Berbagi Bahagia, Al-Fatima Rambati Nusantara Gelar Trauma Healing dan Masak Bersama Penyintas Gempa Cianjur

Yayasan Al Fatima dan Rambati Nusantara berbagi kebahagian dengan anak-anak dan warga terdampak gempa di Pengungsian Mandiri Kampung Cisarua, Rancagoong, Cilaku, Cianjur.

WartaParahyangan.com

CIANJUR – Ratusan anak dan ibu-ibu penyintas gempa bumi yang berada di Posko 04 Pengungsian Mandiri Kampung Cisarua RT 04/07, Desa Rancagoong, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, tampak sumringah.

Pasalnya hari itu, Sabtu (24/12/2022), anak-anak dan warga terdampak gempa bumi Cianjur tersebut mendapat program trauma healing dari Yayasan Al-Fatima dan Rambati Nusantara dengan dukungan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Provinsi Jawa Barat.

“Alhamdulilah kami bisa berbagi bahagia dengan warga dan anak-anak penyintas gempa Cianjur, bermain bersama, memasak dan bernyanyi,” kata Pengurus Yayasan Al-Fatima dan Pendiri Rambati Nusantara, Ira Tasty Sidharta, Minggu (25/12/2022).

Kegiatan pemulihan pasca gempa itu, lanjut Ira, diharapkan dapat membangun semangat para penyintas untuk cepat bangkit.

Ira menyebutkan, program trauma healing dengan tema ‘Kidung Pangdunga Kinanti Walagri’ yang diberikannya itu meliputi kegiatan permainan tradisional Sunda seperti Gasing, Totoroktokan, Oray-orayan hingga lompat tinggi dengan menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar, seperti bambu dan karet gelang.

“Kami berterimakasih kepada BPNB Jabar, Lokatmala Foundation dan penggiat budaya dari Kemendikbud Ristek Kang Dika Dzikriawan serta seniman Cianjur Grisela Dita dan Rafi Taufik yang memandu acara ini dengan sangat keren,” kata Ira.

Pantauan di lapangan, ibu-ibu yang terdampak gempa bumi tersebut juga terlibat aktif dalam beragam kegiatan trauma healing yang digelar Al-Fatima dan Rambati Nusantara. Raut kebahagiaan terpancar dari wajah mereka, terutama saat menyanyi sambil memasak dan berbagi oleh-oleh dari kelompok UMKM Rambati Nusantara.

Mereka pun tampak antusias melihat anak-anaknya belajar menggambar, bermain dan mengikuti beragam perlombaan sederhana yang digelar secara spontan. Gelak tawa dan keriangan membelah suasana Posko Pengungsian yang didirikan secara mandiri oleh warga itu.

Pada hari yang sama, BPNB juga menggelar acara sejenis bersama Lokatmala Foundation di SDN Gintung Jl. PTPN VIII Kampung Mangun RT 01/04, Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur.

Ratusan siswa-siswi didampingi guru-gurunya tampak antusias mengikuti program trauma healing tersebut, meskipun hanya dilakukan dalam tenda di depan SDN Gintung yang ambruk akibat gempa bumi berkekuatan 5,6 SR yang mengguncang Cianjur pada Senin (21/11/2022) siang lalu itu.

Ketua Lokatmala Foundation Wina Rezky Agustina, mengatakan, kegiatan pemulihan semangat belajar bagi anak-anak korban gempa Cianjur ini dilakukan agar IPM Cianjur tak ikut terbawa ambruk pasca gempa terjadi.

“Semangat belajar anak-anak sebagai agen masa depan bangsa harus terus dipupuk dan diselamatkan meskipun dalam kondisi bencana,” kata Wina.

Menurut Wina, dalam kondisi apapun tak boleh ada zero belajar, atau anak-anak kosong dari pembelajaran dan pendidikannya. “Tak mungkin kita bisa meningkatkan IPM kalau anak-anaknya masih trauma, sehingga tidak memiliki semangat belajar,” ujarnya.

“Ikhtiar kecil ini bentuk upaya kami membantu pemerintah Kabupaten Cianjur agar IPM bisa lebih baik ke depannya,” sambung Wina.

Terpisah, Direktur Komunikasi dan Jaringan Lokatmala Foundation, Grisela Dita, menjelaskan, gempa bumi Cianjur telah menelan korban 604 jiwa meninggal dunia, 593 jiwa luka-luka, 33 masih dirawat, 6 orang masih dalam pencarian, dan 114.683 jiwa terpaksa mengungsi di lebih dari 400 tempat pengungsian.

“Selain korban jiwa, gempa dahsyat itu juga mengakibatkan kerugian di berbagai sektor, salah satunya adalah pendidikan. Terdapat 665 unit satuan pendidikan dengan jumlah ruang belajar 2.393 kelas, yang tersebar di 16 kecamatan terdampak, mengalami rusak parah sehingga proses belajar mengajar menjadi terganggu,” ungkap Grisela.

Ia juga menyebutkan, dari sekian persoalan pasca gempa Cianjur, pemberian perlindungan dan pendampingan terhadap anak-anak yang menjadi korban bencana tersebut adalah hal yang patut menjadi perhatian bersama.

“Anak-anak merupakan salah satu kelompok yang rentan terkena masalah psikologis pasca gempa. Karena itu mereka perlu perlindungan, salah satunya melalui dukungan psikososial anak,” katanya.

Asep R. Rasyid