Inovasi untuk Ketahanan Bencana, Pemkab Bandung Luncurkan “Simpelbedas”

Sekda Kabupaten Bandung Cakra Amiyana (kanan) saat melihat alat integrasi Automatic Water Level Recorder (AWLR) pada beberapa Sub DAS, di Bendungan Cibeureum, Kampung Sunggapan, Desa Sadu, Kecamatan Soreang, Selasa (23/8/2022). Foto – Lee

WartaParahyangan.com

BANDUNG – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung meluncurkan inovasi Sistem Pengendalian Lingkungan Berbasis Mikro Das (Simpelbedas), sebuah sistem untuk mengevaluasi kinerja mikro Daerah Aliran Sungai (DAS) secara terpadu, dan juga menjadi sistem ketahanan bencana.

“Inovasi Simpelbedas ini dapat memitigasi masyarakat sekitar Mikro DAS bila tinggi muka air naik, sehingga dapat meminimalisir risiko dan menjadi sistem ketahanan bencana di Kabupaten Bandung,” ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bandung Cakra Amiyana saat launching Simpelbedas berbasis teknologi integrasi Automatic Water Level Recorder (AWLR) pada beberapa Sub DAS, di Bendungan Cibeureum, Desa Sadu, Kecamatan Soreang, Selasa (23/8/2022).

“Dengan inovasi Simpelbedas, juga diharapkan dapat mempercepat capaian ultimate goal Program Citarum Harum, yaitu mutu air kelas 2 sebesar 70 poin, yang semula direncanakan akan tercapai pada 2030 menjadi 2025,” ujar Ami, sapaan akrab Cakra Amiyana.

Menurut Ami, Kabupaten Bandung merupakan pelopor kebijakan penanganan dan pengelolaan DAS di Indonesia, dengan penanganan DAS berbasis mikro sebagai unit terkecil daerah aliran sungai.

Kebijakan Mikro DAS tersebut, lanjut Ami, perlu digunakan pada tingkat pemerintah kabupaten/kota dalam mendorong pembangunan berbasis DAS secara mikro untuk dapat mewujudkan keseimbangan dan perbaikan lingkungan di Kabupaten Bandung.

“Saya harap, ke depannya AWLR ini dapat terpasang pada seluruh Mikro DAS di Kabupaten Bandung yang berjumlah lebih dari 600 Mikro DAS,” ujarnya.

Mewakili Bupati Bandung Dadang Supriatna, Sekda mengapresiasi diluncurkannya AWLR sebagai salah satu langkah untuk mewujudkan perbaikan lingkungan. Karena memang pelaksanaan integrasi AWLR berfungsi sebagai alat pendeteksi tinggi muka air sungai dan upaya mitigasi bencana banjir secara terpadu.

“Saya apresiasi, ini adalah tanggung jawab kita merumuskan solusi, sehingga dengan hadirnya integrasi AWLR yang telah dipasang di lima titik kawasan Mikro DAS di Kabupaten Bandung, akan dapat meminimalisir adanya korban bencana banjir,” tutur Ami.

Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pembangunan Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Bandung Erwin Rinaldi menambahkan, pelaksanaan konsep Mikro DAS tersebut melibatkan multipihak sebagai unsur kolaborasi dalam penyelesaian permasalahan, seperti melibatkan akademisi, komunitas, pelaku usaha, pemerintah dan masyarakat.

“Realisasi kebijakan Mikro DAS Kabupaten Bandung tahun 2022 dengan menggunakan model inovasi Simpelbedas telah dilaksanakan dengan menggunakan bantuan alat pendeteksi tinggi muka air sungai, sebagai indikator pengukuran kebijakan Simpelbedas,” ujar Erwin.

Alat pendeteksi tinggi muka air sungai tersebut, lanjut Erwin, menggunakan teknologi Internet of Things (IoT), sehingga dapat diukur secara update dan otomatis dari jarak jauh, dengan biaya yang relatif lebih murah.

Bendungan Cibeureum, Kampung Sunggapan, Desa Sadu, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung.

“Jadi alat ini berbasis teknologi tepat guna untuk mengukur tinggi muka air pada bagian ruas sungai yaitu Mikro DAS untuk mengetahui besarnya debit yang ada,” katanya.

Pemasangan teknologi AWLR, katanya lagi, terletak di wilayah Kecamatan Cimenyan, Ciwidey, Cirasea, Citarik dan Cikeruh.

“Teknologi tersebut telah terintegrasi dengan Diskominfo Kabupaten Bandung, sehingga setiap informasi yang tersedia secara update dapat diakses pada website Kabupaten Bandung pada halaman mikrodas.bandungkab.go.id dan telah terhubung pada command center,” jelas Erwin.

Menurut Erwin, data yang dihasilkan merupakan upaya pembangunan berkelanjutan yang berbasis Mikro DAS yang didapatkan dari data dan informasi melalui pengukuran run off, tingkat sedimentasi, Indeks Kualitas Air, Indeks Kualitas Udara, Biodiversity, Ekoliterasi, Infrastruktur Sosial, Imbal Jasa Lingkungan dan sampah yang tertangani dari suatu Mikro DAS.

“Hasil pengukuran diharapkan dapat menggambarkan upaya revitalisasi kawasan dan intervensi pembangunan yang dilakukan pemerintah dengan melibatkan masyarakat serta stakeholder terkait,” pungkasnya.

Lily Setiadarma