WartaParahyangan.com
BANDUNG – Anak muda PACIRA (Pasirjambu, Ciwidey, Rancabali) kini memiliki alternatif positif untuk beraktivitas fisik: Mini Soccer J’eep. Lapangan ini terletak di Kampung Pamoyanan, Desa Sukawening, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Sejak berdiri pada 2022, tempat ini langsung menjadi favorit bagi pemain, pelatih, hingga komunitas lokal. Setiap hari, puluhan anak dan remaja berlatih dan bermain di lapangan ini. Mereka tak hanya berolahraga, namun juga membentuk kedisiplinan dan memperluas pergaulan. Kehadiran J’eep memberi napas baru bagi perkembangan sepak bola usia dini di PACIRA.
Selain menyediakan ruang bermain, Mini Soccer J’eep juga mendorong gaya hidup sehat dan interaksi sosial yang positif. Maka tak heran jika lapangan ini terus ramai dari pagi hingga malam.
“Kami sediakan tribun untuk 100 orang, juga musala, toilet, kantin, dan parkir gratis,” ungkap Eef Saeful Hidayat alias Kang Adel, pengelola J’eep, kepada wartaparahyangan.com saat ditemui di lokasi, Minggu (27/7).
Menurut Kang Adel, fasilitas tersebut mempermudah pengunjung menikmati suasana. Lebih dari itu, ia dan timnya juga menjaga kebersihan secara rutin setiap bulan. Bahkan, akhir pekan menjadi waktu tersibuk karena banyak klub lokal melakukan latihan dan pertandingan persahabatan.
“Klub seperti Neo FC dan Ansipas FC rutin berlatih di sini. Semua berasal dari komunitas PACIRA,” tambah Kang Adel.
Tidak berhenti di situ, Mini Soccer J’eep juga serius mengembangkan Sekolah Sepak Bola (SSB). Setiap Minggu pagi, anak-anak dari berbagai wilayah datang untuk berlatih bersama pelatih profesional.
Deden Diana Suryana, S.Pd.I., bertindak sebagai pelatih utama. Ia menyusun program latihan untuk anak-anak usia 7 hingga 14 tahun. Menurutnya, latihan rutin sangat efektif mengalihkan perhatian anak dari gadget.
“Kami mulai jam 08.00. Anak-anak datang lebih awal untuk pemanasan. Kami latih teknik dasar, kerja sama tim, dan semangat bertanding,” jelas Deden.
Selama hampir empat tahun, ia konsisten membina anak-anak dengan pendekatan edukatif. Di samping itu, ia juga menekankan pentingnya sportivitas dan kedisiplinan sejak dini. Bukan sekadar latihan, J’eep juga mengarahkan anak-anak untuk mengikuti turnamen.
“Kami sedang bersiap mengikuti turnamen tingkat Jawa Barat di Lapangan Progresif Muhammad Hatta. Latihan di J’eep sudah sangat mendukung,” lanjutnya.
Para orang tua pun menyambut positif kegiatan ini. Erif Tajul Arifin, ayah dari Muhammad Arifin, merasa sangat terbantu. Ia mengaku anaknya kini lebih aktif dan jarang bermain HP. “Setiap Minggu pagi anak saya latihan di sini. Ia jadi lebih sehat, ceria, dan punya teman baru,” ujar Erif.
Semangat juga terpancar dari para pemain. Julian, siswa SMPN 1 Ciwidey asal Cilastari, rutin mengikuti latihan di Mini Soccer J’eep. Ia datang bukan karena dipaksa, tetapi murni dari keinginannya sendiri.
“Saya suka sepak bola. Latihannya menyenangkan. Sekarang saya jarang main HP dan ingin ikut turnamen,” kata Julian yang mengidolakan Sergio Ramos.
Rafani, pemain muda lainnya asal Ciwidey, bahkan berlatih hingga empat kali dalam seminggu. Ia selalu didampingi orang tuanya dan merasa bangga bisa menjadi bagian dari SSB ini. “Saya senang karena bisa berlatih serius. Orang tua mendukung, dan saya ingin jadi pemain hebat,” katanya.
Dengan semakin kuatnya dukungan dari pengelola, pelatih, dan orang tua, Mini Soccer J’eep berkembang menjadi pusat aktivitas anak muda. Tidak hanya membentuk kemampuan teknis, lapangan ini juga membentuk mentalitas positif sejak dini.
Keterlibatan langsung H. Eep Jamaludin Sukmana, S.H., sebagai pemilik, memperkuat keberlanjutan lapangan ini. Ia rutin memantau kondisi fisik lapangan, kebersihan, dan kenyamanan pengunjung.
“Pak Haji aktif turun tangan, memastikan semuanya tertata. Beliau ingin anak-anak PACIRA punya tempat berkualitas,” jelas Kang Adel.
Keberadaan J’eep membuka ruang bagi anak muda untuk berkembang. Mereka bukan hanya diajarkan menggiring bola, tetapi juga memahami arti tanggung jawab, kerja keras, dan keberanian bersaing secara sehat.
“Kami ingin J’eep jadi rumah pembinaan anak muda. Ini bukan milik satu komunitas, tapi milik bersama,” ujar Kang Adel.
Lily Setiadarma