WARTAPARAHYANGAN.COM
BANDUNG – Serangan virus corona ke 185 negara telah menumbuhkan kepanikkan yang mencekam. Seluruh sendi kehidupan pun lumpuh. Sektor ekonomi di Indonesia juga ambruk. Hanya beberapa saja yang masih tetap bisa bertahan, di antaranya adalah usaha dibidang terkait obat-obatan dan masker.
Masker saat ini memang menjadi salah satu komoditas primadona. Paling tidak, barang itu banyak dicari warga masyarakat meski harganya melonjak drastis, yaitu dari semula hanya Rp1000/lembar kini menjadi Rp5000 perlembar. Lonjakan harga tersebut, tentu saja direspons baik termasuk oleh pengusaha home industri.
Masyarakat, menurut hasil pantauan, sekarang ini tidak hanya memburu masker jenis sensi atau masker N95, tetapi masker kainpun ikut diburu. Bahkan salah satu pengrajin masker kain, H. Furqon Nurhakim produsen masker kain rumahan di Kampung Cintarasa RT 01 RW 17 Desa Pinggirsari Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung, konon bisa menerima order mencapai 10 ribu lusin masker kain/minggu.
“Lonjakan pemesanan memang sangat signifikan,” kata Furkon, Minggu (22/03/30).
Harga per lusin masker, kata Furkon, Rp35.000 hingga Rp 40.000/lusin. Perharinya ia bisa memproduksi 500 lusin masker.
“Untuk masker kain ini, sebelumnya pemasarannya sampai Malaysia dan Singapore. Tapi sekarang di Indonesia juga sudah banyak yang pesan dan belum terpenuhi,” ungkap Furqon.
Furqon mengaku bahwa selama ini, permodalan untuk kelangsungan produksi masih dilakukan secara mandiri. Jadi belum ada suntikan modal dari siapapun, baik pemerintah maupun swasta. Dirinya berharap, adanya bantuan dari pihak lain untuk permodalan usahanya, utamanya untuk produksi masker kain.
“Kalau memang ada CSR, saya ingin diikutsertakan,” harap Furqon.
Furqon menuturkan, sebelum ada virus corona, usahanya hanya memproduksi cadar dan sweater. Tetapi, karena permintaan masker kain yang melonjak, maka Furqon memutuskan untuk memproduksi masker kain. Untuk melakukan produksi masker kain itu, Furqon dibantu oleh tujuh pegawai dengan tujuh mesin produksi, dan sebagaian di-makloon-kan pada tetangga.
“Karena banyaknya orderan yang harus dipenuhi, pekerja saya bisa kerja dari pukul 06.00 WIB hingga 22.00 WIB. Makanya saya berharap ada bantuan modal supaya bisa menambah jumlah mesin produksi,” pungkas Furqon.
Terkait usaha yang dilakoni Furkon, Bank BPR Kerta Raharja, sebagai bank BPR milik Pemkab Bandung, konon bisa saja memberikan bantuan modal usaha. Namun sejauh ini, BPR Kerta Raharja belum menerima permintaan bantuan permodalan dari pihak pengusaha masker termasuk H. Furkon.
Lily setiadarma