WartaParahyangan.com
KOTA SUKABUMI – BKKBN Jawa Barat bersama DPRD Kota Sukabumi dan DPR RI menggelar sosialisasi program percepatan penurunan stunting di halaman kos-kosan Jl. Pemuda, Kelurahan Tipar, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi, Minggu (17/9/2023).
Hadir dalam kegiatan itu, antara lain anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Hj. Dewi Asmara, S.H., M.H., Sekretaris BKKBN Jabar, Irfan Astono, M.Si., Kepala Seksi Advokasi KIE Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kota Sukabumi, H. Indra Permana, SKM, MKM, dan anggota DPRD Kota Sukabumi dari Fraksi Partai Golkar, Yunus Suhandi, S.IP.
Kepala Seksi Advokasi KIE DP2KBP3A Kota Sukabumi, H. Indra Permana, menjelaskan kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya untuk mencegah bayi dan anak-anak terkondisi stunting, yaitu tumbuh kembang anak yang tidak sesuai dengan umur karena masukan gizi yang kurang.
Di tempat yang sama, Sekretaris BKKBN Jabar, Irfan Indri Astono, menyebutkan jumlah penduduk Kota Sukabumi sekitar 358.850 jiwa. Kalau kita tidak dikendalikan bisa meningkat jumlahnya. Karena adanya bonus demografi. “Jadi harus ada upaya. Salah satunya dengan ber-KB,” katanya.
Irfan juga menyebutkan, di Kota Sukabumi ada peningkatan angka stunting, dari semula 19,1 persen menjadi 19,2 persen pada 2022. Hal itu harus menjadi perhatian semua pihak agar angka stunting bisa turun.
Sementara itu, anggota Komisi IX DPR RI, Dewi Asmara, mengajak semua pihak untuk mempersiapkan generasi bangsa yang kuat, cerdas, dan sehat, supaya mereka mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
“Nah, untuk membentuk generasi bangsa yang kuat, tentu sedapat mungkin jangan ada anak stunting. Stunting ini adalah satu kondisi dimana anak itu pada usia 0-1.000 hari kekurangan asupan gizi yang kronis dan disebabkan antara lain karena salah pola asuh, dan bukan semata-mata karena kita kurang ekonomi,” tuturnya.
Dewi Asmara juga mengulas prilaku sebagian anggota keluarga yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Akibatnya muncul virus dan bakteri sumber penyakit. Ini akan sangat berbahaya bagi anak usia 0-3 tahun, yang belum punya kekebalan seperti orang dewasa.
“Akibatnya anak jadi sakit karena terkena bakteri. Bila anak usia 0-3 tahun sering sakit-sakitan, otomatis pertumbuhan otaknya terganggu,” katanya.
Jenal