WARTAPARAHYANGAN.COM
SOREANG – Sejumlah pengelola objek wisata yang ada di Kabupaten Bandung sudah melakukan persiapan guna menghadapi situasi new normal. Disparbud Kabupaten Bandung menekankan poin-poin penting dalam penerapan new normal di suatu objek wisata. Seperti kesiapan, standarisasi, asuransi dan punishment.
Pengelola objek wisata Glamping Lakeside dan Perahu Pinisi Resto Situ Patengang Marcelinus , mengaku bahwa objek wisata yang dikelolanya sudah siap dalam menghadapi kondisi new normal. Marcel mengaku belajar dari objek wisata lain yang sudah dilakukan pelonggaran, seperti menyiapkan 30 wastafel yang dipasang diluar ruangan, dan membatasi jarak antrian sepanjang dua meter, membuat aturan batasan pengguna wahana, dan pastinya menerapkan standar operasional prosedur pencegahan Covid 19.
“Kita sudah siapkan prosedur kesehatan tersebut sejak Maret 2020, dan saat ini semuanya sudah selesai. Kita juga sudah memerintahkan para karyawan hingga ke pedagang untuk selalu menjaga kebersihan,” ucap Marcel saat dihubungi via telepon, Rabu (27/5).
Pihaknya mengapresiasi langkah Disparbud Kabupaten Bandung yang terus melakukan komunikasi dengan para pengelola objek wisata, yang tak jarang melayangkan keluhan. Marcel menyadari kondisi saat ini yang harus dijalani dengan protap yang berbeda.
“Prosedur pencegahan Covid 19 ini harus dijalani oleh semua pihak. Jangan sampai, daerah yang berstatus zona hijau, jadi terpapar Covid 19,” tutur Marcel.
Selain itu, Kepala Unit Agro Wisata Pemandian Air Panas Walini, H. Ade Yuyun Rahayu, juga mengaku sudah menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan infrastruktur untuk menopang pelaksanaan new normal di objek wisatanya. Tetapi, pihaknya masih memikirkan SOP terkait penggunaan wahana kolam renang.
“Kita masih memikirkan SOP pencegahan Virus Corona pada wahana kolam renang,” jelas Ade.
Menurut Ade, penerapan new normal di objek wisata Kabupaten Bandung belum ditentukan waktunya. Karena Disparbud Kabupaten Bandung, terlebih dahulu harus mengajukan rencana ini kepada Bupati Bandung. Pada prinsipnya, lanjut Ade, semua pengelola mendukung pembukaan objek wisata yang ada di Kabupaten Bandung, tetapi harus tetap mematuhi protokol kesehatan, seperti mewajibkan penggunaan masker, menerapkan social distancing dan menyediakan tempat cuci tangan.
Sementara itu, Kadisparbud Kabupaten Bandung, Yosep Nugraha SH.,M.Si, melalui Kabid Promosi dan Ektaf, Vena Andriawan, S.STp,.M.Si, memaparkan beberapa tahapan terkait objek wisata dalam menghadapi kondisi new normal. Pertama, pihaknya akan menyiapakan tim untuk penerapan new normal di objek wisata Kabupaten Bandung. Kedua, akan dilakukan kajian dan selanjutnya akan dibentuk regulasi. Ketiga adalah tahapan uji coba. Pembahasan terkait penerapan new normal ini akan dirapatkan tidak hanya dengan pengelola industri objek wisata saja, tetapi juga dengan pelaku usaha objek wisata seperti tour guide, dan pemilik bus wisata. Hal tersebut dilakukan karena penerapan new normal tidak hanya dilakukan dengan melihat kesiapan dari owner objek wisata, tetapi juga harus ditetapkan standarisasi pelayanan dilingkup industri objek wisata.
“Misalnya bagaimana SOP para tour guide dalam mengantar tamu, berapa kapasitas dari masing-masing bus pariwisata, termasuk asuransi kesehatannya,” ujar Vena saat dihubungi via telepon, Rabu (27/5).
Pandemi Virus Corona membuat standarisasi yang ada di objek wisata harus lebih ketat. Misalnya harus tersedia ruangan khusus penanganan terhadap wisatawan yang terindikasi terpapar Virus Corona (Covid 19), dan juga harus disiapkan tenaga medisnya. Selain beberapa indikator yang harus diperhatikan sebelum melakukan new normal terhadap objek wisata, pihaknya juga akan menyiapkan punishment bagi objek wisata yang melanggar ketentuan, misalnya memberikan penalty bagi objek wisata yang pengunjungnya melebihi kapasitas.
“Kita tidak hanya memikirkan ekonomi, tapi keselamatan juga,” sambung Vena.
Vena mengakui bahwa para pengelola ingin segera dilakukan pembukaan terhadap objek wisata. Karena selama dilakukan penutupan objek wisata, banyak karyawan yang dirumahkan, dan biaya operasional menjadi lebih besar. Meskipun demikian, Vena yakin para pengelola objek wisata tersebut akan patuh terhadap aturan dari pemerintah.
“Kepada para wisatawan untuk bersabar dan sementara menunda untuk berwisata. Kami tidak akan gegabah dalam menerapkan new normal di objek wisata,” pungkas Vena.
Lily Setiadarma