
WARTAPARAHYANGAN.COM
MARGAHAYU – Kolonel (Pnb) Mohamad Nurdin menyambut baik kunjungan kerja masa reses yang dilakukan oleh Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf ke Lanud Sulaiman, Jumat (06/-3) Menurutnya, ini menjadi peluang masyarakat menyampaikan aspirasi yang terkait dengan dunia pendidikan penerbangan.
Pada kesempatan tersebut, Dede Yusuf meninjau sejumlah fasilitas sekolah dan menyerap aspirasi para guru dan siswa. Diharapkan, kunjungan tersebut dapat memberikan dampak positif.
“Dengan banyaknya fasilitas ini akan membawa kemajuan di SMK Angkasa 1. Karena secara umum SMK ini mencetak hasil didik yang siap untuk dunia kerja,” ujar Nurdin.
Sementara itu Dede Yusup mengatakan, bahwa menurut data pokok pendidikan (Dapodik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, angka pengangguran yang dicetak dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih tinggi dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal tersebut menyebabkan banyak siswa-siswa lulusan SMK tidak bisa tersalurkan di dunia pekerjaan.
“Permasalahannya sangat banyak sekali yang menjadi penyebab, tapi yang coba saya identifikasi, SMK ini investasinya lebih besar dari dari SMA, karena harus punya peralatan. Apalagi yang jurusan teknik membutuhkan peralatan yang rata-rata harus di update per tiga tahun,” ungkap Dede di sela kunjungannya.
Menurut Dede, biasanya SMK juga belum tentu mendapatkan pendapatan yang cukup signifikan dari murid-murid, karena kalah besaing dengan beberapa sekolah negeri. Namun dalam realitanya, pendidikan vokasi menjadi target Presiden Jokowi, yang disebut sumber daya manusia (SDM) unggul.
“Artinya yang memiliki skill dan keterampilan, serta mampu terserap di dunia pekerjaan. Dan SMK memiliki potensi untuk itu, karena mereka yang dididik di sini (SMK) adalah vocational training (bimbingan dan pelatihan) dalam waktu tiga tahun, bahkan ada juga yang sampai empat tahun,” terangnya.
Namun, kata dia, tentunya mereka harus memiliki link and match dengan duniaa industri. “Makanya di SMK Angkasa 1 Margahayu ini para siswanya diberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan perusahaan,” ucapnya.
Dalam kunjungannya, Dede bertemu dengan pihak Mitsubishi yang ternyata menyerap siswa-siswa dari SMK Angkasa 1 Margahayu, untuk bisa dijadikan bagian dari industri mereka. Hal inilah yang membuat Komisi X DPR RI mendorong Kemendikbud agar bisa menjadikan SMK kembali berjaya dan mengejar ketertinggalan.
“Karena bagaimana pun juga nanti kami harus bicara dengan Kemendikbud. Dengan sekian banyak anggaran dan program yang diturunkan, implementasinya di bawah (SMK). Benar tidak terimplementasi dengan baik. Benar tidak kebijakan tersebut akan menyentuh. Ini yang nanti jadi pertanyaan kami untuk Kemendikbud,” katanya.
Sehingga nantinyan lanjut dia, pihaknya bisa menyampaikan pentingnya fasilitas seperti peralatan untuk SMK ini. Karena tidak mungkin menggunakan perlatan yang ’90an sedangkan saat ini sudah 2020.
“Makanya harus ada dukungan pemerintah dari sisi peralatan. Kalau tidak, lulusan dari sini (SMK) tidak akan serta merta memiliki kompetensi masuk dunia industri,” ucapnya.
Apalagi para siswa lulusan SMK nanti akan memiliki setifikat kelulusan. Namun, itu belum tentu dianggap oleh dunia industri karena harus ada sertifikat kompetensi. Setelah itu harus ada lagi untuk disamakan derajatnya dengan orang yang memiliki skill, namanya sertifikat profesi.
“Tidak mungkin siswa harus membayar jutaan untuk mendapatkan sertifikat profesi. Disitulah peran negara untuk sertifikasi ini. Negara harus ikut mendukung sertifikasi kompetensi dan profesi. Dan saya sudah cek, tahun ini untuk sertifikasi kompetensi akan disiapkan dari Pemerintah Provinsi. Nanti saya akan kontrol lagi, benar tidak memfasilitasi itu,” jelasnya.
(Lily Setiadarma)