
WartaParahyangan.com
BANDUNG – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Periode 2014-2019, H. Ayi Hambali, MM, mengungkapkan, sejumlah bencana alam yang diakibatkan proyek pembangunan rel kereta api (KA) cepat Jakarta-Bandung, sudah diprediksi jauh sebelumnya.
“Kami waktu itu sudah memprediksi bahwa pembangunan KA Cepat Jakarta-Bandung akan berdampsk serius terhadap lingkungan. Sebab trase KA cepat itu berada di wilayah yang rawan bencana,” ungkap Ayi Hambali di Bandung, Kamis (5/3).
Ayi menjelaskan, pada Oktober 2015, anggota DPD RI menggunakan hak bertanya kepada Presiden tentang Pembangunan Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung.
“Salah satu yang mendapat perhatian sangat serius waktu itu adalah pengelolaan dampak lingkungan pada saat prakonstruksi, saat konstruksi dan saat operasional. Kami mempersoalkan hal itu karena mamang daerah yang dilalui oleh trase kereta api cepat tersebut merupakan wilayah yang rawan bencana,'” papar Ayi.
Menurut Ayi, dalam beberapa bulan terakhir ini terjadi beberapa kali bencana, mulai dari meledaknya pipa Pertamina, banjir di wilayah Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang sebelumnya belum pernah terjadi, banjir di jalan tol Jakarta-Cikampek, hingga longsor di wilayah Kabupaten Purwakarta yang disebabkan proses konstruksi pada areal pembuatan terowongan bawah tanah.
Semua itu, kata Ayi, berujung pada dikeluarkannya Surat Perintah Pemberhentian Sementara Pembangunan Proyek KA Cepat Jakarta Bandung oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI.
“Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan prediksi yang berangsur menjadi fakta dan dipastikan akan berdampak pada membengkaknya biaya pembangunan serta molornya waktu penyelesaian proyek KA cepat. Ini tentu saja akan berakibat juga pada kalkulasi finansial dan membengkaknya utang,” tuturnya.
Mega proyek itu pun, katanya lagi, kini menjadi buah simalakama: bila diteruskan maka potensi kerugian sudah tergambar dengan jelas, bila tidak dilanjutkan maka biaya yang sudah dikeluarkan, yang bersumber dari pinjaman, mau dari mana mengembalikannya?
“Kedua pilihan ini akhirnya akan jadi beban APBN dimasa mendatang,” kata Ayi yang bersama AM Fatwa (alm.) menulis buku tentang proyek KA cepat itu dengan judul “Menggugat Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung”.
(Asep R. Rasyid)