WartaParahyangan.com
CIANJUR – Bupati Cianjur H. Herman Suherman, meletakan batu pertama pembangunan Monumen Pangguyangan Badak Putih di Jalan Siti Jenab No. 12, tepatnya di halaman Pegadaian Cianjur, Selasa (11/7/2023).
Menurut Bupati Cianjur, monumen tersebut akan dibangun sebagai sarana pendukung wisata heritage Cianjur, yang bertujuan untuk mengenang situs bersejarah bahwa Pangguyangan Badak Putih merupakan cikal bakal titik pusat pemerintahan Kabupaten Cianjur.
“Pembangunan Monumen Pangguyangan Badak Putih ini tentunya sebagai salah satu upaya untuk mewariskan sejarah kepada generasi yang akan datang,” kata Herman dalam kegiatan yang merupakan rangkaian peringatan Hari Jadi Cianjur (HJC) ke-346 itu.
Tampak hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Asda Kabupaten Cianjur H. Budi Rahayu Thoyib, Kepala Pegadaian Cianjur, sejumlah kepala OPD terkait dan tokoh masyarakat Cianjur.
Sementara itu, budayawan dan pegiat sejarah Sunda yang juga salah seorang panitia HJC ke-346, Luki Muharam, ST, menuturkan, kondisi Pangguyangan Badak Putih tersebut saat ini hanya berupa sumur yang terkesan kumuh dan “barala”. Padahal ratusan tahun lalu luasnya sebesar empang dan tempat mandinya sejumlah badak, yang salah satunya badak putih.
“Sumur pangguyangan badak ini adalah petunjuk dan patokan bagi Bupati Cianjur kedua, Raden Wiramanggala, ketika memindahkan ibu kota Cianjur dari Cikundul ke Pamoyanan,” katanya.
Luki menyebutkan, dalam Babad Cianjur karya Dalem Pancaniti tahun 1883 diceritakan bahwa Raden Wiramanggala diperintah Dalem Cikundul, ayahnya, untuk membuka pemerintahan baru dengan petunjuk “teangan tanah datar bahe ngetan teu jauh ti pangguyangan badak“.
Setelah berangkat dari Cibalagung, dan menemukan pangguyangan badak, Rd. Wiramanggala akhirnya membuat pusat kota di sekitar Bale Rancage sekarang, dan dia menjadi Bupati Cianjur yang bergelar Rd. Aria Wiratanu II (1691-1707), karena memang melanjutkan pemerintahan Dalem Cikundul, Rd. Aria Wiratanu I (1677-1691), ayahnya. “Wiramanggala kemudian menamai wilayah baru itu sebagai Cianjur,” kata Luki.
Namun dimasa kepemimpinan R. A. Wiratanu III (17017-1726) sebagai Bupati Cianjur, Pendopo Cianjur dipindahkan ke lokasi sekarang. Karena menurut Wiratanu III, lokasi pendopo sekarang lebih tepat dengan pesan ciri-ciri dari Dalem Cikundul, yang jaraknya memang hanya beberapa puluh meter dari pangguyangan badak.
“Sekarang di situs tersebut akan dibangun monumen berkat tingginya kepedulian Pak Bupati terhadap sejarah Cianjur,” kata Luki seraya menyebutkan, Monumen Pangguyangan Badak Putih itu dibangub berdasarkan design karya seniman Adam Jabbar dan kawan-kawan.
Di tempat yang sama Adam Jabar menyampaikan apresiasinya yang tinggi atas kebijakan Bupati Cianjur untuk membangun monumen tersebut.
“Tentunya ini kebijakan sangat baik dari Bupati Cianjur, Pak Herman Suherman, yang begitu perduli terhadap situs yang sangat penting dalam sejarah Cianjur ini,” ujar Adam Jabbar yang juga masih “seuweu siwi” Dalem Cikundul.
Asep R. Rasyid