WartaParahyangan.com
BANDUNG – Ketua DPD Partai Golkar Jabar Tubagus Ace Hasan Syadzily mengingatkan ibu-ibu anggota Pengajian Al-Hidayah Kabupaten Bandung akan sejarah Partai Golkar dalam menjaga dan memperjuangkan nilai-nilai agama di kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pernyataan itu disampaikan Kang Ace, sapaan akrab Tubagus Ace Hasan Syadzily, saat memberikan sambutan dalam acara Peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Masjid Besar Soreang, Kabupaten Bandung, Rabu (17/1/2024).
Hadir dalam acara itu, ratusan ibu-ibu Pengajian Al-Hidayah Kabupaten Bandung. Tausyiah Isra Mi’raj dibawakan oleh Ketua DPP Majelis Dakwah Islamiah (MDI) KH Chaerul Anam.
“Masjid Besar Soreang dibangun oleh Presiden Soeharto pada masa Orde Baru melalui Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang saat itu ketuanya adalah Pak Harto,” kata Kang Ace.
Kang Ace menyatakan, Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila didirikan oleh Presiden Soeharto dan Partai Golkar. Begitu juga Pengajian Al-Hidayah. Karena itu, prasasti Masjid Besar Soreang berwarna kuning.
Saat Partai Golkar berkuasa, tutur Kang Ace, Presiden Soeharto membangun ribuan masjid. Hampir di semua kabupaten/kota se-Indonesia, ada masjid Pancasila, salah satunya Masjid Besar Soreang.
Ini, ujar Kang Ace, bukti Golkar, walaupun partai nasionalis, tidak membawa-bawa agama, tetapi memperjuangkan agama. Maka, selain Pengajian Al-Hidayah, di Golkar juga ada Majelis Dakwah Islamiah (MDI) yang diketahui KH. Khaerul Anam.
Kemudian, Golkar Juga memiliki Satuan Karya Ulama (Satkar Ulama). Dulu Satkar Ulama Jabar dipimpin oleh almarhum KH. Uyeh Balukiya Syakir Syujai. Banyak ulama dan kiai di Partai Golkar.
“Golkar walaupun bukan partai agama, tetapi memperjuangkan nilai-nilai agama. Jika tidak ada yang memperjuangkan dan menjaga, nilai-nilai agama bisa hilang di negara kita, terutama dalam kebijakan-kebijakan negara,” ujar Wakil Ketua Komisi VIII DPR itu.
Dalam kesempatan itu, Wakil Rakyat dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jabar 2 (Kabupaten Bandung-Bandung Barat) ini juga menjabarkan tentang tujuan politik. Pertama, menyiasati urusan dunia untuk menjaga agama.
“Jika agama kita tidak dikawal oleh politik, sempat ramai di DPR, dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan agama akan dihilangkan. Jika ada undang-undang yang tidak memasukkan pendidikan agama dalam kurikulum, mau bagaiman generasi bangsa kita. Bagaimana anak-anak jika tidak diajarkan agama, bisa hancur moralnya,” ujar Kang Ace.
Karena itu, kata Kang Ace, politisi membuat regulasi agar agama tetap terjaga dalam Sisdiknas. Ketua Umum DPP Pengajian Al-Hidayah Hetifah Sjaifudian yang merupakan anggota Komisi X DPR, berjuang agar pendidikan agama tetap ada dalam Sisdiknas. Artinya, pendidikan agama penting dikawal secara politik.
Kang Ace juga mencontohkan perjuangan politik Komisi VIII DPR dalam penentuan kuota haji yang pada 2024 terbesar sepanjang sejarah, yaitu, 241.000 jamaah. Kemudian, Komisi VIII DPR melalui perjuangan politik berhasil menekan biaya haji dari Rp105 juta usulan pemerintah, menjadi Rp93,4 juta.
“Jika bukan karena politik, tidak mungkin biaya ibadah haji 2024 bisa ditekan agar lebih terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah mengusulkan biaya haji Rp105 juta per jamaah. Namun di Komisi VIII DPR, ditekan menjadi Rp93,4 juta. Itu salah satu perjuangan politik,” tutur Kang Ace.
“Saya berharap, Pengajian Al-Hidayah menjadi kekuatan bagi kita (Partai Golkar) dalam rangka memastikan agar moral tetap terjaga di level keluarga,” ucapnya.
Tujuan politik kedua adalah, mengelola urusan dunia untuk akhirat. “Karena itu, ulah dijauhan (jangan dijauhi) politik teh. Maka, Pengajian Al-Hidayah didirikan oleh Partai Golkar agar urusan keagamaan bisa dilindungi dan diperjuangkan oleh politik. Karena itu, aspirasi politik anggota Pengajian Al-Hidayah ke Golkar,” ujar Kang Ace.
Menurut Kang Ace, peringatan Isra Mi’raj sangat penting. Peristiwa mukjizat yang dialami Rasulullah Muhammad SAW dalam semalam melakukan perjalanan ke Sidratulmuntaha adalah ujian keimanan bagi umat.
“Selengkapnya, akan disampaikan dalam tausyiah oleh Ketua DPP MDI KH. Chaerul Anam,” pungkasnya.
Asep R. Rasyid