WartaParahyangan.com
CIANJUR – Hingga minggu ke-5 pasca gempa bumi Cianjur, lebih dari seratus ribu warga terdampak masih berada di tenda-tenda pengungsian di lebih dari 400 titik, baik di tenda yang didirikan BNPB, pemerintah daerah dan relawan maupun di tenda yang didirikan secara mandiri.
Kondisinya pun tentu jauh dari nyaman. Selain harus tinggal berdesak-desakan dengan sesama pengungsi di satu tenda, juga seringkali tendanya kebanjiran bila hujan turun dengan deras, dan hal ini akan terus terjadi mengingat saat ini sudah masuk musim penghujan.
Atas kondisi tersebut, Palang Merah Indonesia (PMI) yang memang sejak hari pertama pasca gempa bumi Cianjur yang terjadi Senin (21/11/2022) lalu itu sudah terlibat langsung dalam penanganan tanggap darurat dan membantu para korban, berupaya membangun hunian darurat yang lebih manusiawi dan nyaman.
“Sampai hari ini kami sudah membangun 154 unit hunian darurat di tiga kecamatan, yakni satu titik di Kecamatan Pacet, 5 titik di Kecamatan Cugenang, dan 3 titik di Kecamatan Cianjur. Hunian darurat itu dibangun di tempat-tempat yang sesuai dengan permintaan para penyintas,” ungkap Ketua PMI Kabupaten Cianjur Ahmad Fikri kepada WartaParahyangan.com, Selasa (27/12/2022).
Di luar hunian darurat yang sudah dibangun itu, lanjut Ahmad Fikri, saat ini masih ada 300 permintaan dari warga terdampak agar segera dibuatkan hunian darurat.
“Seperti hunian darurat yang sudah dibangun, 300 unit hunian darurat yang akan dibangun itu pun diminta para penyintas didirikan di sekitar rumahnya yang ambruk akibat gempa. Ini yang menjadi kendala kami. Sebab puing-puing reruntuhan rumah mereka belum dibersihkan atau pembersihannya belum selesai, maklum mereka membersihkannya secara manual dan oleh mereka sendiri,” tutur Orik, sapaan akrab Ahmad Fikri.
Kalau pembersihan puing-puing reruntuhan rumah itu sudah selesai, kata Orik, pihaknya akan segera membangun hunian darurat yang diminta warga. Karena bahan-bahan atau material dan tenaga untuk membangun hunian darurat itu sudah disiapkan di Posko PMI.
“Kami sendiri punya target membangun 1.000 unit hunian darurat di 4 kecamatan yang terdampak paling parah, yakni Cugenang, Pacet, Cianjur dan Warungkondang,” katanya.
Orik juga mengungkapkan kepedulian dan kerja kemanusiaan PMI akan terus dilakukan sampai semua penyintas kembali ke rumah barunya masing-masing, yang diperkirakan sekitar enam bulan kemudian. “Bahkan mungkin lebih lama lagi, karena untuk membangun kembali rumah warga yang ambruk itu terhambat lamanya proses pembersihan puing-puing reruntuhan,” jelas Orik.
Karena itu pula PMI menyiapkan sejumlah program untuk membantu warga terdampak, di samping terus memberikan bantuan sebagaimana yang selama sebulan lebih ini dilakukannya. Antara lain memberikan bantuan non-produktif bagi para lansia. Mereka akan mendapat tunjangan rutin sebesar Rp1 juta/bulan.
“Bantuan non-produktif tersebut telah kita launching di Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur, kemarin, dengan memberikan tunjangan kepada 50 lansia penyintas. Memang kami tidak mentargetkan berapa orang, tapi kami ingin sebanyak-banyaknya sesuai dengan hasil pendataan yang saat ini sedang kami lakukan,” ujar Orik.
Program lainnya, lanjut Orik, bantuan produktif, misalnya penggemukan sapi atau kambing. “Program bantuan seperti ini telah dilaksanakan PMI di sejumlah daerah yang terkena bencana,” katanya.
Asep R. Rasyid