Pemdes Tenjolaya Sosialisasikan Stunting dan PMT Bagi Bumil dan Balita

Sekretaris Kecamatan Pasirjambu Yoharman Syamsu didampingi Kades Tenjolaya Somantri berfoto bersama seusai kegiatan Sosialisasi Stunting dan PMT di Aula Desa Tenjolaya, Selasa (27/112/2022). Foto – Lily Setiadarma

WartaParahyangan.com

BANDUNG – Pemerintahan Desa (Pemdes) Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, menggelar Sosialisasi Stunting dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil (bumil) dan balita, di aula kantor desa setempat, Selasa (27/12/2022).

Dalam kegiatan yang dihadiri Sekretaris Kecamatan Pasirjambu Yoharman Syamsu, bidan desa dan kader Posyandu tersebut, Kepala Desa (Kades) Tenjolaya H. Somantri menyebutkan, biaya untuk kegiatan tersebut bersumber dari Dana Desa 2022 yang memang sudah dianggarkan sebesar Rp22 juta.

“Kegiatan ini diikuti 150 peserta, masing-masing 120 bumil dan 30 balita. Para balita ini diberi makanan sehat dan bergizi berupa telur, ikan, susu dan cereal,” ujar Kades.

Program seperti itu, ujarnya lagi, bukan berarti pihaknya meninabobokan ibu-ibu dengan diberi bantuan terus, tapi paling tidak hal itu sebagai motivasi untuk mereka agar melakukan pola hidup sehat.

“Terlebih lagi dalam memberi makanan kepada balitanya. Karena salah satu penyebab terjadinya stunting adalah kurangnya asupan gizi terhadap balita,” tutur Somantri.

Kades Tenjolaya Somantri saat memberikan paket makanan tambahan kepada para bumil di Aula Desa Tenjolaya, Selasa (27/112/2022). Foto – Lily Setiadarma

Dia menyebutkan, sejauh ini di desanya tidak ada balita yang mengidap stunting akibat kekurangan asupan makanan bergizi.

“Entah hal itu karena salah data atau bagaimana, kami kira perlu ada pendataan lagi yang lebih akurat, sehingga bila ternyata di desa kami ada balita yang mengidap stunting, kami nanti bisa memprogramkan kegiatan percepatan penurunan angka stunting,” katanya.

Sekretaris Kecamatan Pasirjambu Yoharman Syamsu dalam sambutannya mengatakan, kegiatan tersebut merupakan satu upaya untuk mengatasi stunting secara lebih awal, karena dari data yang ada ternyata di desa ini ibu hamilnya cukup banyak.

“Untuk mencegah jangan sampai ada balita yang terkena stunting, maka langkah antisipasinya dapat dimulai dari ibu-ibu hamil, bahkan jauh sebelumnya yaitu saat memilih calon ibu dan calon bapak, kemudian mereka nikah dan hamil, lalu punya anak. Di situlah perlunya hidup sehat, selain tersedianya makanan bergizi,” ungkap Yoharman.

Sosialisasi stunting ini, lanjut Yoharman, pada dasarnya untuk memberikan pemahaman kepada para bumil bahwa stunting dapat dicegah, yakni dengan pola hidup bersih dan sehat, serta tersedianya makanan bergizi.

Lily Setiadarma