WartaParahyangan.com
CIANJUR – Rekonstruksi gedung SMP yang terdampak gempa bumi Cianjur, hingga bulan ke-8 sejak gempa dahsyat melanda 16 kecamatan di Kabupaten Cianjur yang terjadi pada 21 November 2022, memang belum seluruhnya selesai. Tapi pembangunannya terus berjalan, tidak pernah berhenti.
Selain karena banyaknya gedung SMP yang harus diperbaiki, yakni sebanyak 68 gedung dengan kategori rusak ringan, sedang dan berat, juga karena penanganannya dilakukan oleh Kementerian PUPR.
Sedangkan PUPR sendiri dalam memulihkan kondisi Cianjur pasca gempa, tak hanya memperbaiki dan membangun kembali gedung SMP yang terdampak. Tapi juga memperbaiki ratusan gedung sekolah lain, pondok pesantren dan sarana ibadah, sarana kesehatan, perkantoran, dan infrastruktur lainnya.
Karena itu, wajar sebetulnya bila rekonstruksi gedung SMP yang rusak akibat gempa itu sampai sekarang belum tuntas semuanya.
“Kalau dilihat di lapangan, sebetulnya rekonstruksi gedung SMP yang rusak akibat gempa tersebut sejauh ini progresnya sudah bagus. Sudah banyak ruang-ruang kelas yang selesai diperbaiki, sehingga siswa tak lagi belajar di tenda darurat,” ungkap Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur, Helmi Halimudin, M.Pd., ketika ditemui wartaparahyangan.com di ruang kerjanya, Senin (10/7/2023).
Hal itu antara lain karena dalam penanganannya mendahulukan mana ruang-ruang kelas yang bisa segera diperbaiki, sehingga begitu perbaikannya selesai, langsung bisa digunakan untuk kegiatan belajar.
Helmi mencontohkan, bila di satu SMP ada 15 ruang kelas yang terdampak gempa, dengan rincian 5 ruang kelas ambruk, dan 10 ruang kelas lainnya tidak mengalami kerusakan yang tidak terlalu parah, maka pihaknya menyarankan ke PUPR agar yang 10 ruang kelas itu direhab lebih dulu. Setelah itu selesai, dan bisa digunakan untuk kegiatan belajar, barulah membangun kembali 5 ruang kelas yang ambruk tersebut.
“Jadi beriringan, kegiatan belajar bisa dilaksanakan, pembangunan kembali gedung yang ambruk akibat gempa, tetap berjalan,” ujar Helmi yang secara rutin memantau langsung ke lapangan untuk melihat progres pembangunan gedung-gedung SMP tersebut, karena memang pihaknya berkepentingan agar penyelenggaraan pendidikan khususnya SMP bisa segera kembali dilaksanakan.
Helmi menjelaskan, beberapa hari setelah gempa terjadi pihaknya langsung mendata semua gedung SMP yang berada di 16 kecamatan terdampak, baik SMP negeri maupun swasta. Setalah diverifikasi PUTR, maka gedung SMP yang perlu diperbaiki itu berjumlah 68 SMP, yang sebagian besar berada di Kecamatan Cugenang yang menjadi episentrum gempa, Kecamatan Cianjur, Culaku dan Warungkondang.
Di luar 68 SMP tersebut, kata Helmi, ada tiga SMP terdampak gempa yang tidak masuk penanganan PUPR. Ke 3 SMP ini adalah SMPN 3 Cibeber, SMPN 1 Cipanas dan SMP Al-Manshuriyyah Cilaku. “Ketiganya kami arahkan untuk diperbaiki dengan menggunakan bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2024, karena memang DAK bisa digunakan untuk itu,” katanya.
Dari 68 SMP yang perbaikannya ditangani pemerintah pusat tersebut, lanjut Helmi, tiga sekolah di antaranya telah selesai 100 persen, yakni SMPN 1 Warungkondang, SMP As-Syauqi Cianjur, dan SMP PGRI Cianjur.
Khusus SMPN 1 Warungkondang, yang jumlah siswanya sekitar 1.000 orang, pada awal Desember 2022 pernah ditinjau Presiden RI Joko Widodo dalam kunjungan kerjanya ke Cianjur pasca gempa bumi.
Helmi menjelaskan, sebagian besar gedung SMP lainnya memang masih dalam pengerjaan, dan sudah banyak yang hampir mencapai 100 persen, sehingga diharapkan dalam memasuki Tahun Ajaran 2023/2024 (tahun ajaran baru) para siswa sudah bisa belajar di ruang kelas, tidak lagi di tenda darurat, sekalipun diperkirakan siswa belajar bergiliran. Misalnya dua hari belajar di ruang kelas, dua hari belajar secara daring.
Kecuali SMPN 5 Cianjur, SMPN 3 Cianjur, dan SMPN 1 Cugenang, yang pada tahun ajaran baru tampaknya masih akan belajar di tenda-tenda darurat, di samping belajar secara daring. Karena memang pembangunan kembali ke tiga gedung SMP itu belum selesai.
Karena itu, masyarakat khususnya para orang tua siswa diharapkan bersabar dan bisa memaklumi kondisi tersebut. Sebab pemerintah pun terus melaksanakan percepatan rekonstruksi gedung-gedung sekolah pasca gempa.
“Yang pasti semua gedung SMP yang terdampak gempa bumi tersebut sedang dalam proses perbaikan, dan diharapkan segera selesai,” ujar Helmi seraya menyebutkan, selain rekonstruksi gedung sekolah, pihaknya juga melaksanakan trauma healing kepada siswa SMP terdampak, dan ini penting untuk memulihkan semangat belajar mereka pasca gempa bumi.
Terkait hasil pembelajaran siswa, Helmi mengatakan, jangan bandingkan hasil belajar siswa yang gedung sekolahnya ambruk akibat gempa dengan mereka yang belajarnya normal karena sekolahnya berlokasi jauh dari wilayah terdampak gempa.
“Tentu ada bedanya. Yang pasti, kendati kegiatan belajar mengajar di SMP-SMP yang terdampak gempa itu bersifat darurat, namun pada ujian akhir sekolah, semua siswa kelas IX dinyatakan lulus. Apalagi saat ini yang menentukan kelulusan siswa adalah satuan pendidikan, bukan lagi hasil ujian nasional.
“Jadi penilaiannya bisa berupa rekapitulasi dari hasil ulangan harian, ulangan semester dan ujian akhir. Sekolah bersangkutan yang menentukan kelulusan siswanya,” kata Helmi.
Asep R. Rasyid