wartaparahyangan.com
BANDUNG – Saat ini berkendara off-road menggunakan sepeda motor jenis trail sudah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian kalangan. Keindahan alam Indonesia dan banyaknya komunitas pecinta alam memicu tumbuhnya off-roader baru untuk menjelajah dan mencari pengalaman.
Salah satunya Komunitas TOB (TS Owners Bandung) yang berdiri sejak 10 tahun lalu dan beranggotakan lebih dari 70 off-roader. Komunitas yang diketuai Heru HKF ini sering menggelar kegiatan-kegiatan yang bersifat off-road sambil memberikan bantuan sosial kepada masyarakat.
Menurut sesepuh Komunitas TS Owners Bandung, Kang Rudi Nero, off-road itu sebuah kegiatan yang masuk kategori hobi, sekalipun memang ada juga yang menyebutnya sebagai olahraga, dan itu agaknya tidak terlalu salah.
“Off-road itu hobi bermotor-ria di alam bebas, termasuk di pegunungan ataupun di area-area yang memang jalannya tidak layak kendaraan bermotor. Di situ ada tantangan bagaimana cara kita melaluinya dengan baik. Nah, saat seperti itu olahraganya keluar,” ujar Kang Rudi kepada wartaparahyangan.com saat ditemui di Pasirjambu, Selasa (5/11/2024).
“Jadi dalam off-road itu ada olahraga, ada skill, dan kita bukan menaklukan alam, tapi bagaimana kita bisa menembus area-area tersebut dengan kerja sama yang baik, dengan keahlian yang baik, dengan motor yang baik. Itu kira-kira dari sisi off-road-nya,” sambung Kang Rudi.
Ia menyebutkan, di wilayah Pacira, pihaknya punya Komunitas PRACTA, Pasirjambu Rancabali Ciwidey Trailer Adventure. Anggotanya juga relatif banyak dari tiga kecamatan. Tapi motornya umum. Yang spesifik TS Owners Bandung, khusus di sesi dua tak yaitu Suzuki TS.
“Saya masuk di Komunitas TOB (TS Owners Bandung) itu sejak berdiri 10 tahun lebih. Anggotanya lebih dari 70 orang, dan selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat off-road sambil memberikan bantuan sosial, kegiatan pelestarian lingkungan dan sebagainya,” tutur Kang Rudi.
Ia mencontohkan kegiatan yang dilaksanakan pada pertengahan Oktober kemarin. TOB mengadakan satu event “TS Jabar Ngahiji” berkolaborasi dengan Kodim Bandung. Pesertanya juga ada yang dari luar Jawa Barat.
“Alhamdulillah, sukses. Dalam kegiatan itu juga ada bakti sosialnya, yaitu memberikan bantuan dana bagi pembangunan mesjid,” katanya.
Secara internal, lanjut Kang Rudi, Komunitas TOB punya agenda rutin, antara “ngegas bareng” menjelajahi alam di Kabupaten Garut, Cianjur, dan Kabupaten Bandung. Dalam kegiatan off-road itu, Kang Rudi selalu menyarankan kepada para off-roader agar menyisipkan satu kegiatan sosial atau pelestarian lingkungan demi kepentingan umum.
“Contoh kita melalui jalur-jalur wilayah Cianjur selatan atau Garut selatan. Kita siapkan bantuan sosial. Ketika kita misalkan melihat ada satu masjid yang memang perlu disumbang, apakah Al-Quran, atau sarana masjid seperti sajadahnya atau sarana air bersihnya dan lain sebagainya, kita bantu sekemampuan kita. Atau di sisi lingkungannya, kita juga bisa membawa biji-bijian. Ketika kita melewati hutan, kita coba tanam biji tersebut. Hal itu tentu akan sangat bermanfaat,” ungkapnya.
Terkait masih adanya penilaian negatif dari masyarakat terhadap komunitas motor cross, seperti halnya kejadian di Buper Rancaupas Rancabali beberapa waktu lalu dimana para pemotor dianggap merusak tanaman edelweis, Kang Rudi mengatakan bahwa komunitas motor tidak semuanya jelek dan itu tergantung misinya.
“Sebetulnya tergantung kita membawa komunitas motor itu arahnya kemana. Kalau hanya sekedar bermotor atau ngegas saja tanpa sebuah misi, ya bisa saja mereka melakukan sesuatu yang merugikan pihak lain,” katanya.
“Sebagai off-roader, sebetulnya kita ini bisa dikategorikan sebagai penikmat alam. Tapi kita juga harusnya tidak sekedar penikmat alam, namun juga sebagai pecinta alam, paling tidak adalah sekian persen dari komunitas kita yang juga pecinta alam,” ujar Kang Rudi.
Di Komunitas TOB, kata Kang Rudi, sebelum melakukan kegiatan off-road, lebih dulu dilakukan kajian-kajian, apakah area hutan yang akan dilalui itu tidak akan mengganggu lingkungan, merusak lingkungan? Kalaupun terpaksa ada kerusakan lingkungan, bagaimana cara memperbaiki?
“Jadi pemikiran dari awal itu harus diterapkan ke setiap anggota, sehingga setiap kita ngegas ada manfaatnya untuk kepentingan yang lain,” pungkas Kang Rudi Nero.
Lily Setiadarma