wartaparahyangan.com
BANDUNG – Berbagai olahan daging iga sapi, tersedia di warung yang bernuansa restoran ini. Tapi yang menjadi favorit pengunjung adalah igar bakar. Olahan daging iga sapi yang bertekstur empuk dengan aroma smoke khas itu sangat lezat, cocok untuk menu makan bersama kerabat dan keluarga.
Itulah salah satu menu khas di Warung Iga Bengal Cilampeni di Jl. Cilampeni No. 11, RT/RW 04/01 Desa Cilampeni, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung. Warung yang buka setiap hari pada 11.00-22.00 WIB itu punya tempat duduk yang cukup luas di dalam ruangannya.
“Sebetulnya ini konsepnya warung, tapi dalam tanda kutip. Artinya, gak warung-warung banget lah. Minimal orang makan ke sini yang pertama nyaman, terus yang kedua juga rasanya bisa diterima,” ujar owner Warung Iga Bengal Cilampeni, Andri Kurniawan, kepada wartaparahyangan.com, Rabu (18/12/2024) malam.
“Kita baru single, menu di sini hanya spesialis iga saja. Kalau tahap awal kita ada sop sama iga bakar dengan beberapa varian seperti mercon, gahar, dan oseng pakai sambal ijo. Jadi kemungkinan penonjolan di sini adalah sambal khas bengal. Bengal itu pedas, sama sambal acar yang kita bikin sendiri, itu jadi khas,” ungkap Andri.
Yang menjadi best seller, kata Andri, ya iga bakar itu, banyak yang pesan. “Orang lebih suka iga bakar, tapi kalau lihat konsumen yang datang ke sini kebanyakan orang tua, keluarga, yang sudah lanjut usia. Komen mereka, dagingnya empuk, kuahnya cocok,” katanya.
Menurut Andri, warungnya di Cilampenid ini merupakan outlet kedua. Yang pertama di Majalaya. Untuk cabang Cilampeni sendiri baru berjalan sekitar lima bulan.
“Sebetulnya kapasitas jadinya nambah, karena kita konsepnya outdoor/di luar. Tapi di musim hujan seperti sekarang ini, kita harus berpikir lagi, harus ada ruangan yang masuk ke dalam. Jadi sedikit-sedikit menyicil di perluas, sehingga sekarang ada lesehannya juga. Konsepnya serasa makan di rumah,” kata Andri.
Ke depan, katanya lagi, menu utama mungkin masih tetap di iga, hanya saja variasinya mungkin lebih banyak.
“Kalau di tahun awal kita jual harus menengah ke bawah dulu. Mungkin di tahun awal ini kita bisa disebut promo. Kita masih ngenalin dulu rasa, konsep, dan ngenalin dulu Iga Bengal tuh seperti apa. Tahun pertama kita ngejarnya untuk branding dulu,” paparnya.
Porsinya pun relatif murah, misalnya sop iga itu harganya mulai dari Rp23.000 – Rp40.000. Sangat terjangkau untuk semua kalangan.
Konsumennya sendiri kebanyakan datang ke Warung Iga Bengal untuk santap makan. “Makanya pada jam-jam makan siang warung itu biasanya penuh,” kata Andri seraya menyebutkan kebutuhan daging iganya setiap hari mencapai 50-80 kg, kalau weekend bisa sampai 100 kg.
“Pengunjung bisa dine in di sini. Kalau hujan bisa take away, seperti gofood kita jalan. Kalau hari biasa, office hour pulang jam-jam kantor seperti sekolahan, guru, instansi-instansi istirahat. Apalagi kalau Jumat biasanya kalau yang sudah tahu reservasi dulu,” ujar Andri.
Untuk minumannya, lanjut Andri, balik ke standar zaman dulu. Jadi jus ya jus saja. Kita tidak banyak variasi karena konsepnya memang balik lagi ke masa lalu. Cemilan juga yang biasa saja, paling cuma pisang aroma dan spring roll, cuma menu ringan sambil menunggu makanan utama tersaji.
“Kita juga tidak menyediakan kopi. Karena kita fokus di single menu saja, olahan iga sapi,” katanya
Lily Setiadarma