasa lagi, tidak sedikit pengguna facebook, ketika sedang berhadapan dengan masalah besar-kecil, mengeluh kepada Tuhan-pun ditulisnya lewat facebook.

Dalam hati, saya sering merasa kagum kepada Mark Zuckerberg sebagai penemu jejaring sosial ini. Melaui facebook, seluruh manusia dari berbagai  negara dapat melakukan interaksi langsung tanpa disekat budaya dan norma negaranya masing-masing. Siapapun dapat enjoy berkomunikasi dengan fasilitas apa yang akan dipilih. Apakah akan berkomunikasi sipatnya umum – misalnya, via wall — ingin berdua saja, bisa dengan fasilitas chating — dan atau yang bersipat pribadi, semisal urusan bisnis — bisa menggunakan fasilitas pesan.

Angka pasti pengguna facebook di dunia, sampai saat ini memang belum dirilis. Khusus untuk di Indonesia, disebutkan oleh Menkominfo Tifatul Sembiring, sudah melewati angka 35 juta pengguna terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dan ragam usia. Ada politisi, pejabat, PNS, pelajar, mahasiswa, pelaku ekonomi besar – sedang dan kecil, ibu rumah tangga dan bahkan pengangguran. Sementara piranti yang digunakan, selain komputer juga ponsel. Artinya, 25 persen penduduk negeri ini sudah punya akun facebook.

Dalam perkembangan terakhir, facebook sempat ditolak oleh raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz — karena social media ini dianggap telah menjadi bagian dari sarana provokasi melawan kebijakan pemerintah dengan contoh kasus tergulingnya Husni Mubarak dari tahta kepresidenan setelah 30 tahun berkuasa di Mesir. Dalam kemelut politik di sejumlah negara Timur-Tengah, Libya misalnya, disebut-sebut facebook pun berperan besar. Karena itu, Libya sampai harus memutus jaringan internet ke negara itu, semata-mata bentuk kekhawatiran facebook menjadi sarana perlawanan rakyat terhadap penguasa.

Tersiar rumors, King Abdullah sempat menyiapkan dana ratusan miliar dollar AS untuk Mark Zuckerberg dan kawan-kawan dengan catatan mau menjual facebook dan kemudian oleh King Abdullah facebook nantinya akan dimusnahkan. Namun Mark Zuckerberg selaku pemegang saham mayoritas (51%) menolak tawaran itu, sehingga facebook pun sampai sekarang tetap berkibar sebagai bagian kebutuhan masyarakat dunia untuk berinteraksi sekaligus  bisa dimanfaatkan penggunanya menjadi album image, mulai dari foto keluarga sampai foto-foto dengan pose-pose yang beraroma ‘mengundang’ (tentunya bagi pria maupun wanita pengguna facebook itu sendiri).

 

Di Indonesia sendiri, facebook pernah dijadikan alat tekan. Yaitu ketika wakil ketua KPK Bibit-Chandra ditahan oleh Mabes Polri lantaran diduga tersandung suap. Sebanyak satu juta lebih facebooker yang meyakini Bibit-Chandra tidak bersalah, mendesak polisi supaya membebaskannya. Hasilnya, Bibit-Chandra dikeluarkan dari tahanan.

Sementara untuk kategori sosial murni, kalangan facebooker Indonesia sempat menggalang kekuatan empati atas kasus Prita Mulyasari dengan tema KOIN UNTUK PRITA. Lagi-lagi, facebooker Indonesia berada di atas angin. Prita (ketika itu) dibebaskan dari semua tuntutan hukum. Soal belakangan kasus tersebut mencuat lagi, itu soal lain.

Tidak hanya sampai pada masalah di atas. Facebook di Indonesia juga biasa dijadikan alat menghimpun penggemar oleh kalangan selebriti dan bahkan para bakal calon kepala daerah serta kalangan calon legislatif. Nah, jelang Pileg dan Pilpres 2014, facebook juga laris manis. Para bacaleg dan capres/cawapres masing-masing bikin facebook, menghimpun penggemar.

Dari beberapa fakta sebagaimana diungkapkan tadi, nyatalah…facebook tampaknya juga telah menjadi sarana efektif untuk mempengaruhi, termasuk mempengaruhi kebijakan aparat publik. Karena itu, barangkali, tak berlebihan kalau sebagai pribadi saya memberi acungan jempol terhadap Mark Zuckerberg selaku penemu facebook. Dan berkat facebook pula, Mark Zuckerberg kini sudah menjadi salah seorang milyarder di dunia.  – Ombule Rahmanniawan.

 

Artikel ini pernah dilansir oleh Metropuncak.com dengan penulis yang sama.