WartaParahyangan.com
CIANJUR – Bupati Cianjur Herman Suherman mengajak masyarakat, terutama yang tinggal di daerah rawan bencana alam, agar sejak dini bersiaga mengantisipasi terjadinya bencana, sehingga dapat meminimalisir jatuhnya korban jiwa.
“Kabupaten Cianjur adalah salah satu kabupaten yang rawan bencana di Jawa Barat, baik bencana meteorologi, geologi, klimatologi maupun hidrologi. Karena itu semua pihak harus memiliki kesiapan untuk mengantisipasi terjadinya bencana,” ujar Bupati saat memimpin upacara peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana di lapang Gununglanjung, Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Rabu (26/4/2023).
Menurut Herman, agar antisipasi menghadapi kemungkinan terjadinya bencana itu menjadi sebuah kebiasaan, diperlukan sosialisasi dan persamaan persepsi tentang kebencanaan kepada masyarakat.
Herman mencontohkan, bila ada jembatan yang sudah mengalami retak-retak, maka cepatlah melaporkannya ke pihak terkait agar segera diperbaiki, daripada dibiarkan keburu ambruk, dan hal itu tentunya akan jauh lebih mahal biaya perbaikannya, di samping membutuhkan waktu yang lama.
Bahkan, lanjutnya, bila ada daerah yang tanahnya retak-retak karena pergeseran, harus cepat diantisipasi, misalnya dengan segera menanam pohon-pohonan di lokasi tersebut.
“Dengan sigap antisipasi seperti itu akan lebih mudah menangani bencana,” kata Herman dalam kegiatan yang dihadiri Kapolres Cianjur AKBP Aszhari Kurniawan, unsur Forkopimda lainnya, dan para pejabat terkait di lingkup Pemkab Cianjur.
Termasuk kaum ibu, lanjut Herman, punya peran penting dalam mengantisipasi bencana ini, karena kaum ibu banyak berada di rumah, menjaga rumahnya, hartanya serta putra-putrinya. “Karena itu, diperlukannya edukasi terhadap para ibu rumah tangga tentang wawasan dan bagaimana cara penanganan saat terjadi bencana,” katanya.
Herman juga mengungkapkan, pada 2022 di Kabupaten Cianjur terjadi bencana banjir, tanah longsor dan angin puting beliung yang tersebar di beberapa kecamatan serta bencana gempa bumi yang terjadi pada 21 November 2022 yang menyebabkan lebih dari 600 orang meninggal dunia.
“Penanganan pasca gempa pun sampai saat ini masih tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi,” ujar Bupati.
Dari rangkaian peristiwa tersebut, ujarnya lagi, diperlukan aksi nyata bersama guna meningkatkan kapasitas dan peran aktif semua elemen, baik pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat dan juga media. Ini sangat penting untuk pengurangan risiko bencana.
“Dengan mengetahui jalur evakuasi bencana, menyampaikan informasi peringatan dini bencana serta menjaga keseimbangan alam dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan, merupakan upaya menuju budaya aman bencana,” kata Herman.
Dengan kata lain, lanjut Herman, faktor yang paling menentukan menuju budaya aman bencana adalah pengetahuan penyelamatan yang dimiliki oleh diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar.
Asep R. Rasyid