SMK Gema Pelita Gratiskan Biaya Pendidikan

Plt. Bupati Cianjur Herman Suherman (tengah) dan Kak Mal Sang Pengkisah (kiri) bersama Kepala SMK Gema Pelita Ikin Sodikin (kedua dari kanan) di kampus SMK Gema Pelita, Cikijing, Sukaluyu, Cianjur, Kamis (5/3).

WARTAPARAHYANGAN.COM

CIANJUR — Dilihat dari perjalanan sejarahnya, usia sekolah ini memang relatif masih muda. Tapi kalau dilihat dari perkembangannya, orang pasti akan terkagum-kagum. Sebab dalam usia kurang dari 10 tahun, SMK Gema Pelita kini bisa disejajarkan dengan SMK-SMK yang telah lahir lebih dulu.

Tak heran bila Pelaksana Tugas (Plt.) Bupati Cianjur H. Herman Suherman, saat bersilaturahmi dengan segenap keluarga besar SMK Gema Pelita di Cikijing, Desa Selajambe, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, Kamis (5/3),  mengapresiasi perkembangan sekolah tersebut.

“Saya bersyukur di Kabupaten Cianjur cukup banyak sekolah swasta yang berkembang dengan baik, termasuk SMK ini. Tentu kehadiran sekolah-sekolah swasta sangat membantu pemerintah dalam meningkatkan Ideks Pembangunan Manusia (IPM) dari sektor pendidikan. Sebab pemerintah daerah tidak bisa bekerja sendiri dalam melaksanakan pembangunan, termasuk di sektor pendidikan,” papar Herman.

Siswa-siswi SMK Gema Pelita memamerkan salah satu karya di bidang tataboga.
 

Dalam silaturahmi yang juga diisi ceramah motivasi oleh Muhammad Abdul Latif, yang lebih dikenal sebagai Kak Mal itu,  Plt. Bupati Cianjur mengungkapkan, pihaknya akan berupaya membantu SMK Gema Pelita agar fasilitas pendidiknnya semakin lengkap.

Tak Ada UDB/UDT

Kepala SMK Gema Pelita Ikin Sodikin bersama sebagian siswanya.

Perkembangan SMK Gema Pelita yang relatif pesat dalam beberapa tahun belakangan ini tentu tidak lepas dari kebijakan Yayasan Gema Insani sebagai pengelola SMP/SMK Gema Pelita dan SMP/SMK Gema Insani. Kebijakan ini yakni sebisa mungkin tidak memungut biaya pendidikan kepada orang tua siswa.

“Di sekolah kami tak ada iuran bulanan (UDB) dan iuran tahunan (UDT). Kalau pun ada orang menyebutkan bahwa di sekolah kami ada iuran, itu adalah infak sebesar Rp 2.000,-/hari, atau Rp 10.000,-/minggu, dan sebagian orang tua siswa memberinya Rp 50.000,-/bulan,” ungkap Ketua Yayasan Gema Insani, yang juga Kepala SMK Gema Pelita, Ikin Sodikin, M.Pd, kepada Parahyangan, Sabtu (7/3).

Hal itu pun, kata Ikin, merupakan salah satu upaya pihaknya untuk mendidik para siswa agar terbiasa memberikan infak atau sedekah. Pelaksanaannya pun baru dimulai tahun ajaran lalu, sedangkan tahun-tahun sebelumnya benar-benar tak ada pungutan biaya pendidikan apapun.

“Jadi kami meminta infak sebesar itu lebih disebabkan keinginan kami untuk menumbuhkan kepedulian sosial di kalangan siswa,” kata Ikin seraya menyebutkan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikannya, mulai dari honorarium tenaga pendidik hingga membangun gedung sekolah, pihaknya mengandalkan BOS dan bantuan gubernur.

Berbekal Semangat

Memang keinginan Ikin untuk menggratiskan biaya pendidikan sudah muncul sejak dia merintis pendirian SMK Gema Pelita pada 2011. Bahkan tak lepas dari latar-belakang aktivitasnya waktu itu yakni sebagai jurnalis dan pengelola sebuah surat kabar lokal. Dia melihat banyak anak-anak yang tak bisa melanjutkan pendidikan ke SLTA karena tidak punya biaya.

“Dengan tekad kuat dan dukungan teman-teman wartawan, pada 2011 saya merintis pendirian SMK Gema Pelita di Kopem, Kelurahan Sawahgede, Kecamatan Cianjur. Setahun kemudian ijin operasional didapat dengan kompetensi perkantoran dan teknik komputer jaringan,” katanya.

Dengan siswa berjumlah 28 orang dan guru 5 orang ditambah kepala sekolah, SMK Gema Pelita Cianjur terus berjalan dengan keterbatasan. Bahkan dalam kondisi serba terbatas itu, pada 2014, Ikin mengambil langkah berani dengan membuka kampus (kelas jauh) SMK Gema Pelita di dua tempat, yakni di Cikijing, Kecamatan Sukaluyu, dan di Mangunkerta, Kecamatan Cugenang.

“Meski terasa berat dan banyak rintangan, kami terus berjuang mengembangkan sekolah ini. Sekarang pun kami tetap semangat untuk perubahan, sekalipun memang dari kerja keras dan jerih payah selama ini, telah ada hasilnya,” katanya.

Ikin menyebutkan kampus yang berada di Cikijing, kini menjadi induk dari SMK Gema Pelita, dengan jumlah siswa 8 rombongan belajar, sementara kampusnya yang berada di Kopem, Sawahgede, menjadi kampus II, dengan jumlah siswa 4 rombongan belajar.

Sedangkan kampusnya yang berada di Mangunkerta berubah nama menjadi SMK Gema Insani dengan jumlah siswa 6 rombongan belajar, dan Zenal Arifin, S.Pd, sebagai kepala sekolahnya. Semantara Ikin sendiri tetap sebagai Kepala SMK Gema Pelita, di samping sebagai Ketua Yayasan Gema Insani.

(Asep R. Rasyid)