WARTAPARAHYANGAN.COM — CIANJUR
Suhu politik nasional jelang Pemilu 2019 memang sangat tinggi. Bahkan bagi Pilres, pertarungannya bisa dibilang tidak seimbang. Sebab capres/cawapres yang satu, selain punya koalisi partai yang besar, juga punya amunisi yang luar biasa.
“Apalagi capresnya incumbent, sehingga bagi parpol pengusung capres-cawapres Prabowo-Sandy, Pilpres menjadi pertarungan tidak berimbang. Seakan-akan kita melawan negara, melawan aparat yang memiliki amunisi luar biasa besar,” ungkap Calon Anggota Legislatif (Caleg) DPR-RI dari Partai Amanat Nasional (PAN) H. Eddy Soeparno saat bersilaturahmi dengan pengurus dan anggota PWI Kabupaten Cianjur di Bale Pawarti Cianjur, Selasa (22/1) sore.
Karena memang, lanjut Eddy, siapapun yang jadi incumbent, bila jadi capres, tentu punya kekuatan untuk memenangkan Pilres. “Sedangkan kita hanya mengandalkan partai dan relawan,” kata Eddy yang juga Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PAN.
Bukan itu saja, katanya lagi, media massa pun seakan-akan memihak paslon capres-cawapres tertentu. Ini semakin memperberat perjuangan koalisi parpol pengusung Prabowo-Sandy untuk memenangkan Pilres.
“Jelang Pilpres ini kami terkadang merasa tak punya media. Jadinya kami berselancar di media sosial (medsos). Ini pun tidak mudah, karena di medsos berseliweran hoax,” kata Caleg DPR-RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Kabupaten Cianjur dan Kota Bogor.
Dia juga menyebutkan, saat ini banyak media yang menjadi alat propaganda pihak tertentu. “Kebetulan sekarang saya dapat bersilaturahmi dengan para wartawan di PWI Cianjur ini. Mari kita tegakkan kredibilitas dan integritas pers, sekaligus juga memberantas hoax, sehingga berita yang tersebar dapat mencerdaskan masyarakat,” ajaknya.
Survive di Parlemen
Bagi PAN sendiri, lanjut Eddy, Pilres dan Pileg 2019 ini menjadi pertarungan hidup mati. Di satu sisi PAN harus berjuang dengan seluruh kemampuan untuk memenangkan paslon Prabowo-Sandy, dan di sisi lain PAN juga berkewajiban untuk survive di parlemen (DPR-RI).
“Pada pemerintahan-pemerintahan sebelumnya, ada kader PAN yang duduk di pemerintah, ini sedikit-banyak menguntungkan bagi PAN ketika Pileg. Sekarang kita di luar pemerintah, sehingga Pileg 2019 terasa berat. Apalagi kemudian ada hasil survey yang menyebutkan PAN bersama beberapa parpol lain akan tersingkir dari DPR-RI hasil Pileg 2019,” kata Eddy.
Memang, katanya lagi, hasil survey itu belum tentu sepenuhnya benar, namun PAN tetap menjadikan hasil survey itu sebagai pemicu untuk berupaya keras agar PAN tetap survive di parlemen, dan sejauh ini PAN telah melakukan berbagai langkah.
“Hasil survey internal kami terakhir ini, hasilnya sudah dua digit, itu berarti sudah melampaui ambang batas, sehingga kami optimistis PAN akan survive di parlemen,”
Optimismenya tersebut, selain didasarkan atas adanya sejumlah caleg DPR-RI dari PAN yang sebelumnya dari parpol lain yang punya elektalibitas cukup tinggi, juga adanya perubahan nuansa politik jelang Pemilu 2019 ini.
“Isu politik identitas sangat kuat saat ini. Di masyarakat tumbuh gerakan-gerakan agama. Di kalangan muda pun tumbuh kelompok-kelompok pengajian. Sementara dalam Pileg, banyak ulama yang menjadi caleg. Ini salah satu bentuk kepedulian umat Islam dalam menentukan arah pemerintahan mendatang,” ungkap Eddy.
Kondisi tersebut, sambung Eddy, selain menguntungkan bagi PAN, juga bagi capres-cawapres Prabowo-Sandy, sehingga pihaknya optimistis Prabowo-Sandy akan memenangkan Pilres dan PAN sendiri akan tetap survive di parlemen.
(Asep R. Rasyid)