WartaParahyangan.com
BANDUNG – Gerakan pelestarian lingkungan di Kabupaten Bandung kembali menguat melalui aksi tanam pohon lintas lembaga yang digagas Yayasan Panata Giri Raharja Kabupaten Bandung.
Ketua Yayasan Panata Giri Raharja, yang juga penggiat lingkungan, Eyang Memet, menggandeng PWI Kabupaten Bandung, Perumda Tirta Raharja, Perhutani, serta Palawi untuk menanam ratusan bibit pohon di Blok Malaberes, kawasan Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Desa Mekarsari, Kecamatan Pasirjambu, Selasa (2/12/2025).
Rangkaian kegiatan dimulai dari area pembibitan Papakmanggu untuk memilih bibit yang akan ditanam, selanjutnya rombongan menuju titik penanaman di Blok Malaberes sekitar pukul 10.00 WIB.
Menurut Eyang Memet, kolaborasi gerakan tanam pohon merupakan kekuatan utama dalam menjaga kawasan hulu sungai agar tetap lestari. “Kolaborasi memberi energi untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga alam. Kami ingin memastikan konservasi berjalan dan sumber air tetap terjaga,” ujar Eyang Memet.
Ia mengajak semua pihak meningkatkan kesadaran ekologis dan memperluas gerakan tanam pohon setiap tahun, yang tahun ini bertemakan “ngajaga jagat mapag tahun 2026″. Tema ini lahir dari tradisi tahunan yang selalu mendorong aksi nyata ketika musim tanam tiba.

“Transisi dari kesadaran menuju tindakan harus semakin kuat karena kerusakan lingkungan semakin sering memicu bencana. Karena itu kita perlu terus membangun lintas generasi untuk mempertahankan resapan air dan menjaga hutan. Dalam beberapa hari terakhir, kita melihat banyak bencana. Jadi sebelum terlambat, kita melakukan antisipasi. Jangan sampai kita ribut setelah bencana datang,” tutur Eyang Memet.
Ia juga menyebut jumlah jenis tanaman di lokasi tersebut meningkat cukup signifikan. “Tahun kemarin kita memiliki 117 jenis. Hari ini kita menambah delapan jenis lagi sehingga totalnya mencapai 125 jenis,” jelasnya. Penambahan variasi bibit ini mendorong diversifikasi vegetasi yang dapat memperkuat ekosistem Gambung.
Eyang Memet mengajak semua pihak terus melangkah bersama. “Hari ini bukan hari pertama dan bukan hari terakhir. Kami sudah berkomitmen menjadikan area ini sebagai simbol kebersamaan. Kita bekerja dengan semangat kolektif, bukan kerja pribadi,” katanya.
Ketua PWI Kabupaten Bandung, Enung D. Susana, mengatakan bahwa PWI tergerak untuk terlibat karena kondisi lingkungan di Bandung selatan semakin mengkhawatirkan.
“Ini bentuk nyata kepedulian kami. Meski dilakukan mandiri, PWI berkomitmen terus menanam, merawat, dan mengawasi perkembangan pohon-pohon yang ditanam,” tegasnya.

Dukungan penting juga datang dari Perumda Air Minum Tirta Raharja. Faizal Hudansyah, S.H., bersama Harry Faizal Ramdhani, menyatakan bahwa kelestarian vegetasi Gambung sangat memengaruhi kualitas layanan publik.
“Kami sangat mendukung kegiatan ini. Kami berharap jumlah bibit yang ditanam terus meningkat, bahkan untuk jenis pohon langka,” kata Faizal.
Ia juga menjelaskan bahwa Perumda Tirta Raharja mengambil sumber air dari kawasan Gambung sehingga keberadaan pohon berperan besar dalam menjaga debit air. “Dengan semakin banyak pohon, kami berharap sumber air tetap stabil sehingga pelayanan kepada masyarakat bisa berjalan optimal,” ucapnya.
Perhutani Alam Wisata (Palawi) juga menyampaikan dukungan penuh. Site Manager Palawi dari kawasan Rancaupas melihat kegiatan ini sebagai langkah penting untuk menjaga keberlanjutan hutan Bandung selatan.
“Kami sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini. Aksi tanam pohon mendukung pemulihan ekosistem. Kami berharap gerakan ini terus berlanjut dan semakin kuat,” katanya. Ia mengajak seluruh pihak memperluas rehabilitasi agar kerusakan hutan bisa terus berkurang.

Direktur Jamparing Institut, Dadang Risdal Aziz, menilai kegiatan kolaboratif ini dapat menjadi model pelestarian alam yang efektif. Ia memberikan penghargaan kepada seluruh pihak yang terlibat.
“Saya mengapresiasi para insan media, Panata Giri, PDAM, Palawi, dan Perhutani. Mereka menunjukkan kepedulian yang sangat besar terhadap pelestarian alam di Bandung selatan,” jelasnya.
Dadang menyebut beberapa titik di Bandung selatan pernah mengalami banjir bandang dan menunjukkan kondisi lahan kritis yang mengkhawatirkan. Karena itu, ia menilai aksi ini memberikan edukasi penting bagi masyarakat.
“Alih fungsi lahan tanpa memperhatikan kaidah konservasi menyebabkan banyak kerusakan. Hari ini kita memberi contoh bahwa pemanfaatan hutan tetap bisa berjalan jika menjaga prinsip pelestarian. Dengan cara itu, kita bisa meminimalkan potensi bencana,” katanya.
Dengan bertambahnya lebih dari 200 jenis pohon di kawasan Gambung, kegiatan ini memperkuat harapan bahwa Bandung selatan dapat pulih dan kembali hijau. Selain memperkaya keanekaragaman hayati, gerakan ini juga memperkuat perlindungan mata air yang menjadi sumber kehidupan masyarakat.
Lily Setiadarma











