WartaParahyangan.com
BANDUNG – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Tubagus Ace Hasan Syadzily menyatakan, agama sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Agama bukan hanya menjadi inspirasi tetapi juga aspirasi, sehingga Indonesia bukan negara sekuler seperti negara-negara lain di dunia.
Pernyataan itu disampaikan Kang Ace, sapaan akrab Tubagus Ace Hasan Syadzily, saat memberikan tausyiah di Masjid Nurul Asri, Kompleks Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Minggu (28/1/2024).
Di awal tausyiahnya, Kang Ace menyampaikan tentang peranan Komisi VIII DPR RI sebagai komisi yang berkaitan dengan agama.
“Agama itu penting. Karena terkait kebijakan-kebijakan yang menyangkut kehidupan kebangsaan kita. Kalau tidak melibatkan aspek agama, maka bangsa kita menjadi bangsa sekuler,” kata Kang Ace.
“Bapak pendiri bangsa atau founding father menyatakan bahwa bangsa kita berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Prinsip dasar yang pertama itu tidak dimiliki oleh bangsa lain,” katanya lagi.
Ketua DPD Partai Golkar Jabar itu mencontohkan negara Inggris dan Prancis. Negara itu sekuler dan asasnya bukan Pancasila. Mereka berpegang kepada prinsip keseteraan. Tidak ada ketuhanan di negara itu.
“Tetapi bangsa kita memilih bahwa prinsip kebangsaan kita itu didasarkan kepada lima prinsip yang disebut dengan Pancasila. Nomor satunya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,” ujar Kang Ace.
Jadi sebagai bangsa, lanjut dia, Indonesia menganggap agama sangat penting sekali. Agama tentu tidak boleh dianggap sebagai sebuah pelengkap tapi harus dicerminkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Saya selalu menyampaikan dalam berbagai kesempatan, pernah debat dengan Menteri Agama (Menag). Mitra saya itu Kementerian Agama (Kemenag) yang sekarang dipimpin oleh Yakut Cholil Qoumas atau Gus Yakut,” tutur wakil rakyat dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jabar 2 (Kabupaten Bandung-Bandung Barat) itu.
“Beliau menyatakan, agama itu sebagai inspirasi bukan aspirasi. Saya protes, agama harus menjadi subtansi dan juga dalam kehidupan kebangsaan harus menjadi aspirasi,” ucap Kang Ace.
Sebab, ujar dia, jika agama semata-mata dijadikan sebagai inspirasi, bukan aspirasi, tidak mungkin di negara ini ada undang-undang zakat. Sebab UU Zakat adalah aspirasi. Tidak mungkin di Indonesia ini ada UU Wakaf. Tidak mungkin di Indonesia ada Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama.
“Tidak mungkin di Indonesia ada UU Haji. Tidak mungkin di Indonesia ada UU Ekonomi Syariah. UU Jaminan Produk Halal. Itu semua aspirasi,” ujarnya.
“Maka saya bilang, Gus, kita harus memahami bahwa agama di Indonesia itu bukan hanya sebagai inspirasi, tetapi juga aspirasi politik,” kata Kang Ace.
Asep R. Rasyid