Diikuti 1.271 Siswa, SMPN 1 Ciwidey Selenggarakan PSAS 2025/2026 Berbasis CBT

WartaParahyangan.com

BANDUNG – Sebanyak 1.271 siswa SMP Negeri 1 Ciwidey, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, mengikuti Penilaian Sumatif Akhir Semester (PSAS) Tahun Pelajaran 2025/2026 mulai Senin-Jumat (1-5/12/2025).

Pelaksanaan PSAS tahun ini menghadirkan pendekatan yang lebih terstruktur menggunak, yakni menggunakan sistem Computer Based Test (CBT), sehingga proses ujian bisa lebih cepat, lebih akurat, dan lebih efisien.

Selain itu, penggunaan CBT juga memberi pengalaman yang lebih modern bagi peserta didik untuk terbiasa menghadapi sistem digital dalam kegiatan akademik. Dengan begitu, sekolah berupaya memperkuat budaya literasi teknologi.

Kepala SMPN 1 Ciwidey, Ahmad Rohman Somantri, S.Pd., M.M.Pd., menugaskan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Oom Mariyah, S.Pd., untuk mengoordinasikan seluruh rangkaian kegiatan.

Oom menjelaskan, PSAS diikuti 1.271 siswa, masing-masing 459 siswa kelas 7, 409 siswa kelas 8, dan 403 siswa kelas 9. Menurutnya, pembagian jadwal sudah tersusun sejak awal semester sehingga guru dapat menyiapkan kisi-kisi dan perangkat soal dengan lebih matang.

“Untuk hari pertama, mata pelajaran yang kita ujikan PABP dan Bahasa Indonesia. Semua siswa mengerjakan soal melalui aplikasi CBT dengan sistem pengawasan silang. Dengan pola ini, siswa bisa mengenal guru lain dan suasana ujian lebih netral,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan posisi PSAS dalam penilaian hasil belajar. “PSAS hanya untuk menilai semester satu. Untuk kenaikan kelas nanti kita memakai PSAT. Namun, nilai PSAT dan PSAS tetap kita pertimbangkan secara bersamaan,” jelasnya.

Dengan alur tersebut, sekolah ingin menjaga konsistensi asesmen sepanjang tahun. Karena setiap hasil ujian memiliki bobot tersendiri sesuai pedoman sekolah.

Di lapangan, sekolah bergerak cepat dalam menyiapkan fasilitas pendukung. Oom memastikan komite ujian menyediakan laboratorium komputer untuk siswa yang tidak memiliki smartphone.

“Sejauh ini kondisi aman. Siswa yang tidak punya HP bisa memakai perangkat di lab komputer. Insyaallah jaringan stabil,” katanya.

Pengawas Kelas 8K, Riska Nindayanti, S.Pd., menilai CBT berjalan lancar meski beberapa kendala muncul. “Teknis ujian menggunakan CBT berjalan cukup baik. Memang ada soal yang kurang lengkap, tetapi kami langsung memperbaikinya. Saya berharap aplikasi ini bisa terus berkembang agar server lebih stabil,” ujarnya.

Hal senada disampaikan pengawas Kelas 8A, Aep Saepulloh, S.Pd., yang menyebut adanya pola pengawasan bergilir, dan ini membuat siswa lebih segar menghadapi ujian setiap hari.

“Hari ini saya bertugas di 8A, besok pindah ke 8B, dan seterusnya. Pola ini kita terapkan agar suasana ujian tidak monoton. Alhamdulillah semua berjalan tertib,” ujar Asep seraya menambahkan, siswa dapat mengikuti instruksi dengan baik.

Pengelola IT SMPN 1 Ciwidey, Aris Paridi, S.Pd., menyebut bahwa sekolah menyediakan 26 komputer untuk cadangan. “Untuk siswa yang tidak membawa perangkat, kami sediakan komputer di lab. Hari ini ada 20 siswa yang memakai fasilitas tersebut. Jumlahnya masih di bawah kapasitas, jadi semuanya bisa terlayani,” jelasnya.

Salah seorang siswa kelas 7G, Hafshah Aulya Setiani, mengaku sempat mengalami kendala perangkat. “HP saya tiba-tiba mati pas lagi mengerjakan soal. Jadi belum sempat menyelesaikan. Tapi setelah saya laporkan, guru langsung membantu,” katanya.

Berbeda dengan Hafshah, siswi kelas 9A, Ashyra Draista Putri Resdhiawan, merasa ujian justru lebih menyenangkan. “Seru karena menggunakan gadget. Jadi lebih praktis. Tadi saya mengerjakan Bahasa Indonesia dan PABP. Soalnya jelas,” ujarnya.

Siswa kelas 9A lainnya, Azriel Rizky Fadilah, mengungkapkan rasa syukurnya bisa mengerjakan soal dengan lancar. “Ada sedikit kendala, tetapi guru langsung mengecek. Sistemnya praktis dan simple. Insyaallah saya yakin dapat nilai bagus,” kata Azriel.

Melalui PSAS tersebut, SMPN 1 Ciwidey menunjukkan komitmen untuk meningkatkan mutu evaluasi belajar. Sekolah tidak hanya mengedepankan akurasi, tetapi juga berusaha menanamkan budaya kejujuran.

Lily Setiadarma

Leave a Reply