WartaParahyangan.com
JAKARTA – Bunda Literasi Kabupaten Bandung, Emma Dety Permanawati, membagikan berbagai langkah progresif dalam meningkatkan minat baca masyarakat Kabupaten Bandung pada Rapat Koordinasi Asosiasi dan Komunitas Literasi, di Hotel Orchardz Jayakarta, Jakarta, Kamis (07/09/2023)
Pada pertemuan bertema “Membangun Masyarakat Cerdas, Inovatif, dan Produktif Melalui Literasi”, Emma yang hadir sebagai narasumber, menggambarkan tantangan besar yang dihadapi olehnya dalam meningkatkan literasi masyarakat Kabupaten Bandung pasca pandemi Covid-19. Pasalnya, selama pandemi, kunjungan masyarakat ke perpustakaan menurun drastis.
Namun, titik terang dalam perjalanan literasi Kabupaten Bandung terlihat dalam Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) yang melonjak dari 48,64 poin pada tahun 2021 menjadi 82,09 poin pada 2022.
Keberhasilan itu tidak terlepas dari kolaborasi yang gigih antara Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kabupaten Bandung dan berbagai pilar literasi, seperti Bunda Literasi Kabupaten Bandung, Paguyuban Duta Baca Kabupaten Bandung, Literasi Edukasi Keluarga, Sekolah, Anak, dan Masyarakat (LEKSAM) Bedas, Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB), Pecinta Naskah Kuno, Forum Pendongeng, Forum Penulis, Forum Taman Baca Masyarakat (TBM), Perkumpulan Ilmuwan Administrasi Publik (PIAP), serta Yayasan Mutiara Ilahi.
“Saya terus berkoordinasi dengan Dispusip Kabupaten Bandung dan mendorong bunda-bunda literasi di tingkat RW agar mempromosikan aktivitas literasi, khususnya mendongeng di rumah masing-masing,” jelas Emma.
Ia menyebutkan, mendongeng memiliki manfaat yang besar dalam meningkatkan daya imajinasi dan kreatifitas anak-anak. Terkait hal ini, Emma juga membanggakan prestasinya sebagai bunda literasi kabupaten pertama di Indonesia yang menerbitkan buku dongeng berjudul “Aku Pahlawan Lingkungan”.
Buku yang diterbitkan tersebut bertujuan agar bisa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia secara umum serta membumikan kembali aktivitas dongeng sekaligus menginspirasi anak-anak untuk mencintai lingkungan.
“Aktivitas literasi juga bisa dikembangkan ke arah kesenian, berbagai pelatihan, dan produksi makanan, sehingga bisa menciptakan nilai ekonomi di masyarakat,” katanya.
Emma juga memaknai literasi sebagai pintu gerbang bagi masyarakat menjadi sejahtera, membuka pintu pengetahuan, imajinasi, dan pemahaman yang lebih dalam terhadap budaya serta informasi di era digital saat ini.
Sejalan dengan hal itu, Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando mengungkapkan kegembiraannya atas semangat tinggi gerakan literasi di Kabupaten Bandung. Dia menegaskan pentingnya literasi sebagai fondasi penting dalam pembentukan karakter masyarakat yang cerdas dan inovatif.
“Literasi itu berarti bisa mengimplementasikan keilmuannya menjadi sebuah produk. Makanya, untuk meningkatkan level literasi masyarakat, kita perlu komunitas literasi seperti ini,” ujar Syarif Bando.
Program literasi di Kabupaten Bandung saat ini berbasis inklusi sosial yang telah terwujud dalam bentuk Kampus Bedas Literat (Kabelat), yakni sebuah inisiatif yang bertujuan membentuk masyarakat Kabupaten Bandung yang literat dan sejahtera.
Program tersebut mencakup pelatihan kesenian dan aspek ekonomi yang berkelanjutan, di samping adanya inovasi lain di bidang literasi, seperti program Jelajah Literasi Asyik (Jelita), Sang Bedas (Sasakala Dongeng Bandung Bersama Ki Bedas), Wisata Literasi dan Perpustakaan Sahabat Anak, Bedas Literasi Ramadhan (Berlian), dan Lentera Langit.
Lily Setiadarma