Kopi Terancam Punah Karena Perubahan Iklim, Koreografer Wina Rezky Agustina Bakal Tampilkan Tari Liberika di Cianjur Brewers Cup Competition

Koreografer Wina Rezky Agustina, yang akan menampilkan ‘Liberika’ dalam acara Cianjur Brewers Cup Competition (CBCC) di Hotel Sangga Buana Cipanas, Cianjur, Minggu (5/3/2023).

WartaParahyangan.com

CIANJUR – Selalu ada yang baru dari sang koreografer yang satu ini dalam setiap garapannya. Pada acara Cianjur Brewers Cup Competition (CBCC) di Hotel Sangga Buana Cipanas, Cianjur, Minggu (5/3/2023) mendatang, Wina Rezky Agustina, koreografer yang juga seniman multi talenta itu bakal tampil dengan tarian kontemporer berjudul ‘Liberika’.

Direktur Program dan SDM Lokatmala Foundation, Dika Dzikriawan, mengatakan, Liberika tampil atas kekhawatiran yang terjadi saat ini dimana kopi yang sekarang sudah meramaikan pergaulan pada budaya pop justru terancam punah karena perubahan iklim.

“Kopi yang banyak tumbuh di Indonesia itu kan terdiri dari empat jenis biji, yaitu robusta, arabika, ekselsa dan liberika. Yang terakhir Liberika menurut para ahli konon yang paling siap dan beradaptasi dengan iklim,” papar Dika yang juga salah satu Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Cianjur.

Liberika, kata Dika, memiliki beberapa keunggulan, di antaranya mudah ditanam di dataran rendah dan lebih tahan terhadap kondisi cuaca, hama dan penyakit. Kopi jenis ini juga memiliki toleransi tinggi dan mampu beradaptasi dengan kondisi tanah yang kurang subur, bahkan pada tanah jenis lempung, tanaman kopi ini masih mampu untuk tumbuh.

Bahkan dari sisi rasa, Liberika memiliki karekteristik khas dan otentik yang dapat membuat para pecinta kopi rindu akan citarasanya.

“Sebab itu kami dari Lokatmala Foundation terinspirasi untuk menggebrak agar kita tidak melupakan Liberika untuk kopi tetap ada,” ujar Dika yang juga lulusan pasca sarjana UGM Jogjakarta ini.

Menurut catatan Lokatmala Foundation, ujarnya lagi, kepopuleran kopi yang kian meroket belakangan ini telah membuat angka produksi kopi juga ikut meningkat. Dari data International Coffee Organization, tiap tahunnya produksi kopi dunia kini telah mencapai 9 juta ton.

Namun, lanjut Dika, menurut laporan dari The Climate Institute pada tahun 2016 memprediksi, kalau produksi kopi dunia bisa terpangkas setengahnya pada tahun 2050. Penyebabnya, pemanasan global dan perubahan iklim.

“Bahkan dalam Science Advances dan Global Change Biology menyebutkan, 75 spesies kopi liar di dunia atau setara dengan 60 persen di antaranya terancam punah,” sebut Dika.

Sementara itu, Wina Rezky Agustina membenarkan dirinya bakal tampil dengan tari kontemporer berjudul ‘Liberika’ dalam acara CBCC tersebut.

“Kita terlibat dan mau melibatkan diri karena kita memang tak boleh abai dengan lingkungan dan masa depan bumi, termasuk kopi ini. Kita sengaja berusaha memantik kesadaran publik bahwa iklim dunia kini tidak sedang baik-baik saja,” sebut Wina.

Perubahan iklim itu kata Wina selain sebagai cara alam menyeimbangkan diri tapi juga bisa disebabkan oleh ulah kecerobohan kita sebagai manusia. Setiap kerakusan, kata dia, selalu membawa petaka bagi masa kini dan masa depan.

“Melalui seni kan kita bisa berimajinasi dan mengkritik diri dan siapa saja untuk membuka mata tanpa harus menyinggung dan memarahi,” katanya.

Asep R. Rasyid