wartaparahyangan.com
BANDUNG – Universitas Pasundan (Unpas) Bandung menawarkan model kerja sama internasional yang efektif dalam praktik keterampilan bisnis maklun yang bisa dilakukan para pelaku UMKM di Desa Lebakmuncang, yang merupakan salah satu desa wisata di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Hal itu terungkap dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Tim Lembaga Penelitian Unpas di Aula Kantor Kecamatan Ciwidey, Jl. Lebakmuncang No.1 Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jumat (13/12/2024).
Dalam kegiatan yang diikuti puluhan pelaku UMKM dari Desa Lebakmuncang itu, hadir Camat Ciwidey Nardi Sunardi, SE,.M,SI., Kepala Desa Lebakmuncang Imas Masopah serta narasumber dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar.
Tim peneliti/dosen Unpas, Afief Maula Novendra, M.Pd., menjelaskan kegiatan FGD tersebut merupakan tindak lanjut dari hasil penelitiannya di Ciwidey selama setahun.
“Selama 1 tahun itu kami mendata ada 300 wisatawan mancanegara yang datang ke Ciwidey, dan kami juga melihat keberlimpahan sumber daya alam Ciwidey, yang tidak hanya strawberry, tapi banyak juga yang memiliki potensi eksport seperti kopi dan kerajinan kayu,” ungkap Arief.
Dari situlah pihaknya ingin membangun destinasi wisata baru dengan nama destinasi wisata bisnis maklun melalui kunjungan wisatawan mancanegara, dan Lebakmuncang dianggap sebagai desa yang tepat. Jadi ini merupakan destinasi yang diperuntukkan untuk wisatawan asing ataupun wisatawan lokal untuk bisa berkolaborasi dengan IKM dan UKM yang ada di desa wisata.
Dengan kerja sama seperti itu, kata Arief, diharapkan akan meningkatkan kemandirian suatu desa khususnya desa wisata.
Sementara itu, Camat Ciwidey Nardi Sunardi, menyambut positif program yang diprakarsai oleh civitas Unpas Bandung tersebut. Karena yang akan berkembang bukan saja sektor kepariwisataannya, tapi juga peningkatan ekonomi masyarakat melalui keterlibatan para pelaku UMKM yang ada di Lebakmuncang.
Menurut Nardi, di Kecamatan Ciwidey sebetulnya ada desa-desa lain yang juga punya potensi untuk kerja sama internasional dalam pengembangan praktik keterampilan bisnis maklun, seperti Desa Panundaan dan Rawabogo. Tapi tampaknya Desa Lebakmuncang paling siap.
Nardi pun berharap bila model bisnis maklun seperti itu nanti diterapkan di Desa Lebakmuncang, ada pendampingan dari Unpas. Karena dari pengalamannya melakukan studi tiru ke sejumlah desa wisata baik di Jabar maupun luar Jabar, desa wisata di sana maju antara lain karena adanya pendampingan dari perguruan tinggi.
“Di desa-desa wisata yang pernah kami kunjungi itu ada pendampingan secara terus menerus dari beberapa perguruan tinggi, selain adanya konsisten dan komitmen baik pemerintah desanya, BPD, masyarakat juga perguruan tinggi tersebut,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Desa Lebakmuncang, Imas Masopah, menyampaikan rasa syukur karena desanya dipilih oleh Unpas sebagai desa yang mengembangkan kerja sama internasional dalam praktik keterampilan bisnis maklun.
“Dibilang siap ya siap. Kami pemerintah desa bersama semua stakeholder, baik itu BPD, PMD, Bumdes, Karang Taruna, maupun PKK dan lainnya, tentu senang bila ada program atau kolaborasi yang dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan semua pihak.
“Intinya, untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat di Desa Lebakmuncang, salah satunya dengan memberdayakan UMKM yang ada di Desa Lebakmuncang melalui kerja sama dengan pihak lain desa wisata di bawah naungan BUMDes,” kata Imas.
Lily Setiadarma