WARTAPARAHYANGAN.COM
SUKABUMI — Bercermin dari hasil proses Pilkada, baik Pemilihan Gubernur Jawa Barat ataupun saat pemilihan Bupati dan Walikota Sukabumi beberapa waktu yang lalu, militansi para kader dan simpatisan Partai Keadilan sejahtera (PKS) kepada partainya sudah teruji. Terutama khusus bagi figur partai yang dicalonkan untuk menjadi calon Bupati atau Gubernur berasal dari jabatan structural di PKS-nya, sepertinya militansi para kader itu siap mati demi kemenangan partainya.
Hal ini seperti terjadi saat Pilkada Gubernur Jawa Barat. Yaitu saat Ahmad Heryawan (Aher) menjadi calon Gubernur tahun 2008 dan mencalonkan kembali pada tahun 2013. Saat itu Aher bisa melenggang dengan mulus ke Gedung Sate. Saat itu, mesin partai dan militansi kader PKS semua bergerak tanpa henti. Karena figurAher adalah sebagai kader sekaligus mempunyai jabatan di structural PKS.
Begitu pula saat Pilkada Bupati Sukabumi, Sukmawijaya atau saat Pilkada Walikota Sukabumi, Ahmad Fahmi, yang dua-duanya sebagai kader terbaik partai, yang sekaligus mempunyai jabatan di struktural PKS, bisa melenggang dengan mulus menjadi Bupati Sukabumi dan Walikota Sukabumi. Bahkan bisa terpilih dua kali saat proses Pilkada.
Namun demikian, sikap para kader PKS sempat dibuat kelimpungan meski militansinya tetap tinggi. Yaitu terjadi saat Pilkada Gubernur Jabar bulan Juni 2018. Saat itu Akhmad Syaihu, kader PKS dicalonkan menjadi calon Wakil Gubernur berpasangan dengan Dedy Mizwar. Segala bentuk sosialisasi secara masip dilakukan oleh seluruh jajaran PKS. Namun disaat injury time sikap partai berbelok arah. Yaitu Akhmad Syaihu diceraikan dengan Dedy Mizwar dan dikawinkan dengan Sudrajat dengan jargon Asyik.
Meski hasilnya pasangan Asyik hanya menjadi runner-up, namun untuk Kabupaten Sukabumi, pasangan Asyik merajai-nya.
Begitu pula hal ini sempat terjadi saat menghadapi proses Pilkada di Kabupaten Sukabumi tahun 2015. Saat itu nama H. Aka Yusup Maulana, Sekretaris DPD PKS digadang-gadang akan menjadi calon wakil Bupati. Segala bentuk sosialisasi secara masip dan teratur dilakukan ke setiap kecamatan. Bahwa H. Aka adalah calon Bupati atau calon Wakil Bupati Sukabumi. Namun aspirasi arus bawah itu sepertinya tidak ditanggapi oleh pihak DPP PKS, meski proses Pilkada saat itu hanya menghitung hari karena harus segera mendaftar ke KPU.
Pihak DPP PKS memunculkan nama Totong Suparman berpasangan dengan Adho Murtadho sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Sukabumi. Pasangan itu dideklarasikan 3 hari menjelang penutupan pendaftaran ke KPU. Namun dengan waktu sosialisasi yang sesempit itu, mesin partai dan kader PKS tetap memperlihatkan militansinya.
Meski pasangan Totong-Adho saat itu tidak terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Sukabumi karena kalah oleh pasangan lain, yang telah berbulan-bulan melakukan sosialisasi. Namun pasangan Totong-Adho tetap bangga karena memperoleh dukungan sebanyak 215.306 suara pemilih dengan waktu sosialisasi hanya beberapa hari.
(Ujang S. Chandra)