Baznas Cianjur Bina Muallaf Hingga Mandiri

Para muallaf perempuan binaan MCB Kabupaten Cianjur sedang mendapatkan pembinaan tauhid dari Lukmanul Hakim, salah seorang ustad di MCB, di aula kantor Baznas Cianjur, Rabu lalu.

WartaParahyangan.com

CIANJUR – Terdorong rasa prihatin atas adanya muallaf (orang yang baru masuk Islam) yang kesana-kemari meminta bantuan, Muallaf Center Baznas (MCB) Kabupaten Cianjut melakukan pembinaan intensif terhadap 10 muallaf perempuan.

“Sebetulnya ini merupakan pilot proyek, yang hasilnya nanti akan menjadi program MCB selanjutnya dalam membina para muallaf di Kabupaten Cianjur,” ungkap Ketua MCB Kabupaten Cianjur, yang juga Wakil Ketua I Kepala Bidang Pengumpulan Baznas Kabupaten Cianjur, Misbahudin, kepada WartaParahyangan.com, Senin (10/2).

Menurut Misbahudin, selama ini pihaknya sering mendengar, bahkan pernah melihat sendiri ada muallaf yang keluar masuk kantor pemerintah dan datang ke rumah-rumah penduduk untuk meminta bantun dengan dalih sumbangan untuk muallaf.

“Ada yang sampai belasan tahun mereka melakukan hal itu, sehingga kesannya jadi kurang bagus, seolah-olah jadi muallaf itu secara sosial ekonomi hidupnya susah terus. Padahal ‘kan tidak begitu,” kata Misbahudin.

Memang, katanya lagi, cukup banyak juga sebetulnya muallaf yang secara ekonomi sudah mapan sejak sebelum mereka mengikrarkan dua kalimat syahadat, sehingga pembinaan yang diberikannya pun lebih fokus pada ajaran agama Islam.

Sedangkan pembinaan kepada muallaf yang ekonominya belum mapan, diberikan juga materi pembinaan seputar kegiatan ekonomi, bahkan diberi modal usaha oleh Baznas Cianjur. Inilah yang saat ini secara intensif dilakukan MCB kepada 10 muallaf tersebut.

“Ini tahap pertama, 10 muallaf dulu. Nanti jumlahnya akan lebih banyak, dan juga akan dilakukan kepada muallaf laki-laki. Karena jumlah muallaf di Cianjur cukup banyak, sekitar 250 orang,” kata Misbahudin

Para muallaf tersebut, lanjut Misbahudin, dibina secara rutin tiap Rabu di aula kantor Baznas Cianjur selama enam bulan hingga satu tahun. Mereka mendapatkan pengajaran soal-soal ibadah, syariah, kristologi, aqidah, akhlak, tauhid, dan baca Al-Qur’an.

“Selama dibina, para muallaf tersebut juga mengikuti berbagai kegiatan seperti pengajian kelompok, pembinaan ekonomi, sosial dan dakwah, serta belajar membaca Al-Qur’an dengan menggunakan Metode Iqra atau Al-Barqi,” kata Misbahudin

Pihaknya berharap dengan pembinaan minimal selama enam bulan dan maksimal satu tahun itu, para muallaf tersebut sudah bisa mandiri dan melepaskan statusnya sebagai muallaf.

(Asep R. Rasyid)