Peringati Hari Ibu 2023, IIPG Jabar Gelar Kelas Pranikah, Teh Rita Ace Hasan Syadzily Beberkan Peran Penting Ibu dan Perempuan di Berbagai Lini

Ketua IIPG Jabar, Hj. Rita Fitria Ace Hasan Syadzily, saat memberikan sambutan pada kegiatan Kelas Pranikah IIPG Jabar dalam rangka memperingati Hari Ibu di Nara Park Bandung, Minggu (17/12/2023).

WartaParahyangan.com

BANDUNG – Hari Ibu merupakan momentum untuk mengingat kembali peran-peran penting ibu dan perempuan di dalam berbagai lini kehidupan, di antaranya peran perempuan dalam kehidupan keluarga, ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan juga agama.

Demikian disampaikan Ketua Ikatan Isteri Partai Golkar (IIPG) Provinsi Jawa Barat, Hj. Rita Fitria Ace Hasan Syadzily, saat memberikan sambutan pada kegiatan Kelas Pranikah IIPG Jabar dalam rangka memperingati Hari Ibu di Nara Park Bandung, Minggu (17/12/2023).

“Bagi kita, perempuan yang berdaya (Empowered Women) itu tidak spesifik kepada perempuan yang berkarir atau bekerja dan mempunyai penghasilan, akan tetapi perempuan yang berdaya adalah perempuan yang memiliki kekuatan atau kemampuan memilih dan mengambil keputusan atas hidupnya, sehingga dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan keputusannya,” papar Teh Rita sapaan akrab Hj. Rita Fitria Ace Hasan Syadzily tersebut.

Hadir sebagai narasumber dalam acara yang mengangkat tema “On My Way To You: Sebelum Aku dan Kamu Menjadi Kita” itu antara lain Psikolog Klinis Novy Yulianty, M.Psi., dan Ahli Kesehatan Reproduksi Masyarakat Siti Pangarsi Dyah Kusuma Wardani, S.SIT., M.K.M.

Menurut Teh Rita, perempuan yang mengenali potensi dan kekurangannya serta percaya diri dengan keputusan yang diambilnya akan berdampak positif bagi diri, keluarga, masyarakat, dan bagi perempuan di sekelilingnya.

“Kita tahu, untuk menjadi ibu atau perempuan yang berdaya, ibu tidak bisa berdiri sendiri, melainkan membutuhkan support dari berbagai pihak, salah satunya adalah pasangan hidup, atau suami yang kelak akan menjadi partner dalam menjalani peran-peran tersebut,” papar isteri Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat, Tubagus Ace Hasan Syadzily, itu.

Dikatakan Teh Rita, satu tahapan penting yang harus dilewati perempuan agar berdaya adalah kemampuan memutuskan kapan dan dengan siapa dia menikah.

Karena itu, kata dia, dalam rangka memperingati Hari Ibu, IIPG Provinsi Jawa Barat mengadakan Kelas Pranikah untuk para calon pengantin atau teman-teman yang sudah merasa siap untuk menikah, tidak hanya calon pengantin perempuan tapi juga laki-laki.

“Walaupun pada kenyataannya perempuan lebih banyak tertarik atau mempunyai inisiatif untuk mengikuti kelas pranikah ini,” sambungnya.

Dipaparkan Teh Rita, Kelas Pranikah sangat penting karena telah memberi pengetahuan penting atau semacam kisi-kisi untuk menjalani pernikahan sehat dan bahagia.

“Harapan kami, kelas pranikah ini akan menjadi pemantik bagi teman-teman semua untuk merefleksikan makna pernikahan dan mendiskusikannya dengan pasangan, menentukan visi misi terkait pernikahan seperti apa yang diharapkan dan pernikahan seperti apa yang tidak diinginkan,” paparnya.

Seperti berdiskusi dan menyepakati tentang values yakni nilai-nilai inti yang dianut dalam menjalani pernikahan. Karena pemahaman yang berbeda tentang nilai-nilai pernikahan akan menjadi pemicu terjadinya konflik.

“Banyak pasangan ketika memutuskan untuk menikah cluless (tidak memiliki petunjuk) tentang pernikahan, ada yang menikah hanya karena tuntutan keluarga atau tuntutan sosial,” sebutnya.

Diungkapkan Teh Rita, banyak calon pengantin yang menikah hanya dengan spirit yang penting halal atau dengan alasan beribadah, atau untuk menyempurnakan agama.

“Tidak ada yang salah dengan prinsip itu, karena sebagai muslim kita memang harus mengakui bahwa menikah itu ibadah dan menyempurnakan sebagian agama kita,” tuturnya.

Teh Rita menguraikan, kenapa menikah dikatakan sebagai ibadah dan penyempurna agama, karena ketika menikah akan menghadapi berbagai konsekuensi, berbagai perubahan peran dan tanggung jawab, yang jika dijalani dengan ilmunya baru akan bernilai ibadah.

“Apa iya pernikahan menjadi ibadah jika di dalamnya terdapat KDRT (fisik maupun mental), pengabaian, tidak saling respek, tidak saling support bahkan penghianatan? Apa iya begitu ijab qobul dilaksanakan, agama kita lantas sempurna?” lanjutnya.

Pernikahan Dini

Dijelaskan Teh Rita, banyak hal yang harus dipelajari terlebih dahulu ketika akan memutuskan menikah, mengingat angka pernikahan dini di Jawa Barat masih sangat tinggi.

Kejadian tersebut, kata Teh Rita, akan berimplikasi terhadap kesehatan ibu, kehamilan beresiko, kematian ibu melahirkan, anak-anak stunting dan lain-lain. Pernikahan dini juga akan berimplikasi terhadap tingginya tingkat perceraian.

Ia mencatat di Jawa Barat kasus pernikahan dini tertinggi berada di Tasikmalaya dan kedua Indramayu. Sementara angka perceraian tertinggi di Jawa Barat adalah Kabupaten Sumedang.

“Insyaallah melalui berbagai materi yang saya sampaikan tersebut diharapkan dapat membantu teman-teman calon ibu dan calon bapak untuk berperan maksimal dalam menentukan kualitas anak dan generasi bangsa,” tuturnya.

“Kami atas nama IIPG Jabar menyampaikan terimakasih untuk para nara sumber yang bersedia untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada teman-teman calon pengantin dan juga kepada ibu-ibu IIPG sebagai pengantin lama,” sambungnya.

Karena pada hakikatnya pernikahan itu, ujar Teh Rita, adalah belajar sepanjang hayat, kita bertumbuh, pasangan bertumbuh, anak-anak bertumbuh, lingkungan juga bertumbuh.

“Kami yakin materi-materi yang disampaikan para narasumber juga sangat bermanfaat dalam rangka memajukan perempuan dan ibu dalam membangun generasi ke depan yang lebih bak,” tambahnya.

Asep R. Rasyid