WartaParahyangan.com
BANDUNG BARAT – Jatuhnya 1 Syawal 1444 Hijriyah atau hari raya Idul Fitri 2023 ini bisa saja memunculkan kemungkinan terjadinya perbedaan pendapat dalam penentuannya. Hal itu adalah sesuatu yang lumrah dan yakin umat Islam di Indonesia bisa tetap menjaga ukhuwah atau persaudaraan.
Demikian disampaikan Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat, Tubagus Ace Hasan Syadzily atau biasa disapa Kang Ace saat memberikan sambutan pada Konsolidasi dan Buka Puasa Bersama DPD Partai Golkar Kabupaten Bandung Barat di Aula HBS Cimareme Ngamprah Bandung Barat, Selasa (18/4/2023).
“Momentum Ramadhan harus mampu meningkatkan soliditas dan kekompakan kita, baik sebagai kader Partai Golkar maupun sebagai umat Islam. Jika nanti terjadi perbedaan dalam penentuan Idul Fitri tetap kita harus saling menghormati,” kata Kang Ace.
Disebutkan Kang Ace, umat Islam terutama kader Golkar tidak usah mempersoalkan apakah lebaran itu jatuh hari Jumat (21/4/2023) atau Sabtu (22/4/2023). “Kita harus tetap kompak dan menjaga ukhuwah (persaudaraan),” sambungnya.
Menjaga ukhuwah Islamiyah, kata Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI itu, adalah hal yang harus lebih dikedepankan. Jangan karena perbedaan penentuan tanggal lebaran, agama dan bangsa menjadi terpecah.
“Mari kita jaga ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah basariah (persaudaraan sesama umat manusia) serta ukhuwah wathoniyah (persaudaraan sebangsa setanah air) kita,” ajak Kang Ace.
Kang Ace berharap semua pihak bisa mentaati apa yang telah diputuskan pemerintahan sebagai jalan tengah untuk menghindari perbedaan pendapat yang terjadi. Namun bila masih terjadi perbedaan pendapat, hal itu tetap harus dihormati.
“Apa yang telah ditetapkan ulil amri (pemerintah) sebaiknya bisa menjadi salah satu mekanisme menghindari perbedaan. Sebab perbedaan pendapat dalam Fikih itu biasa, sesuatu yang biasa terjadi,” papar Kang Ace.
Sebab, kata dia, dalam kaidah fikih disebutkan keputusan pemerintah itu menjadi jalan untuk menghilangkan silang pendapat.
Ia menyebut salah satu kaidah fiqih hukum “al-haakim ilzaam wa yarfa’u al-khilaaf” (keputusan hakim atau pemerintah merupakan suatu keharusan dan dapat menghilangkan perbedaan).
“Yarfa’u al-khilaaf ini bisa menjadi pedoman kita semua. Sebab urusan ini sejalan dengan prinsip kemaslahatan publik (al-maslahah al-‘âmmah) dimana sudah sepatutnya menjadi perhatian bersama agar tetap bisa menjaga kebersamaan dan ukhuwah,” papar Kang Ace yang alumni sejumlah pesantren terkemuka di Jawa Barat ini.
Karena hal demikian itu, jelas Kang Ace, sejalan pula dengan kaidah lainnya yakni ‘tashorruf al-Imam ala ar-Ra’iyah manuthun bi al-Maslahah’ dimana kebijakan pemerintah atas rakyat senantiasa didasarkan pada prinsip kemaslahatan umum.
Hadir dalam kegiatan itu antara lain Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Bandung, Dadan Supardan, anggota fraksi dan segenap kader serta fungsionaris Partai Golkar Bandung Barat. Di sini Kang Ace juga sempat memberikan berbagai santunan bagi anak yatim yang ada di sekitar lokasi.
Pada kesempatan itu Kang Ace menegaskan bahwa Partai Golkar adalah partai yang sudah berpengalaman. Bahkan ia menyebut Kabupaten Bandung Barat sempat menjadi lumbung suara partai Golkar di Jawa Barat.
Hal ini antara lain karena adanya faktor dukungan dari para kiai, ulama dan santri yang ada di Bandung Barat. Sebab itu dalam upaya menghadapi Pemilu 2024 ia berpesan kepada para kadernya agar tidak menjauhi ulama yang disebutnya sebagai penggerak Golkar di tengah umat.
“Tidak ada alasan Golkar tidak menang di Kabupaten Bandung Barat. Untuk itu mari tetap jaga kekompakan dan soliditas,” pesannya.
Kang Ace menilai berbagai dinamika di internal partai telah dilewati. Sehinga saatnya Golkar di Kabupaten Bandung Barat bisa menang minimal dua kursi setiap dapil.
“Saatnya kita membuktikan ideologi karya kekaryaan kita di masyarakat. Tidak mau berkarya tidak mau beramal soleh jangan ada di Partai Golkar,” tantang Kang Ace.
Asep R. Rasyid