Dukung Program Ketahanan Pangan Daerah, Semua SMP di Kabupaten Cianjur Gebyar Tanam Cabai dan Tomat

Siswa-siswi SMPN 1 Sukaresmi Cianjur sedang menanam cabai dan semacamnya di halaman sekolahnya dalam rangka mengimplementasikan program ketahanan pangan daerah.

WartaParahyangan.com

CIANJUR – Program ketahanan pangan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur yang salah satunya dituangkan dalam gerakan menanam cabai dan hortikulturan lain yang berumur pendek, tak hanya dilaksanakan para ASN dan masyarakat umum, namun juga para pelajar di sekolah-sekolah di lingkup Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) setempat.

Seperti di SMP, baik negeri maupun swasta, gerakan yang juga bertujuan untuk mengendalikan inflasi daerah itu telah mulai dilaksanakan. Bahkan terbilang gebyar, karena seluruh SMP yang ada di Kabupaten Cianjur, yang berjumlah 395 sekolah, hampir berbarengan melaksanakankan gerakan tersebut.

“Sesuai dengan instruksi Pak Bupati, kami juga berupaya melaksanakan gerakan tersebut di semua SMP baik negeri maupun swasta. Ini sebagai dukungan dunia pendidikan terhadap program ketahanan pangan daerah. Kami bersyukur, sambutan dari sekolah sangat positif,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) SMP Disdikpora Kabupaten Cianjur, Helmi Halimudin, S.Pd, M.Si, ketika ditemui di ruang kerjanya, Senin (07/11/2022).

Sambutan positif tersebut, lanjut Helmi, selain karena keinginan untuk berkontribusi dalam program ketahanan pangan Kabupaten Cianjur melalui gerakan menanam cabai, tomat dan sejenisnya, juga hal itu sejalan dengan kurikulum baru yang dicanangkan Kemendikbudristek, yakni Kurikulum Merdeka.

Dalam kurikulum baru itu, antara lain terdapat pembelajaran praktek yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah.

Plt. Kepala Disdikpora Kabupaten Cianjur Akib Ibrahim sedang meninjau tanaman cabai dan tomat di halaman samping SMPN 1 Cianjur, yang dijadikan lahan bercocok tanam dalam program ketahanan pangan daerah di SMP tersebut.

“Jadi melalui gerakan menanam cabai itu, para siswa SMP belajar cara mengolah tanah, membuat persemaian bibit, menanam bibit, menyirami tanaman dan proses pemeliharaan lainnya hingga caranya panen. Dari sini diharapkan mereka dapat mempraktekkannya kembali di rumah masing-masing,” tutur Helmi.

Hasil panennya nanti, kata Helmi, bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, sehingga ketika orang tua mereka butuh cabai rawit atau tomat misalnya, tak perlu membeli ke warung, tinggal metik saja di sekitar rumah. “Makanya gerakan ini tidak hanya satu musim tanam. Tapi akan berlanjut setelah panen pertama selesai,” katanya.

Dalam prakteknya di sekolah, lanjut Helmi, bibit yang ditanam bukan hanya cabai, tapi juga cabai rawit (cengek, Sunda), terung, tomat, sawi dan hortikulturan lain yang berumur pendek. Juga media tanamnya, tak hanya di lahan kosong milik sekolah, tapi juga di polibag.

“Dari pemantauan kami secara acak ke sejumlah SMP, sekolah-sekolah yang tidak memiliki lahan kosong, menggunakan polibag sebagai media tanam. Polibag ini dijejerkan di samping atau di belakang gedung sekolah, dan ada juga yang dijejerkan di halaman depan kelas, yang cukup tersinari matahari,” ungkap Helmi.

Sedangkan sekolah yang memiliki lahan kosong, lanjut Helmi, memanfaatkan lahan tersebut dengan terlebih dulu diolah tanahnya, digemburkan, seperti dicangkul dan semacamnya.

Kabid SMP Disdikpora Kabupaten Cianjur, Helmi Halimudin (kedua dari kiri) saat meninjau salah satu SMP yang sedang melaksanakan program ketahanan pangan melalui gerakan menanam cabai dan semacamnya di halaman sekolah.

Dalam gerakan menanam itu, pihak sekolah menyediakan bibit, polibag dan alat pertanian sederhana yang diperlukan. Sedangkan siswa hanya mengolah tanah, menyemaikan bibit, menanam, memupuk dan memelihara tanaman, tentu dengan bimbingan guru.

“Untuk lebih tertib dan hasilnya efektif, dibuat kelompok-kelompok siswa. Mereka bergiliran melakukan pemeliharaan. Misalnya, hari ini kelompok A, besok kelompok B, dan seterusnya. Di sinilah arti kebersamaan,” kata Helmi.

Menurut Helmi, karena banyaknya sekolah yang melaksanakan gerakan tersebut secara bersamaan, sampai-sampai bibit yang dijual di kios atau pasar, habis. “Seperti di Cipanas. Saat saya mantau ke salah satu SMP, diperoleh informasi katanya bibit yang diperlukan sekolah, sulit diperoleh di kios atau pasar, karena sudah habis terjual,” ujarnya.

Helmi juga menyebutkan, selain mengandung pembelajaran bercocok tanam, implementasi dari program ketahanan pangan tersebut juga menjadi media pelatihan digitalisasi pembelajaran.

Sebab, kata Helmi, pihak sekolah diharuskan untuk memvideokan proses penanaman tanaman cabai, cengek, tomat dan tanaman sejenis yang ditanam para siswanya, mulai dari pengolahan tanah atau pembuatan media tanam, penyemaian, penanaman bibit, pemeliharaan hingga panennya nanti.

Seorang siswa SMPN 1 Pacet Cianjur sedang menyiram tanaman cabai dalam polibag yang berjejer di depan kelasnya.

Di situ, para siswa dan guru belajar membuat video. Sedangkan untuk membuat video, ada proses, mulai dari mengambil gambar, menyunting hingga merangkainya menjadi sebuah video yang menarik.

“Jadi bagi sekolah, banyak manfaat yang bisa dipetik dari program ketahanan pangan tersebut,” ujar Helmi seraya menyebutkan, program tersebut rencananya secara resmi akan di-launching Bupati Cianjur.

“Rencananya dua kali launching, yakni launching penanaman pada November ini, dan nanti tiga atau empat bulan kemudian launching panen raya. Kapan pastinya, nanti setelah kami menemui Pak Bupati dan meminta kesediaan beliau untuk me-launching program ketahan pangan di sekolah ini,” tutur Helmi.

Selain di sekolah, pihaknya juga melaksanakan gerakan menanam cabai di lingkungan kantornya, dengan menggunakan media tanam polibag. Selain karena memang diinstruksikan Bupati Cianjur H. Herman Suherman saat me-launching Gerakan ASN Menanam Cabai, awal Oktober lalu, juga untuk memotivasi sekolah.

“Di sebelah samping kantor ini berjejer puluhan polibag yang kami tanami cabai. Mudah-mudahan ini jadi motivasi bagi sekolah bahwa kami pun melaksanakan apa yang dilakukan sekolah dalam mendukung program ketahanan pangan daerah ini,” katanya.

Asep R. Rasyid