Taman Kota Ciwidey Senilai Rp4,3 Miliar Berubah Menjadi Kolam Cileuncang saat Hujan Turun

WartaParahyangan.com

BANDUNG – Pembangunan Taman Alun-alun Ciwidey di Desa Ciwidey Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, yang menelan anggaran Rp4,3 miliar dipertanyakan sejumlah pihak. Pasalnya, taman dengan biaya fantastis tersebut, saat hujan turun berubah menjadi kolam genangan air cileuncang.

Berdasarkan pantauan, taman yang belum lama ini diresmikan oleh Bupati Bandung Dadang Supriatna itu, saat hujan turun sebagian besar lantainya digenangi air. Ini terjadi akibat lantai taman yang “tak ramah” resapan air. Hal ini diperparah dengan lubang-lubang di tepian lantai yang kecil dan tersumbat sampah.

Tak hanya itu, jalan-jalan dan lantai taman kota ini juga tak dilengkapi dengan parit atau selokan kecil untuk air saat hujan. Akibatnya, genangan air setinggi kurang lebih 10 senti meter, terlihat memenuhi lapangan alun-alun tersebut. Karena tak ada jalur untuk pembuangan, genangan air pun limpas atau meluber ke trotoar jalan di belakang taman tersebut.

“Sangat disayangkan yah, taman kota yang baru-baru ini menjadi kebanggaan masyarakat Ciwidey ini ternyata perencanaannya buruk. Mereka membangun taman tanpa memikirkan jalur air dan lantai tamannya kok tidak pakai bahan atau material yang bisa menjadi resapan air. Akibatnya saat hujan turun ini taman berubah jadi kolam cileuncang,” kata warga yang enggan disebutkan namanya, Selasa (28/1/2025).

Dikatakannya, seharusnya dengan anggaran sebesar Rp.4,3 miliar, dengan ukuran taman alun-alun yang tak terlalu luas, rasanya masyarakat Ciwidey bisa mendapatkan lebih dari sekedar itu. Apalagi, sebelum diperbaiki pun taman ini sudah ada, sehingga tinggal menambah fasilitas dan memperbaiki saja.

“Seperti itu fasilitas permainan anak-anak, katanya itu buatan Jerman dan pastinya harganya mahal. Padahal, produk dalam negeri juga untuk barang sejenis banyak dibuat di Tangerang dengan kualitas yang enggak kalah dari barang impor,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, Pemerintah Kabupaten Bandung juga harus memikirkan perawatan dan pengawasan taman tersebut. Karena memang taman itu banyak dikunjungi oleh warga sekitar, jika tidak dijaga dan diawasi dengan baik, rawan kerusakan serta banyaknya sampah yang berserakan.

“Kalau tidak salah, perawatannya itu dari Pemerintah Kabupaten Bandung, tapi kalau penjagaan enggak ada tuh. Kalau enggak dijaga kan rawan kerusakan dan sebaiknya di pasang CCTV biar tidak disalah gunakan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab,” katanya.

Gerbang Taman Alun-alun Ciwidey ini sempat dikritik karena menggunakan warna gapura orange (saat diresmikan Bupati Bandung). Tapi kini sudah berubah, gapura tersebut dicat warna hijau. Ikon stroberi dipilih sebagai simbol khas wilayah Pacira, yang terkenal sebagai daerah penghasil stroberi.

Tak hanya itu saja, wifi gratis yang dijanjikan oleh Bupati Bandung Dadang Supriatna saat peresmian pun hingga saat ini tak kunjung ada. Padahal, saat itu Bupati Dadang telah memerintahkan Kadis Perkimtan Kabupaten Bandung, Wahyudin untuk segera menyediakan fasilitas wifi gratis untuk masyarakat yang berkunjung ke taman itu. Terutama untuk memfasilitasi generasi Z yang datang bersantai sambil mengakses internet gratis di tempat itu.

“Silakan saja coba aktifkan koneksi wifi di ponsel masing-masing. Apakah ada fasilitas wifi dari pengelola taman ini, kan tidak ada. Jadi yah sebaiknya Pemkab Bandung segera memasang fasilitas wifi di tempat ink, malu dong Pak Bupatinya sudah janji tapi kok kenyataannya enggak ada,” ujarnya.

Sebelumnya, pada Senin 13 Januari 2025, Bupati Bandung Dadang Supriatna meresmikan Alun-alun Ciwidey Kecamatan Ciwidey. Alun-alun Ciwidey adalah prasarana sarana umum masyarakat untuk arena bermain anak-anak, bersantai dan tempat berinteraksi sesama warga atau kegiatan masyarakat lainnya.

Dadang berharap Alun-alun Ciwidey dijadikan tempat yang bermanfaat untuk keberlangsungan masyarakat di kawasan Pacira (Pasirjambu, Ciwidey, dan Rancabali), khususnya di Kecamatan Ciwidey.

Lily Setiadarma

Leave a Reply