Penting untuk Tingkatkan Layanan Air Bersih, Pemkab Bandung Ikuti Rakor Persiapan Pelaksanaan WWF

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kabupaten Bandung, Marlan.

WartaParahyangan.com

BANDUNG – Jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung mengikuti rapat koordinasi (rakor) teknis persiapan pelaksanaan World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan dilaksanakan di Bali tahun 2024 ini.

Rakor yang diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri RI dengan melibatkan pemerintah daerah dan perusahaan ini dilaksanakan secara daring.

“Pelaksanaan WWF ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan Hari Air Sedunia, yang kegiatan-kegiatan antara lain akan diisi dengan seminar dan pameran teknologi pengolahan air,” ujar Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kabupaten Bandung Marlan, yang mewakili Bupati Bandung Dadang Supriatna dalam rakor tersebut.

“Karena itu dalam pelaksanaan WWF itu, perusahaan daerah yang bergerak di bidang air minum juga diundang untuk hadir,” sambung Marlan seusai mengikuti rakor secara daring di Gedung Setda Komplek Pemkab Bandung, Soreang, Jumat (3/5/2024).

Marlan mengatakan salah satu isi dari kegiatan WWF tersebut, berkaitan dengan kebutuhan air bersih yang semakin sulit.

“Tapi disisi lain teknologi terus berkembang. Ini bagaimana pemerintah daerah atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) bisa memanfaatkan teknologi pengolahan air yang lebih efektif dan efisien,” katanya.

Ia menyebutkan yang diundang dalam pelaksanaan WWF itu, tidak hanya pemerintah daerah dan BUMD yang ada di Indonesia, tapi juga dari luar negeri.

Tingkatkan Layanan Air Bersih

“Jadi kita hadir pada pelaksanaan WWF itu sebetulnya sebagai salah satu upaya juga dari pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan air bersih di Kabupaten Bandung,” ucap Marlan.

Memang saat ini, kata Marlan, layanan air bersih di Kabupaten Bandung sudah mencapai 87 persen, baik layanan air bersih yang dilaksanakan PDAM Tirta Raharja, maupun SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) naik yang dikelola oleh pemerintah desa maupun komunitas.

“Inilah perlunya mengikuti kegiatan WWF, baik untuk bertukar pengalaman maupun untuk melihat sejauh mana daerah lain atau pun teknologi yang sudah ada yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh kita,” ujar Marlan.

Saat ini pun, lanjut Asda, pemerintah daerah sedang mendorong pihak PDAM khususnya, untuk meningkatkan cakupan layanan air bersih kepada masyarakat Kabupaten Bandung, di samping membangun SPAM.

“Salah satunya saat ini kita sedang membangun SPAM Kertasari, yang punya kapasitas sekitar 1.100 liter per detik, yang nantinya bisa membuat 45.000 sambungan rumah untuk wilayah timur Kabupaten Bandung. Pembangunan SPAM ini ditargetkan selesai pada 2026,” tuturnya.

Dengan begitu, lanjutnya lagi, beberapa kecamatan di Kabupaten Bandung timur yang belum tersentuh layanan PDAM, seperti Cilengkrang, Cileunyi, Nagreg dan wilayah lainnya, bisa memperoleh air melalui sambungan SPAM.

“Kita akan ekspansi ke sana. Mudah-mudahan mulai tahun ini, sudah akan berkontrak karena sudah akan ada pemenangnya dan mulai berjalan mungkin ground breaking sekitar Juni 2024,” katanya.

Andalkan Air Baku dari Sungai

Selain itu, kata Marlan, untuk wilayah Margahayu, Margaasih, akan meningkatkan kapasitas di SPAM Gambung.

“Kabupaten Bandung ini masih mengandalkan sumber air bakunya dari sungai dan sumber air lainnya. Tetapi lebih banyak dari sungai, sehingga memang perlu ada teknologi yang lebih efektif dan lebih efisien. Sumber air baku dari sungai itu terganggu pada saat banjir bandang. Namun disaat turun hujan dari hulu, kemudian tingkat kekeruhannya tinggi, sehingga tidak bisa diolah,” ungkapnya.

Marlan berharap dengan adanya pelaksanaan WWF itu, nantinya bisa ada berbagai pengalaman. Ia pun berharap sumber air lainnya bisa digunakan untuk menambah kebutuhan sumber air baku di Kabupaten Bandung.

“Selama ini, kita lebih banyak menggunakan sumber air yang sudah ada, sehingga teknologi yang digunakan lebih banyak di layanan. Bagaimana teknologi yang digunakan untuk percepatan misalnya, mengetahui titik air bocor. Kita sudah punya teknologinya, yang bisa dengan cepat mengetahui di mana titik air kebocoran,” jelas Marlan.

Ia juga menyebutkan bahwa pemerintah daerah sudah punya teknologi tekanan air. Tekanan air itu harus merata guna menghindari pipa saluran air pecah.

“Kita sempat mendapat penghargaan dari Francis karena kita sudah menggunakan teknologi itu,” katanya.

PDAM sendiri, sebut Marwan, sudah memperkecil kebocoran air pada triwulan satu ini hanya di 22,06 persen. Padahal di Desember 2023 lalu masih di 27,2 persen, sehingga turun cukup banyak.

“Dengan berkurangnya kebocoran air, tentu akan berdampak pada laba perusahaan juga,” katanya.

Lily Setiadarma